Cerita Afryanti Tertahan 5 Jam di Atap Rumah Saat Banjir Bandang Sigi

Konten Media Partner
30 April 2019 19:59 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Keluarga Afryanti saat di pengungsian di Desa Bangga, Kecamatan Dolo Selatan, Kabupaten Sigi, Sulteng, Selasa (30/4). Foto: Situr Wijaya
Banjir bandang yang melanda Desa Bangga, Kecamatan Dolo Selatan, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, Minggu (28/4) sekitar pukul 21.30 Wita menyisahkan duka. Banjir bercampur lumpur dan gelondongan kayu tersebut telah merenggut nyawa seorang warga Desa Bangga bernama Haji Bado. Ia tewas terseret air bah saat banjir datang tiba tiba.
ADVERTISEMENT
Banyak warga yang tidak sempat melarikan diri saat air bah setinggi tiga hingga empat meter itu menghantam desa di lereng gunung tersebut. Sebagian warga terpaksa hanya bisa menyelamatkan diri dengan naik ke atap rumah, hingga tim penyelamat dari Palu tiba di lokasi.
Salah satunya dialami oleh Afryanti. Ia tertahan di bubungan rumah sekitar lima jam. Hujan yang terus mengguyur tak membuat wanita 23 tahun itu beranjak dari atap rumah karena takut air bercampur lumpur yang merendam permukiman cukup tinggi.
"Dalam hati saya merintih minta tolong, saya di atap rumah. Hujan deras, dingin sekali saya rasa," kata Afryanti kepada PaluPoso, Selasa (30/4).
Afryanti bukan lah orang satu satunya yang terjebak di atap rumah. Hal yang sama juga dialami oleh Papa Aco. Saat air datang, dia langsung lari ke bubungan rumah dan bertahan hingga subuh hari.
ADVERTISEMENT
"Tidak berani turun karena air campur pasir terlihat sangat tinggi. Mana suasana gelap sekali, subuh saya baru dievakuasi," ujar Papa Aco.
Saat itu, Basarnas Palu yang menuju lokasi sejam setelah air datang, tidak bisa menembus lokasi karena jalan tertutup material lumpur.
"Tim tertahan di Desa Walatana, putar balik lewat Pakuli, memang agak memakan waktu yang cukup lama," kata Kepala Basarnas Palu, Basrano, Senin (29/4).
Afryanti bersama keluarganya saat di pengungsian di Desa Bangga, Kecamatan Dolo Selatan, Kabupaten Sigi, Sulteng, Selasa (30/4). Foto: Situr Wijaya
Cerita yang sama juga disampaikan korban banjir lainnya, Hamlan. Ia tejebak banjir di atap rumah. Selain itu, dua sepeda motornya dan beberapa ternak sapi miliknya terkubur lumpur dan pasir yang dibawa banjir.
"Tembok rumah rubuh, air setinggi atap rumah. Semua ibu -ibu menangis ketika suara gemuruh datang. Ada pemberitahuan di masjid tapi belum selesai orang memberitahu, air sudah masuk," katanya.
ADVERTISEMENT
Desa Bangga seketika lenyap tertutup material lumpur setinggi empat meter. Dikabarkan 2000 warga telah mengungsi, nyaris 600- an rumah juga dikabarkan rusak berat.
"Semua lari hanya baju di badan, anak saya dan cucu cucu saya. Kami butuh bantuan sementara ini air minum," katanya.
Aktifitas di Desa Bangga baik swasta maupun pemerintahan desa lumpuh total. Arus banjir yang menggenangi permukiman warga masih cukup deras.
Laporan yang berhasil dihimpun di lapangan, penyebab banjir diduga kuat akibat pembalakan liar, hingga menyebabkan air Sungai Ore Desa Bangga meluap.
Hingga kini, bantuan terus berdatangan ke Desa Bangga. Selain Desa Bangga, banjir juga terjadi di Desa Tuva, Desa Balongga, Desa Omu dan Desa Salua, Kabupaten Sigi.
ADVERTISEMENT
Kontributor: Situr Wijaya