Cerita Horor Novi, Perempuan yang Jadi Umpan Pelaku Kejahatan Wanita di Morowali

Konten Media Partner
5 April 2021 8:55 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Novi korban pelaku pencurian handphone cabul di Morowali bisa tersenyum lega. Meski masih trauma, ia bangga bisa membantu pihak kepolisian menangkap pelaku tersebut. Foto: Intan/PaluPoso
zoom-in-whitePerbesar
Novi korban pelaku pencurian handphone cabul di Morowali bisa tersenyum lega. Meski masih trauma, ia bangga bisa membantu pihak kepolisian menangkap pelaku tersebut. Foto: Intan/PaluPoso
ADVERTISEMENT
Manusia mana yang tidak takut ketemu penjahat? Apalagi Novi (31). Ibu dari satu anak ini, dengan ikhlas dan setengah terpaksa harus berhadapan dengan pelaku kriminal, residivis kasus pemerkosaan, pencuri handphone sekaligus pelaku pencabulan.
ADVERTISEMENT
“Saya ingat betul pada saat harus ketemu pria itu. Saya bangun pagi jam tujuh dan menerima pesan singkatnya,” kenang Novi, Senin (5/4).
Lelaki tersebut bertanya, apakah jadi ingin bertemu di tempat yang ia suruh? Novi masih bisa membalas pesan itu. Meski hati dan pikirannya sudah tidak sanggup lagi.
“Saya didera ketakutan dan rasa cemas. Bahwa saya akan bertemu orang ini,” kata dia.
Pagi itu, ia memutuskan tidak sarapan. Makanan terasa hambar di mulutnya. Selama tiga hari bertahan menerima telepon pria tersebut, Novi kehilangan napsu makan.
Pernah suatu malam, ia bahkan sudah tidak sanggup mengambil air di dapur. Malah, ia tidak mampu lagi meneguknya seorang diri.
“Pria itu menelepon saya dari jam 1 malam sampai jam lima subuh. Saya harus meladeni dia. Saya terus ketakutan setiap bicara dengan dia, saya hanya bisa kasih kode ke suami ambilkan saya air dan suamiku yang bantu saya minum,” cerita Novi.
ADVERTISEMENT
Entah sudah berapa gelas air minum yang ia habiskan. Sudah tidak terhitung lagi jumlahnya. Setiap pria itu menelepon, perasaan jijik dan bergidik muncul menjadi satu.
Dalam setiap percakapannya, pria itu selalu minta ingin berhubungan intim, mengajaknya berfantasi dan memperlihatkan kemaluannya. Bahkan sebelum mengajak bertemu, pria tersebut mengajakmya tidur sambil memastikan bahwa dirinya tidak akan terluka.
“Di situ saya langsung tutup telepon karena saya sudah tidak sanggup lagi dengar kata-katanya. Setelah itu saya telepon lagi suami dan Intel meminta saran karena pelaku ingin bertemu dan saya dikuatkan lagi,” kenangnya lagi.
Pagi itu, ia akan bertemu dengan pelaku pencuri handphone-nya sekaligus yang sudah melecehkan dirinya. Pelaku memintanya bertemu di Jembatan Bahomante, Desa Bahomante, Kecamatan Bungku Tengah, Kabupaten Morowali. Namun, Intel menyarankan agar Novi bertemu pria tersebut di Pos Kamling yang rusak.
ADVERTISEMENT
“Sebelum sampai ke sana, saya ragu sekali. Saya takut. Tapi saya terus kuatkan diriku bahwa semuanya akan baik-baik saja, meski saya tidak tahu akhirnya,” ujarnya.
Novi korban pelaku pencurian handphone cabul di Morowali bisa tersenyum lega. Meski masih trauma, ia bangga bisa membantu pihak kepolisian menangkap pelaku tersebut. Foto: Intan/PaluPoso
Sampai di Pos Kamling, Novi kemudian menghubungi pelaku tersebut. Namun pria itu, membentak-bentaknya mengatakan bahwa Novi tidak mengikuti arahannya sebab perjanjian mereka sebelumnya bukan di Pos Kamling, melainkan di jembatan.
Masih dengan nada marah, lelaki itu menyuruh dirinya mundur dan masuk ke salah satu usaha batuan di wilayah tersebut.
“Dia bilang mundur-mundur dengan marah-marah. Saya juga sudah ikut marah karena saya sudah capek meladeni dia. Maka saya balik membentaknya. Saya bilang bapak yang main-main dengan saya. Tapi orang ini terus balik marah,” kata Novi.
ADVERTISEMENT
Ketakutannya bertambah manakala, ia menyadari pria itu mengajaknya bertemu dia tempat usaha batuan milik salah satu politisi di wilayah tersebut.
Lokasi itu letaknya sedikit masuk ke dalam jauh dari jalan utama, tidak strategis buat dirinya untuk berlindung. Maka, Novi putuskan untuk tidak mengikuti keinginan laki-laki itu. Hal tersebut ia utarakan dengan Intel melalui saluran telepon.
“Ketakutan saya bertambah. Saya tidak ingin masuk di tempat itu. Laki-laki itu berbahaya. Maka Intel menyarankan saya ke rumah anggota Kepolisian yang letaknya tidak jauh dari lokasi itu,” katanya lagi.
Di rumah anggota Kepolisian tersebut, strategi kembali disusun. Posisi pelaku belum bisa diketahui, sedangkan Novi mengaku sudah tidak sanggup bertemu pria tersebut. Badannya sudah lemas tidak bertenaga. Empat hari ia sulit makan. Dan hanya mampu minum air putih dan air gula.
ADVERTISEMENT
Di rumah itu pula, karena masih didera ketakutan dan rasa tegang. Ia terus meminta diberi minum oleh pemilik rumah.
“Polisi putuskan saya tidak ikut. Mereka yang mendatangi pelaku. Suamiku juga diminta jangan ikut. Kata Polisi dia harus menemani saya karena saya terlihat sudah sangat ketakutan,” kata Novi.
Maka diputuskanlah Novi tetap tinggal. Polisi akan bergerak sendiri menangkap pelaku tersebut. Namun, beberapa menit berlalu, para anggota Kepolisian itu tidak juga muncul, kabarnya pun juga tidak ada. Novi mulai gelisah. Ia khawatir pelaku berhasil meloloskan diri dan usahanya selama empat hari bersabar menghadapi pria itu, bisa sia-sia.
Lalu, seorang Polisi yang juga pemilik rumah kembali datang tanpa bicara. Ia hanya bertanya sebentar kepada Novi soal merek handphone-nya yang dicuri pelaku. Lalu pergi begitu saja sambil membawa borgol yang diambil dari dalam rumahnya.
ADVERTISEMENT
Dan, tak lama kemudian, mereka pun datang dengan membonceng seorang pria. Pencuri cabul itu berhasil tertangkap.
“Usai penangkapan saat sampai di rumah. Saya langsung muntah-muntah. Entah kenapa,” tutup Novi.