Dana Tak Kunjung Cair, Korban Tsunami Donggala Blokir Jalan Trans Sulawesi

Konten Media Partner
29 Agustus 2020 20:23 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suasana warga di Desa Loli, Kecamatan Banawa, Kabupaten Donggala, saat memblokir jalan transulawesi. Foto: Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Suasana warga di Desa Loli, Kecamatan Banawa, Kabupaten Donggala, saat memblokir jalan transulawesi. Foto: Istimewa
ADVERTISEMENT
Ratusan warga di Desa Loli, Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah, kembali menggelar aksi. Kali ini warga yang merupakan korban bencana gempa dan tsunami 28 September 2018 itu memblokir jalan Trans Sulawesi yang menghubungkan antara Kabupaten Donggala menuju Sulawesi Barat.
ADVERTISEMENT
Pascaaksi yang berlangsung pada Jumat (28/8), Pemerintah Kabupaten Donggala melangsungkan pertemuan dengan warga Loli Raya di Huntara yang berlokasi di Desa Loli Saluran, Sabtu (29/8) sore.
Ratusan warga Desa Loli Dondo, Loli Oge, Loli Pesua, Loli Saluran, Loli Tasiburi, Kecamatan Banawa, Kabupaten Donggala menuntut dana stimulan yang tak kunjung cair.
Tuntutan ini disusul huntap yang tak kunjung dibangunkan untuk warga korban bencana.
“Sudah banyak kali kita didata-data tapi tidak ada juga dapat bantuan,” sebut salah seorang warga, Edi Arsid (41).
Edi yang kehilangan rumah akibat disapu tsunami ini mengeluhkan bantuan pemerintah untuk korban bencana.
Katanya, warga sudah didata beberapa kali untuk proses penerimaan huntap. Sayangnya, hingga memasuki tahun kedua pascabencana, warga belum melihat tanda-tanda akan dibangun huntap.
ADVERTISEMENT
“Sudah diurus semua tapi tidak ada juga sampai sekarang,” kata Edy.
Pertemuan warga di Desa Loli, Kecamatan Banawa, Kabupaten Donggala, terkait dana stimulan, Sabtu (29/8). Foto: Kristina Natalia/PaluPoso
Akibat tuntutan itu, warga meminta pemerintah mengganti bantuan huntap dengan dana stimulan.
“Biar kami bangun rumah sendiri karena kami sudah lama menunggu huntap,” ujar Edi mewakili warga.
Sementara itu, Ami Mey (32), mengungkapkan kekecewaannya terhadap sikap pemerintah yang dianggap lamban menangani persoalan pascabencana di Kabupaten Donggala.
Selain itu, Ami juga mengeluhkan ketersediaan air bersih di huntara yang tidak selalu ada.
“Katanya juga sembako ada tapi kami ini jarang dapat sembako, pekerjaan juga sudah tidak ada, hanya mengharapkan hasil dari turun melaut,” kata Emi.
Menanggapi tuntutan warga, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Donggala, Akris Fattah Yunus menjelaskan warga menuntut pembangunan huntap dipercepat sementara untuk melakukan relokasi perlu waktu untuk mencari lokasi.
ADVERTISEMENT
"Mereka menginginkan untuk berpindah ke stimulan sementara stimulan butuh proses,” kata Akris.
Menurutnya, dana stimulan sekarang yang ada di pemerintah daerah sudah cukup untuk perhitungan sebelumnya. Artinya, untuk berpindah dari huntap ke dana stimulan harus diusulkan kembali.
“Kalau kita hitung jumlahnya semua untuk warga Loli Raya ada sebanyak 300 KK, berarti kita butuh dana Rp 15 miliar hingga Rp 20 miliar,” terangnya.