Berbagi Pengetahuan Kepemiluan Sepanjang 3000 Km

Konten Media Partner
18 September 2019 18:45 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Oleh: Wilianita Selviana Pangetty (Anggota KPU Kabupaten Poso)
Dalam politik, hoaks menjadi part of the political game. Hoax dinilai lebih murah dan beresiko kecil bagi pelaku dibanding money politics. Demikian penggalan kalimat yang disampaikan Prof. Henry Subiakto, Guru Besar Universitas Airlangga Surabaya kepada seluruh peserta Konsolidasi Region Peningkatan Partisipasi Masyarakat di ruangan Ballroom Hotel Four Points Manado. Profesor yang juga staf Ahli Menteri Komunikasi dan Informatika RI ini adalah salah seorang narasumber yang dihadirkan oleh KPU RI untuk menyampaikan materi bertema ‘Hoax Politik dan Pilpres di Era Pasca Kebenaran’Jumat, 13 September 2019.
Penyampaian yang menarik dan komunikatif membuat saya tak bergeming dari tempat duduk saat itu. Padahal sebelumnya, saya masih dilanda rasa kantuk akibat lelah menempuh perjalanan kurang lebih 24 jam dan langsung mengikuti acara pembukaan selang beberapa waktu hingga hampir larut malam. Lalu keesokan paginya, para peserta langsung disuguhi materi ‘kelas berat’.
ADVERTISEMENT
“Karena itu, yang penting dibangun adalah imunitas personal dan imunitas sosial menghadapi hoax. Otak harus direkayasa sedemikian rupa supaya imun,” kata DR. dr. Taufiq Pasiak, M.Kes,M.Pd.I, narasumber yang lain seorang ahli otak dengan materi berjudul “Upaya Menangkal Hoax dari Perspektif Neurosains (ilmu otak).”
Namun satu kesimpulan paling penting pada paparan materi selama kegiatan Konsolidasi Region tersebut sebagaimana disampaikan oleh Komisioner KPU RI, Viryan, adalah penekanan pada aspek penyelenggara Pemilu harus meningkatkan imunitas untuk menghadapi Pilkada 2020 dan berupaya agar kepala daerah yang terpilih adalah benar-benar pilihan masyarakat, bukan hasil Hoax.
Satu hal lagi yang sangat menarik selama mengikuti paparan materi yang dibawakan oleh beberapa narasumber pada kegiatan tersebut, bukan hanya otak saya yang berusaha mencerna beragam materi penuh bobot yang diberikan tanpa jeda, peserta lain yang menyimak dengan serius pasti juga mengalami hal yang sama.
ADVERTISEMENT
Malam harinya, rangkaian kegiatan utama konsolidasi ditutup secara resmi oleh Ketua KPU RI Arief Budiman yang kembali menekankan penyampainnya saat acara pembukaan kegiatan berlangsung, yaitu tiga hal yang harus tetap ada dan dipertahankan dalam penyelenggaraan Pemilu. Pertama, harus tetap transparan; Kedua, Up to date dan Ketiga, Speed (kecepatan dan ketepatan).
Pemilu di Indonesia adalah ‘the biggest one day election in the world’ Pemilu terbesar di dunia yang dilaksanakan hanya dalam satu hari dan membuat banyak Negara ingin belajar tentang Pemilu di Indonesia.
Esok paginya, Sabtu 14 September 2019 acara ramah tamah oleh KPU Provinsi Sulawesi Utara selaku host kegiatan konsolidasi region ini, dikemas dalam bentuk acara Coffee Morning di kawasan wisata kuliner Jalan Roda yang sudah sangat terkenal di Kota Manado.
ADVERTISEMENT
Acara bincang pagi sembari menikmati sarapan pagi ataupun sekedar minum kopi ini, juga merupakan ajang bertukar pengetahuan dari masing-masing peserta yang berasal dari berbagai daerah seperti, Papua, Maluku dan Sulawesi. Acara ini makin semarak dengan kehadiran Anggota KPU RI, Wahyu Setiawan, Viryan serta k Taufiq Pasiak yang menyempatkan diri melantunkan sebuah lagu daerah Manado.
Siang hari sebelum bergerak meninggalkan Kota Manado, sesuai agenda awal touring adalah melakukan diskusi lepas berbagi pengetahuan (knowledge sharing) bersama KPU Provinsi Sulawesi Utara. Rombongan touring diterima langsung oleh Ketua KPU Provinsi Sulawesi Utara, Ardiles dan dua anggota KPU lainnya, Yessy dan Meidy yang memaparkan bahwa Sulawesi Utara adalah daerah yang dikenal dengan tingkat toleransi tinggi di antara masyarakatnya dan merupakan salah satu pendukung utama suksesnya penyelanggaraan Pemilu di daerah ini.
Mereka juga mengapresiasi agenda touring ‘knowledge sharing’ Pilkada 2020 sebagai salah satu kreasi sosialisasi yang bisa menjadi best practice se-Sulawesi dan bisa diagendakan kembali bersama-sama ke depannya.
ADVERTISEMENT
Sudah hampir sore ketika saya dan teman-teman rombongan meninggalkan Kantor KPU Sulawesi Utara hari itu. Lalu kami bersepakat untuk mengisi kampung tengah terlebih dahulu sebelum benar-benar meninggalkan kota yang dijuluki Kota Tinutuan (bubur dengan campuran sayuran dan lauk) tersebut.
Komisioner KPU Provinsi Sulawesi Tengah, Sahran Raden, kemudian menyampaikan bahwa rute pulang tim touring adalah melintasi Kota Gorontalo dan sudah bersiap di sana KPU Provinsi Gorontalo menyambut kedatangan tim touring. Saya beserta teman-teman yang lain cukup antusias walaupun wajah lelah membayangkan jarak tempuh yang jauh tidak dapat kami sembunyikan.
Dini hari sekitar pukul 03.00 WITA, Minggu 15 September 2019 kami memasuki kota Gorontalo dan langsung menuju penginapan sesuai petunjuk KPU Provinsi Gorontalo. Sebelum istirahat, kami diberitahu bahwa acara bersama KPU Provinsi Gorontalo akan dimulai pukul 09.00 WITA. Artinya, waktu istirahat bagi kami hanya beberapa jam saja. Seketika juga penginapan tersebut langsung sepi, rupanya tak seorangpun dari kami menyia-nyiakan kesempatan istirahat yang berharga itu.
ADVERTISEMENT
Sedikit terlambat saya dan beberapa kawan lain hadir di Hotel Horison Mayumi Gorontalo, tempat acara KPU Provinsi Gorontalo berlangsung dan mendapati Komisioner KPU Provinsi Sulawesi Tengah, Sahran Raden dan Adi Arwan dari Sulawesi Barat sedang membagikan pengetahuan kepemiluan mereka masing-masing kepada peserta pertemuan KPU Kabupaten Kota se-Gorontalo.
Ketua dan Anggota
Ketua KPU Provinsi Gorontalo, Fadliyanto, bersama dua orang anggotanya, Selvi dan Hendrik, mereka menyampaikan bahwa disiplin SDM di lingungan Sekretariat KPU penting diterapkan secara konsisten, terutama masalah disiplin waktu. Dan, hal ini diterapkan dengan baik oleh mereka.
Selanjutnya, tim touring diajak berkeliling kota dengan mendatangi beberapa spot wisata yang menjadi kebanggaan Provinsi Gorontalo di antaranya, Makam Aulia Ju Panggola atau Raja Ilato yang wafat pada tanggal 18 April Tahun 1673, Museum Pendaratan Presiden Soekarno dengan pesawat Ampibi tahun 1950 dan Benteng Otanaha yang merupakan saksi sejarah perlawanan bangsa Indonesia terhadap penjajah. Saya memanfaatkan moment tersebut dengan mendokumentasikannya lewat kamera ponsel sebagai bukti bahwa sudah pernah ke Gorontalo.
ADVERTISEMENT
Setelah dijamu makan siang oleh KPU Provinsi Gorontalo di Rumah Makan Ayam Kampung Mawar Sharon, tim touring segera melanjutkan perjalanan meninggalkan kota Serambi Madinah tersebut dengan tetap beriring-iringan. Tidak lupa ketika melintasi penghujung kota, saya memotret salah satu ikon Kota Gorontalo yaitu, Menara Agung Limboto yang bentuknya menyerupai menara Eiffel di Paris.
Setelah kurang lebih 14 jam perjalanan, menjelang pukul 6 pagi hari Senin (16/9), sebagian tim Touring tiba di lokasi titik kumpul awal di rest area SPBU Toboli Kabupaten Parigi Moutong untuk sarapan dan berpisah menuju daerah masing-masing. Sementara saya dan beberapa kawan lain sudah tidak bergabung lagi. Sebab sakit ‘rindu rumah’ sudah melanda membuat tak sabar bergegas pulang.
ADVERTISEMENT
Lelah, penat terbayarkan sudah, upaya sederhana yang dilakukan dengan kesungguhan dan bertujuan baik pasti ada manfaatnya. Karena itu, saya ingin menutup catatan perjalanan
3000 kilometer selama 6 hari (11-16 September 2019) ini dengan menyampaikan bahwa perjalanan ini adalah perjalanan membawa berkah, berkah ilmu dan berkah sahabat. ***