Relawan Medis ACT Siap Atasi Gizi Buruk Asmat

Aksi Cepat Tanggap
Aksi Cepat Tanggap adalah organisasi kemanusiaan global profesional berbasis kedermawanan dan kerelawanan masyarakat global
Konten dari Pengguna
5 Februari 2018 18:38 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Aksi Cepat Tanggap tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kapal Kemanusiaan ACT untuk Papua telah lepas jangkar, Sabtu (3/2) lalu. Keberangkatan kapal yang berisi bantuan pangan dan medis tersebut menjadi ikhtiar lanjutan ACT untuk mengentaskan krisis gizi buruk dan campak di Kabupaten Asmat, Papua. Mengiringi keberangkatan Kapal Kemanusiaan Papua akhir pekan lalu, relawan medis ACT pun turut diberangkatkan dari Jakarta menuju Agats, Ahad (Minggu) malam (4/2).
ADVERTISEMENT
Tiga relawan medis yang berangkat menuju Agats pada Ahad malam lalu (4/2) di antaranya dr. Arini Retno Palupi (dokter umum), Nurul Jannah (perawat), dan Harum Aulia Rahmawati, S.KM (ahli gizi). Mereka merupakan rombongan pertama dari 15 relawan medis ACT yang diberangkatkan secara bertahap selama tiga bulan. Setiap tim memiliki masa tugas selama 10 hari di lokasi yang sudah dikoordinasikan dengan Satgas/Otoritas Asmat.
Keberangkatan tim relawan medis secara bertahap ini ditujukan untuk pemberian layanan kesehatan menyeluruh bagi penderita gizi buruk dan campak di Asmat. Lima belas relawan dibagi menjadi lima tim, yang mana setiap timnya terdiri dari dokter, perawat, serta ahli gizi. Hal ini dipaparkan langsung oleh Bambang Triyono selaku Plt Direktur Disaster and Emergency Response Management (DERM) ACT.
ADVERTISEMENT
“Keberangkatan tim pertama ini baru awalan, dari rencana intervensi kesehatan selama tiga bulan. Dalam misi medis ACT untuk Asmat ini, kita tak ingin sekadar menghadirkan layanan kesehatan biasa, tapi juga berupaya melakukan intervensi dan pendekatan kesehatan kepada warga di lima lokasi di Kabupaten Asmat,” jelas Bambang.
Selain menggelar layanan kesehatan, setiap tim juga akan melakukan pengambilan data primer melalui studi etnografi, yakni pendekatan intervensi menyesuaikan budaya lokal. Diungkapkan Bambang, semua data dan bahan yang didapat oleh tim relawan medis angkatan pertama ini akan menjadi bekal intervensi tim berikutnya.
Sebelum keberangkatan ke Asmat, lima belas relawan medis telah dibekali materi komprehensif mengenai kondisi gizi buruk dan campak di Asmat. Pembekalan materi tersebut difokuskan pada Studi Etnografi dan Diagnosa Komunitas (Pendekatan Masyarakat dan Kesehatan Masyarakat).
“Alhamdulillah, pembekalan materi untuk para relawan ini didukung oleh Trainer Center for Indonesia Strategic Development & Activities (CISDI). Ns.Egi Abdul Wahid, S.Kep., M.PHM dan Nurmalasari S.KM memaparkan langsung materi tersebut kepada relawan-relawan medis kami. Keduanya juga merupakan relawan kemanusiaan di beberapa program kesehatan untuk Indonesia,” terang Bambang.
ADVERTISEMENT
Selain dibekali materi spesifik itu, para relawan medis juga dibekali sejumlah materi pendukung seperti teknik pengambilan data kualitatif, teknik pembuatan laporan, serta teknik reportase sederhana. Tim pertama ini juga akan mengikuti program Satgas Asmat “Tahap 10 Hari Ketiga” dengan sasaran aktivitas seperti pemantauan dan pendampingan.
Sesaat sebelum keberangkatannya pada Ahad malam lalu (4/2), tim relawan medis ACT angkatan pertama mengaku telah mempersiapkan hal-hal yang diperlukan untuk kegiatan medis mereka selama di Asmat. Dr. Arini mengungkapkan, proses keberangkatan timnya ke Agats cukup cepat, mengingat adanya urgensi kebutuhan medis di wilayah terdampak gizi buruk dan campak tersebut. Namun, ia mengaku telah menyiapkan sejumlah peralatan dan perlengkapan medis untuk menunjang aktivitasnya selama di sana.
ADVERTISEMENT
“Sabtu lalu (3/2), alhamdulillah kami sudah dibekali sejumlah materi yang kami butuhkan sesampainya di Agats. Untuk persiapannya sendiri, kami tentunya membawa alat-alat medis untuk pemeriksaan tanda-tanda vital, media penyuluhan, lembar balik leaflet tentang gizi seimbang, dan sebagainya. Persiapan selebihnya mungkin akan disesuaikan dengan kondisi di sana,” ujar dr. Arini.
Seluruh relawan medis ACT rencananya akan memberikan layanan kesehatan di Asmat hingga akhir Maret. Seperti yang diketahui sebelumnya, kejadian luar biasa (KLB) gizi buruk dan campak telah merenggut lebih dari 70 korban jiwa, umumnya adalah anak-anak. Keberadaan tim relawan medis ACT diharapkan mampu memperbaiki kondisi kesehatan anak-anak terdampak gizi buruk dan campak di Asmat. []