Perahu Kosong Jadi Saksi Puluhan Ribu Rohingya Terdampar di Shamlapur

Aksi Cepat Tanggap
Aksi Cepat Tanggap adalah organisasi kemanusiaan global profesional berbasis kedermawanan dan kerelawanan masyarakat global
Konten dari Pengguna
10 September 2017 19:11 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Aksi Cepat Tanggap tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kosong dan ditinggalkan, begitu kondisi perahu-perahu kayu yang tampak di pinggiran laut wilayah Shamlapur, wilayah paling barat dari perbatasan antara Myanmar dan Bangladesh. Baru beberapa jam lalu, perahu-perahu kayu berukuran panjang tak lebih dari 10 meter dengan lebar sekira 2 meter itu mengangkut sekira 100 orang dalam sekali angkut! Tubuh si perahu hampir goyang dan tenggelam.
ADVERTISEMENT
Sabtu subuh kemarin (9/9), perahu-perahu hampir remuk karena muatan manusia yang berlebih itu perlahan merapat di pinggiran pantai Shamlapur. Tapi bukan nelayan, bukan warga lokal Shamlapur yang menjadi “penumpang” dari perahu tua nan rapuh itu. Mereka adalah ribuan orang-orang Rohingya.
Ya, jumlahnya ribuan dari beberapa perahu serupa yang sama-sama terombang-ambing lalu terhempas di pinggiran pantai Shamlapur.
“Mereka adalah pengungsi Rohingya yang lari dari kampung mereka di Rathedaung. Mereka tidak memilih lewat Sungai Naf, tapi mereka nekat melewati jalur laut, menyusuri pinggiran Teluk Bengal. Dari Rathedaung sampai ke Shamlapur,” kata Rahardiansyah, salah satu anggota Tim SOS Rohingya, melaporkan langsung dari pinggiran pantai Shamlapur, Teluk Bengal, Bangladesh.
Kata mitra Aksi Cepat Tanggap di Bangladesh, orang-orang Rohingya yang baru masuk lewat Shamlapur ini adalah pendatang baru dari wilayah Rathedaung dan sekitarnya di Myanmar. Mereka tidak menyeberangi Sungai Naf seperti pengungsi Rohingya yang tiba di kamp pengungsi Balukhali, Kuthapalong, dan Kanzarpara.
ADVERTISEMENT
“Tapi mereka menyusuri Sungai Naf sampai bertemu laut, lantas mendayung perahu-perahu itu sampai di daerah Shamlapur ini. Mungkin sekitar 3 hari perjalanan laut,” ungkap seorang mitra ACT di Bangladesh.
Bayi merah berumur lima hari, tanpa makan di atas kapal
Dalam sebuah perjalanan, laut itu bisa menjadi sangat kejam. Ombak ganas, angin, dan hujan berputar di atas luasnya laut. Kombinasi itulah yang dirasa oleh ribuan orang-orang Rohingya yang terdampar di Shamlapur.
Apalagi sebuah perahu kecil yang terdampar di Shamlapur sampai dimuat lebih dari 100 orang Rohingya! Berjubel, berdesakan, asin digulung ombak laut.
Satu hal yang paling memilukan, di antara ribuan Rohingya pendatang baru yang terdampar di Shamlapur itu, terdapat pula kakek dan nenek renta, perempuan, anak-anak dan bayi merah yang baru berusia lima hari!
Si bayi tak pakai baju, tubuhnya mungkin sudah menggigil setelah tiga malam digulung ombak di atas perahu penuh muatan manusia. Ibu dari si bayi hanya bisa menyelimutinya dengan kain tipis seadanya.
ADVERTISEMENT
“Ayah si bayi ini tewas di Rathedaung. Ditembak oleh militer Myanmar. Si ibu dan si bayinya yang berusia lima hari nekat lari ikut kapal penuh orang ini sampai terdampar di Shamlapur,” cerita mitra ACT di Bangladesh setelah bertanya langsung kondisinya kepada ibu si bayi.
Ribuan paket makanan untuk Rohingya yang terdampar di Shamlapur
Sesaat setelah menerima kabar ada puluhan kapal Rohingya yang terdampar di Shamlapur, Tim SOS Rohingya ACT langsung bergerak menuju Shamlapur. Tim dipecah dua untuk menyiapkan penampungan sementara dan membeli barang-barang kebutuhan pokok di pasar terdekat.
“Alhamdulillah, Sabtu kemarin dibantu oleh relawan-relawan ACT di Bangladesh, kita belikan paket-paket pangan sembako, paket sanitasi, dan pakaian untuk ribuan pendatang baru di Shamlapur,” kata Rahardiansyah.
Diperkirakan, jumlah pendatang baru Rohingya yang mengungsi dan terdampar di pesisir pantai Shamlapur berjumlah lebih dari 10 ribu orang. Mereka memilih jalur Teluk Bengal karena dianggap lebih aman dari tembakan dan serangan represif militer Myanmar.
ADVERTISEMENT
Di waktu yang bersamaan, Sabtu kemarin (9/9), relawan ACT lainnya juga mendistribusikan bantuan paket sembako di wilayah Kamp Balukhali dan Kutupalong. Sejumlah 1000 paket sembako dan 10.000 paket nasi biryani tuntas diberikan kepada ribuan pengungsi Rohingya yang bermukim di dua kamp paling padat, Balukhali dan Kutapalong.