Cerita Sekolah Terpencil di Banggai Lolos Program Sekolah Penggerak

Konten Media Partner
28 Mei 2021 16:43 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Dua siswa SD Negeri Mumpe, Kecamatan Simpang Raya, Kabupaten Banggai bendera merah putih. Sekolah ini lolos menjadi sekolah penggerak. Foto: Stephensopyan/PaluPoso
zoom-in-whitePerbesar
Dua siswa SD Negeri Mumpe, Kecamatan Simpang Raya, Kabupaten Banggai bendera merah putih. Sekolah ini lolos menjadi sekolah penggerak. Foto: Stephensopyan/PaluPoso
ADVERTISEMENT
SD Negeri Mumpe di Kecamatan Simpang Raya, Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah (Sulteng), salah satu di antara lembaga pendidikan di Indonesia yang lolos dalam program Sekolah Penggerak yang diinisiasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) tahun 2021.
ADVERTISEMENT
SD Negeri Mumpe berada jauh di pelosok Kabupaten Banggai. Harus berjalan kaki selama beberapa jam untuk bisa tiba ke lokasi.
Kepala SD Negeri Mumpe Purwandi mengatakan, sekolah dasar di Kabupaten Banggai saat itu mengikuti seleksi program Sekolah Penggerak dari Kemendikbud.
Namun, dari ratusan sekolah, hanya 43 sekolah yang lolos seleksi tahap pertama.
“Jadi semua kepala sekolah ikut tes saat itu,” kata Purwandi, kepada media ini, Jumat (28/5).
Pada seleksi di tahap II sudah masuk pada tes kepemimpinan. Setelah itu, Kemendikbud kembali mengumumkan sebanyak 21 sekolah di Banggai lolos ke tahap berikutnya, termasuk SD Negeri Mumpe.
Pada tahap akhir, para kepala sekolah diminta mempraktikkan cara mengajar dan memimpin dalam sekolahnya. Ketika diumumkan, hanya 9 sekolah di Kabupaten Banggai yang dinyatakan lolos pada program tahap awal sekolah penggerak.
Para siswa SD Negeri Mumpe saat mengikuti apel pagi. Sekolah ini terletak di pelosok Kabupaten Banggai, tetapi lolos menjadi sekolah penggerak. Foto: Stephensopyan/PaluPoso
Sekolah-sekolah itu, di antaranya, SD Inpres Sentral Sari dari Kecamatan Toili, SD Inpres Minakarya dari Kecamatan Moilong, SD Inpres Leoknyo dari Kecamatan Luwuk Utara, SD Inpres Poh dari Kecamatan Pagimana, SD Negeri Mumpe dari Kecamatan Simpang Raya, dan SD Inpres 5 Luwuk.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, dua sekolah lainnya yakni SD IT Insan Utama Toili dan SD Katolik ST Yoseph Luwuk. Dua lembaga pendidikan ini dikelola swasta.
"Setelah dinyatakan lolos kami punya masalah akibat di Desa Mumpe tidak ada jaringan internet. Pelatihan bagi para guru dilakukan secara daring," kata Purwandi.
Akhirnya, para guru di SD Negeri Mumpe yang terlibat dalam sekolah penggerak harus ke ibu kota Kecamatan Simpang Raya untuk mengikuti pelatihan program Merdeka Belajar dari Kemendikbud.
Untuk mencapai Dusun Mumpe, para guru harus berjalan kaki sekira 4 jam ke dalam hutan. Namun saat ini akses jalan telah dibuka. Kendaraan roda 2 bisa menembus Dusun Mumpe. Namun, apabila hujan lebat kendaraan sulit masuk karena jalan yang berlumpur.
ADVERTISEMENT
Saat ini, kata Purwandi, pihak Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Banggai masih memikirkan cara agar jaringan internet bisa masuk hingga ke sub Dusun 4 Mumpe, Desa Doda Bunta.
"Jaringan amat penting karena nantinya seluruh laporan dan koordinasi dilakukan secara daring," kata Purwandi.
“Setiap sekolah akan dipantau dan kami memang membutuhkan jaringan internet. Kendalanya, jarak Dusun Mumpe dengan desa induk cukup jauh," ujarnya.