Ketahui Mitos dan Fakta Cacar Monyet Serta Penanganannya

Orami
#SemuaUntukSiKecil
Konten dari Pengguna
31 Mei 2019 17:39 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Orami tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Publik sempat dihebohkan dengan ditemukannya kasus cacar monyet (Monkeypox) yang berlokasi di Singapura.
ADVERTISEMENT
Kala itu, seorang warga negara Nigeria, dinyatakan positif terinfeksi virus Monkeypox ketika berkunjung ke Singapura, pada 28 April 2019.
Tak jauh dari Indonesia, warga pun sempat merasa resah bila virus cacar monyet masuk ke Indonesia dan menyerang masyarakat.
Agar tidak salah menerima informasi tentang cacar monyet, ketahui mitos dan fakta cacar monyet yang dijelaskan oleh dr. Hadianti Adlani, Sp. PD-KPTI, Dokter Spesialis Penyakit Dalam, Konsultan Penyakit Tropik Infeksi, RS Pondok Indah-Bintaro Jaya.

Mitos dan Fakta Cacar Monyet

Foto: Yahoo.com

1. Cacar Monyet Ditularkan oleh Monyet ke Manusia: FAKTA

"Cacar monyet dapat ditularkan oleh monyet. Namun, pembawa virus utama adalah tikus afrika, dan hewan pengerat seperti tupai atau hewan liar," jelas dr Hadianti.
ADVERTISEMENT
Menurut data WHO, negara Afrika Tengah dan Barat menjadi daerah endemis cacar monyet. Penyakit ini ditularkan oleh hewan, terutama hewan pengerat yang mengandung virus cacar monyet.
Penularan cacar monyet dari manusia ke manusia mungkin bisa terjadi namun sangat terbatas, bisa melalui saluran pernapasan atau lesi pada kulit.
"(Penularan cacar monyet ke manusia terjadi) Kontak yang lama, lebih dari tiga puluh menit dengan darah, cairan tubuh, dan lesi kulit atau mukosa penderita cacar monyet," tambah dr Hadianti.
Infeksi penyakit cacar monyet di Afrika telah ditemukan pada banyak spesies hewan seperti tupai pohon, tikus Gambia, tikus bergaris, dormice, dan hewan primata.

2. Cacar Monyet Lebih Berbahaya dan Parah dari Cacar Biasa: MITOS

"Cacar monyet lebih ringan dari cacar yang disebabkan oleh smallpox virus tetapi dapat lebih berat dari cacar air karena varicella virus," jelas dokter Hadianti.
ADVERTISEMENT
Mengutip Surat Edaran Kemenkes RI Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tentang Kewaspadaan Importasi Penyakit Monkeypox, disebutkan parahnya kasus cacar monyet berkaitan dengan tingkat paparan virus, status kesehatan pasien, dan tingkat keparahan komplikasi.
Kasus kematian akibat cacar monyet bervariasi, tetapi kurang dari 10 persen kasus yang dilaporkan, sebagian besar di antaranya adalah anak-anak. Kelompok usia yang lebih muda tampaknya lebih rentan terhadap cacar monyet.

3. Bekas Cacar Monyet Tidak Bisa Hilang: FAKTA

Dr Hadianti lebih lanjut menjelaskan bekas cacar monyet tidak bisa hilang bila terjadi lesi kulit yang berat dan kerusakannya cukup dalam.
"Bekas ini ada yang bisa disamarkan dengan tindakan seperti laser dan injeksi filler, dermabrasi oleh dokter spesialis penyakit kulit dan kelamin," jelasnya.
ADVERTISEMENT

4. Cacar Monyet Sudah Masuk ke Indonesia: MITOS

Meskipun Kementerian Kesehatan Singapura menyebutkan adanya satu kasus konfirmasi Monkeypox (MPX) atau cacar monyet pertama di Singapura. Namun, di Indonesia belum ada laporan kasus cacar monyet yang terjadi.
"Sampai saat ini belum ada kasus yang dilaporkan atau ditemukan. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia sudah menerapkan kewaspadaan terhadap pintu masuk penyakit cacar monyet untuk mencegah penyakit ini masuk ke Indonesia," ujar dr Hadianti.

5. Cacar Monyet Bisa Dicegah dengan Vaksin Cacar Biasa: FAKTA

Menurut situs WHO, tidak ada perawatan khusus atau vaksin yang tersedia untuk infeksi cacar monyet, tetapi wabah dapat dikendalikan. Tetapi, vaksinasi terhadap cacar (smallpox) terbukti 85 persen efektif mencegah cacar monyet.
ADVERTISEMENT
"Cacar monyet dapat dicegah dengan vaksinasi cacar smallpox," kata dr Hadianti.
Sayangnya, vaksin ini tidak lagi tersedia untuk masyarakat umum dan dihentikan setelah cacar sudah diberantas secara global.
Dr Hadianti juga mengatakan bahwa sampai saat ini, belum ada obat untuk menyembuhkan penderita cacar monyet.
"Obat berupa antivirus belum ada, tetapi yang diberikan berupa terapi simtomatik dan suportif," tambahnya.
Dr Hadianti juga mengatakan, bahwa seseorang yang pernah terkena cacar biasa tidak akan terkena cacar monyet. "Jika pernah terinfeksi cacar yang disebabkan oleh smallpox virus, tidak akan lagi terkena cacar monyet," kata dr Hadianti.

Gejala Seseorang Terinfeksi Cacar Monyet

Foto: Guardian.ng
Dr Hadianti menjelaskan ciri-ciri bila seseorang terkena cacar monyet. Ia mengatakan, gejala cacar monyet mulai timbul 14-21 hari sejak pertama kali terinfeksi virus.
ADVERTISEMENT
Gejalanya diawali dengan demam tinggi pada fase masuknya virus ke peredaran darah hingga ke seluruh tubuh pada 3-4 hari pertama, sakit kepala hebat, limfadenopati (pembengkakan kelenjar getah bening), nyeri pada otot, dan badan terasa letih.
"Kemudian timbul ruam dan lesi pada kulit, pada awalnya di wajah, kemudian menyebar ke bagian tubuh lainnya," kata dia.
Ruam tersebut merupakan vesikel (sebuah ruang pada sel yang dikelilingi oleh membran sel) berisi cairan bening, kemudian timbul pustula (benjolan menyerupai jerawat) berisi nanah, yang akan mengering meninggalkan keropeng, umumnya sembuh dalam waktu 21 hari.
Cacar monyet merupakan penyakit yang bersifat self-limiting disease atau dapat sembuh dengan sendirinya.
Lalu, bagaimana pertolongan pertama yang harus dilakukan jika terinfeksi cacar monyet?
ADVERTISEMENT

Pertolongan Pertama Jika Terinfeksi Cacar Monyet

Foto: Sciencesource.com
"Segera bawa penderita ke dokter dan rumah sakit terdekat, pasien akan dimasukkan ke dalam ruang isolasi tekanan negative. Pasien selanjutnya diberikan terapi yang bersifat simtomatis dan suportif oleh dokter hingga daya tularnya hilang," jelas dr Hadianti.
Untuk menghindari tertular virus, hindari kontak dengan darah, cairan tubuh, dan lesi kulit atau mukosa hewan, atau manusia yang terinfeksi penyakit cacar monyet.
Segera bawa ke dokter atau rumah sakit bila ada orang yang terkena cacar monyet, atau ada kecurigaan ke arah penularan penyakit dengan gejala cacar monyet.
Penyakit ini umumnya berlangsung selama 14-21 hari, bersifat sembuh dengan sendirinya atau self-limiting disease dalam waktu 21 hari.
Hingga saat ini, belum ditemukan antivirus untuk penyakit cacar monyet, sama dengan penyakit cacar lainya yang setara dengan cacar monyet.
ADVERTISEMENT
Itulah mitos dan fakta seputar cacar monyet yang perlu Moms ketahui. Moms juga wajib tahu cara penanganannya ya.
Artikel dari Orami Parenting