Ekspedisi Poso Menelusuri Potensi Bencana di Wilayah Sesar Poso

Konten Media Partner
24 Juni 2019 13:07 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Tim Ekspedisi Poso menyusuri jejak peninggalan kebudayaan masa lampau di wilayah Sesar Poso. Foto: Dok. Tim Ekspedisi Poso
Mulai Senin 24 Juni 2019 hingga 1 Juli 2019, tim ekspedisi Poso memulai kembali perjalanan menyusuri jejak peninggalan kebudayaan masa lampau di wilayah Sesar Poso yang memanjang dari Kota Poso mengikuti desa-desa sepanjang sungai Poso, terus ke sisi timur Danau Poso.
ADVERTISEMENT
Ketua Tim Ekspedisi Poso, Lian Gogali dalam penjelasannya mengatakan, tim ini terdiri dari geolog, arkeolog, palaentolog, biolog, teolog, antropolog, budayawan serta peminat kajian ekologi, fotografer dan pembuat film dokumenter. Mereka akan memulai penelitiannya di beberapa kelurahan di Kecamatan Poso Kota bersaudara yang dilintasi sesar Poso di Sulawesi Tengah.
Tercatat beberapa kali peristiwa gempa bumi yang berkaitan dengan sesar Poso. Salah satunya berkekuatan magnitudo 3 di kedalaman 21 Km terjadi pada 5 April 2019 lalu yang bersumber di Teluk Poso, 29 kilometer arah timur laur Poso. Selanjutnya pada 22 Mei 2019 lalu kembali terjadi gempa di lokasi yang sama dengan kekuatan lebih besar, magnitudo 3,6.
Bukan hanya meneliti dan berusaha menemukan rekahan permukaan sesar, tim ekspedisi poso dibagi menjadi 4. Pertama, tim geologi yang mempelajari struktur batuan dan patahan atau sesar. Kedua, tim arkeologi akan menyusuri situs-situs tua untuk mempelajari peninggalan budaya orang Poso yang ada di jalur ini. Lalu tim biologi mempelajari biota laut dan sungai. Ketiga tim ini melakukan riset di wilayah-wilayah yang disebutkan dalam cerita dan tradisi masyarakat setempat yang akan dipelajari oleh tim antropologi.
ADVERTISEMENT
Berbeda dengan ekspedisi tahap satu yang mengelilingi desa-desa di pinggir Danau Poso. Perjalanan kali ini menyusuri pinggiran laut lalu sungai hingga ke danau, juga akan melihat bagaimana tradisi masyarakat pesisir pantai di Poso menghadapi potensi bencana baik di masa lalu maupun saat ini.
Banyaknya disiplin ilmu yang turut dalam Ekspedisi Poso, menariknya tidak saling mendominasi. Sebab menurut Lian, ini merupakan kolaborasi baik diantara para akademisi maupun dengan budayawan sebagai sumber utama data dan pengetahuan mengenai wilayah yang dipelajari.
Diskusi Tim Ekspedisi Poso. Foto: Dok. Tim Ekspedisi Poso
Peneliti LIPI Hery Yogaswara berulangkali menegaskan bahwa tidak ada satu ilmu atau ahli yang mendominasi proses penelitian selama ekspedisi ini. Semuanya berjalan setara sesuai disiplin masing-masing. Sebab tujuan ekspedisi ini untuk menguatkan pengetahuan masyarakat mengenai sejarah, kekayaan alam dan potensi bencana di wilayahnya.
ADVERTISEMENT
Ekspedisi Poso tahap dua ini akan dimulai dari Kelurahan Bonesompe, Kecamatan Poso Kota Utara. Pemilihan Bonesompe setelah mendengar para budayawan yang menyebutkan nama kelurahan ini dalam bahasa Poso, berarti pasir yang tersangkut atau tumpukan pasir. Rencananya para geolog akan melihat struktur tanah di sini dan memperkirakan berapa usia hamparan pasir disana.
Setelah Bonesompe ada pula Tana Runtuh, sebuah lokasi di Kelurahan Gebang Rejo, Kecamatan Poso Kota. Di ruas jalan Pulau Irian Jaya, ada sebuah titik dimana setiap tahun terjadi penurunan tanah yang menyebabkan jalan di sini turun cukup dalam. Selain kedua wilayah ini, tim ekspedisi juga akan mempelajari beberapa tempat lain seperti Kelurahan Lombugia, Tegal Rejo dan Madale.
Ekspedisi Poso menjadi salah satu perjalanan penting karena akan mempelajari secara langsung potensi bencana di wilayah ini. Sejumlah ahli mengakui data-data sejarah bencana dan potensinya yang ada di wilayah Poso masih belum terdokumentasi. Bahkan diakui pula oleh BNPB bahwa belum ada pengukuran GPS terhadap beberapa sesar di Indonesia, termasuk 3 sesar yang melintasi Poso, yakni sesar Tokararu, Sesar Poso dan Sesar Poso Barat.
ADVERTISEMENT
Hasil penelitian tim geologi, biologi, antropologi dan arkeologi bukan hanya konsumsi para anggota tim ekspedisi. Pada malam hari, diadakan diskusi dengan masyarakat di wilayah yang dijelajahi oleh tim ekspedisi. Dilakukan pemaparan hasil temuan sementara yang diperoleh tim ekspedisi dan masyarakat diharapkan bisa memberikan masukan dan informasi berkaitan dengan desa mereka.