Bappenas Diminta Tinjau Ulang Rencana Bangun Tanggul Tsunami di Palu

Konten Media Partner
18 Februari 2019 12:30 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Salah seorang warga Palu saat berjalan di lokasi Pantai Tamanria, Palu Barat, Kota Palu, pasca bencana tsunami menghantam lokasi itu pada 28 September 2018. Foto: PaluPoso
zoom-in-whitePerbesar
Salah seorang warga Palu saat berjalan di lokasi Pantai Tamanria, Palu Barat, Kota Palu, pasca bencana tsunami menghantam lokasi itu pada 28 September 2018. Foto: PaluPoso
ADVERTISEMENT
Koalisi masyarakat ipil untuk bencana Palu, Sigi, Donggala (Pasigala) Centre meminta Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) untuk mempertimbangkan dan meninjau kembali rencana Japan Internasional Cooperation Agency (JICA) membangun tanggul sepanjang 7,5 kilometer dan setinggi 3 meter di kawasan Teluk Palu.
ADVERTISEMENT
Tanggul tersebut membentang mulai dari Kelurahan Silae, Kecamatan Ulujadi, hingga kawasan penggaraman Pantai Talise, Kecamatan Palu Timur, Kota Palu, Sulawesi Tengah.
"Rencana tanggul tujuh kilometer panjangnya dan tinggi tiga meter untuk mencegah tsunami di Teluk Palu, harus ditinjau kembali. Selain terlalu mahal, alasan potensi gagal teknis juga besar sekali," ujar Andika, Sekretaris Jenderal Pasigala Centre Palu melalui keterangan tertulis yang diterima PaluPoso (18/2).
Menurut Andika, data hasil penelitian mandiri yang dilakukan akademisi Untad, menunjukkan bahwa terdapat sekitar 40 hektare lokasi mengalami penurunan muka tanah di pesisir pantai atau dikenal dengan istilah downlift dan juga terjadi kenaikan muka tanah atau uplift di Teluk Palu pada kejadian gempa 28 September 2018.
ADVERTISEMENT
"Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi tanah di Teluk Palu sangat labil dan mudah bergerak dan longsor. Jika tanggul dipaksakan, kami khawatir justru ini akan berbahaya dan potensi gagal teknisnya sangat besar, seperti kejadian tumbangnya jembatan IV. Dan, tentu itu akan jadi malapetaka bagi penduduk Kota Palu karena teluk akan jadi seperti kolam renang raksasa," ujar Andika.
Ia berharap, Bappenas bisa mencari alternatif lain dalam konteks mitigasi tsunami dengan mengambil unsur-unsur dan potensi lokal yang lebih murah serta minim resiko.
"Banyak potensi dan unsur lokal yang jauh lebih murah untuk mitigasi tsunami seperti hutan mangrove. Kasus Kabonga besar di Donggala yang mampu menahan tsunami adalah best practice," katanya.
Untuk diketahui, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PU-PERA) telah menyusun rencana penataan infrastruktur di sepanjang Pantai Talise Kota Palu. Salahsatunya adalah rencana pembangunan tanggul penahan gelombang tsunami setinggi tiga meter.
ADVERTISEMENT
Rencana itu mengemuka dalam pertemuan Gubernur Sulteng Longki Djanggola bersama Kepala Satuan Tugas (Satgas) Bidang Infrastruktur PUPR, Ari Sutiadi, Rabu (2/1) di Kantor Gubenur Sulawesi Tengah.
Kedatangan Kasatgas PUPR sendiri terjadwal atas undangan Gubenur Sulawesi Tengah untuk memaparkan progres pemulihan bencana.
Di hadapan Gubernur, secara garis besar Ari Sutiadi menerangkan desain rencana pembangunan tanggul penahan tsunami di sepanjang Pantai Talise Kota Palu
Tanggul itu menurutnya akan dibangun dari tumpukan material bebatuan. Ketinggiannya menurut dia disamakan dengan permukaan air tertinggi saat terjadi pasang, atau setinggi kurang lebih tiga meter.
“Selain itu tanggul juga akan dilapisi bahan biosintetik yang kedap air,” ujarnya.
Pembangunan tanggul menurutnya tidak terhenti hanya sebatas tahap awal. Karena Satgas akan menyempurnakan dengan tanggul lanjutan penahan tsunami di pesisir pantai yang terdampak tsunami.
ADVERTISEMENT
“Ada tanggul lanjutan apabila desainnya telah disetujui,”jelas Ari sambil menunjukkan peta pembangunan tanggul di hadapan gubernur.
PaluPoso