Perbedaan Night Terror dan Mimpi Buruk pada Anak

Orami
#SemuaUntukSiKecil
Konten dari Pengguna
9 Juni 2020 10:24 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Orami tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Walau sekilas terlihat sama, ada perbedaan mendasar antara anak mimpi buruk dan anak yang mengalami night terror.
ADVERTISEMENT
Menurut studi dari National Institutes of Health, night terror paling sering dialami oleh anak usia 4-12 tahun, dengan kasus terbanyak pada rentang usia 5-7 tahun. Sedangkan mimpi buruk bisa dialami oleh anak dan dewasa segala usia.
Nah, apa lagi perbedaan antara keduanya dan bagaimana cara menghadapi Si Kecil yang mengalaminya? Ini ulasannya.

Mimpi Buruk pada Anak

Mimpi buruk adalah mimpi tidak menyenangkan yang memicu respons emosional kuat sehingga seseorang terbangun dari tidurnya.
Mengutip National Sleep Foundation, mimpi buruk terjadi pada fase rapid eye movement (REM) dalam siklus tidur, yang biasanya terjadi pada larut malam atau dini hari.
Anak mimpi buruk bisa dipicu oleh sakit, posisi tidur tidak nyaman, stres, cemas, atau meningkatnya metabolisme tubuh dan aktivitas otak karena makan sebelum tidur.
ADVERTISEMENT
Anak yang terbangun karena mimpi buruk biasanya tidak bisa langsung tidur lagi selama beberapa saat, tapi masih bisa diajak bicara dan ditenangkan oleh orang tua.

Night Terror

Anak yang mengalami night terror justru tidak terbangun, tapi ia mungkin akan berteriak, mengibaskan tangan atau menendang, mendadak mengangkat badan dengan wajah ketakutan, berkeringat dengan napas memburu, atau mendadak membuka mata dengan lebar.
Berbeda dengan mimpi buruk, night terror biasanya terjadi pada sepertiga awal atau sepertiga akhir siklus tidur dan setiap episodenya bisa berlangsung selama 10-30 menit.
Anak yang sedang mengalami night terror biasanya sulit dibangunkan, tapi setelah selesai bisa kembali tidur tenang seperti biasa.
ADVERTISEMENT

Perbedaan Terbesar Night Terror dan Mimpi Buruk

Perbedaan terbesar night terror dan mimpi buruk adalah tingkat kesadaran anak saat mengalaminya.
Anak yang mengalami mimpi buruk masih bisa mengingat dengan cukup detail isi mimpinya, dan biasanya langsung mencari Moms dan Dads untuk mengatasi rasa takutnya.
Sedangkan setelah anak yang mengalami night terror terbangun, ia cenderung kebingungan dan tidak ingat atau hanya ingat sebagian kecil isi mimpinya.
Jika dibangunkan, ia tidak bisa mengenali orang di sekelilingnya dan menjadi semakin panik. Namun, setelahnya ia bisa kembali berbaring dan tidur seperti biasa seolah tidak ada yang terjadi.

Apa yang Bisa Dilakukan Orang Tua?

Jika Si Kecil terbangun karena mimpi buruk, Moms bisa menenangkan dan meyakinkan kalau tidak ada yang perlu ditakutkan. Setelah itu, Moms bisa membantunya kembali tidur.
ADVERTISEMENT
Cara untuk mengurangi risiko alami mimpi buruk adalah hindari tontonan yang bisa membuatnya merasa takut dan menjalankan rutinitas tidur yang nyaman.
Melihat anak mengalami night terror pasti membuat orang tua khawatir. Menurut National Health Services, orang tua sebaiknya tetap tenang dan menunggu sampai berakhir.
Namun, pastikan Si Kecil aman dari hal yang bisa menyakitinya untuk mengantisipasi jika ia mengalami tidur berjalan atau sleepwalking.
Misalnya dengan membereskan barang di lantai kamar, memastikan pintu dan jendela sudah terkunci, atau memasang gerbang pengaman di atas tangga.
Jika night terror selalu terjadi di waktu yang sama setiap malam, kacaukan siklusnya dengan membangunkan Si Kecil sekitar 15 menit sebelum waktu tersebut selama 7 hari berturut-turut.
ADVERTISEMENT
Setelah tahu perbedaan night terror dan mimpi buruk pada anak, tidak ada salahnya membuat catatan tentang waktu terjadinya hal tersebut serta berbagai hal yang bisa jadi petunjuk penyebabnya.
Jangan segan berkonsultasi dengan dokter jika Si Kecil sering mengalami salah satunya ya, Moms.
Nah, bagaimana biasanya Moms menenangkan anak yang mengalami mimpi buruk?
Artikel dari Orami Parenting