Donggala, Kota Wisata yang Berbenah Usai Gempa dan Tsunami

Konten Media Partner
6 Maret 2019 9:59 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sejumlah wisatawan mengunjungi kawasan Tanjung Karang di Kecamatan Banawa, Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah. Foto: PaluPoso/Situr Wijaya
zoom-in-whitePerbesar
Sejumlah wisatawan mengunjungi kawasan Tanjung Karang di Kecamatan Banawa, Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah. Foto: PaluPoso/Situr Wijaya
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Gempa bumi pada 28 September 2018 silam yang melanda wilayah Kota Palu, Sigi, dan Donggala (Pasigala) secara langsung menurunkan minat wisatawan lokal maupun mancanegara untuk berkunjung ke sejumlah objek wisata di Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah.
ADVERTISEMENT
Bupati Donggala, Kasman Lassa, menuturkan turunnya minat wisatawan berkunjung ke sejumlah objek wisata di Kabupaten Donggala, lantaran masyarakat masih menganggap kawasan tersebut masih belum kondusif untuk dikunjungi pasca gempa. Padahal kata Kasman daerah yang dipimpinnya itu aman untuk dikunjungi.
"Donggala bangkit, Donggala aman untuk wisatawan lokal dan mancanegara," ujar Kasman kepada PaluPoso, Selasa (5/3).
Kasman mengakui, banyak kawasan objek wisata di Kabupaten Donggala yang terdampak tsunami dan gempa. Salah satunya adalah destinasi wisata Tanjung Karang. Kawasan wisata yang memiliki ciri khas pasir putih tersebut tetap aman untuk dijadikan alternatif tempat berlibur.
Lebih lanjut kata Kasman, wisatawan tak perlu cemas, apalagi sampai dihinggapi perasaan takut untuk berkunjung ke objek wisata yang ada di Kabupaten Donggala.
ADVERTISEMENT
"Memang terjadi gempa, tsunami, dan tanah longsor, tapi Donggala tidak terpuruk seperti itu," ujarnya.
Kawasan Obyek Wisata di Tanjung Karang, Kecamatan Banawa, Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah. Foto: PaluPoso/Situr Wijaya
Sebagai daerah yang menyandang status kota wisata, tentunya program yang berkaitan dengan pengembangan kawasan wisata jadi prioritas Pemerintah Kabupaten Donggala periode kepemimpinannya bersama wakilnya, Moh. Yasin. Termasuk memberikan rasa aman bagi setiap wisatawan yang berkunjung ke Donggala.
"Kita banyak potensi wisata, baik di laut, darat, dan pegunungan. Tentu visi misi kita jelas, Pemda akan mengembangkan potensi ini," ujarnya.
Kasman mengaku dalam mengembangkan sejumlah kawasan wisata yang ada di Kabupaten Donggala agar bisa jadi tujuan utama kunjungan wisatawan tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Maka, kata dia perlu waktu dan dukungan seluruh elemen masyarakat yang ada di Donggala.
ADVERTISEMENT
Kasman tetap optimistis, sejumlah kawasan wisata di Kabupaten Donggala bisa segera tumbuh dan dikenal luas masyarakat hingga mancanegara. Di antaranya, pantai pasir putih Tanjung Karang di Desa Towale yang berada di Kecamatan Banawa Tengah.
Selain itu, Pusat Laut atau Pusentasi berupa sumur raksasa yang terbentuk secara alami berdiameter 10 meter dan mempunyai kedalaman 7 meter.
Nama Pusentasi dalam bahasa Kaili, suku asli Sulawesi Tengah, berasal dari kata "pusen" berarti pusat dan "tasi" yang berarti laut.
Air di dalamnya berasa asin seperti air laut dan berwarna jernih kebiru-biruan. Diduga ada sebuah lubang yang menghubungkan antara pantai dan pusentasi, karena jaraknya sekitar 300 meter.
Keunikan pusentasi airnya tidak pernah keruh dan akan mengalami pasang apabila air laut sedang surut, demikian pula sebaliknya. Pusentasi terletak di Desa Towale, Kecamatan Banawa Tengah, atau tepatnya masih satu kawasan dengan Pantai Tanjung Karang, Donggala.
ADVERTISEMENT
Menurut Kasman, dua objek wisata ini ibaratnya magnet bagi wisatawan yang berkunjung ke Donggala agar bisa juga mengunjungi kawasan wisata lainnya yang baru tumbuh di daerah ini. Misalnya, Pantai Kaluku (Kelapa) di Desa Limboro, Kecamatan Banawa Tengah, yang baru dibuka sekitar setahun lalu.
Termasuk beberapa destinasi wisata lainnya, yaitu Air terjun Lampo di Desa Lampo, Kecamatan Banawa Tenga, Air Terjun Loli Tasiburi di Desa Loli Tasiburi, Kecamatan Banawa, Goa di Desa Tinauka Kecamatan Rio Pakava, dan sejumlah pantai di sepanjang pesisir Pantai Barat Donggala.
Penulis: Situr Wijaya (Kontributor/PaluPoso)
Editor: Abidin (PaluPoso)