Guru di Tojo Una-una Sakit Keras Usai Divaksin COVID-19

Konten Media Partner
9 Mei 2021 19:33 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Petugas medis memberikan pertolongan kepada seorang guru di Kabupaten Tojo Una-una, Sulteng, yang sakit setelah divaksin COVID-19. Foto: Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Petugas medis memberikan pertolongan kepada seorang guru di Kabupaten Tojo Una-una, Sulteng, yang sakit setelah divaksin COVID-19. Foto: Istimewa
ADVERTISEMENT
Seorang guru di Kabupaten Tojo Una-una (Touna), Sulawesi Tengah (Sulteng), menderita sakit keras setelah divaksin COVID-19. Guru tersebut jatuh sakit sejak hari pertama usai divaksin, yakni tanggal 23 April 2021, dan baru dibawa ke rumah sakit untuk mendapat perawatan lebih lanjut, Jumat (7/5).
ADVERTISEMENT
Hal itu diketahui dari postingan salah satu akun bernama Rian, yang tidak lain adalah menantu dari guru tersebut. Dalam postingannya, ia mengaku sangat menyesalkan vaksinasi itu hingga membuat mertuanya saat ini jatuh sakit. Padahal sebelumnya, orangtuanya dalam keadaan sehat.
“Memang saya punya mertua ada penyakit bawaan. Dia diabetes. Orangtua saya sudah menolak jangan divaksin karena badannya sedang tidak enak. Tapi petugas kesehatannya tetap memaksa,” kata Rian kepada media ini, Minggu (9/5).
Setelah divaksin, mertuanya langsung mengalami gejala sakit kepala, otot-ototnya tiba-tiba tidak punya tenaga dan badannya gemetar. Setelah itu tiba di rumah, gejala yang ia rasakan tidak ada perubahan. Malah tubuhnya makin lemah. Bahkan muntah-muntah.
“Kondisi mertua saya ini sudah viral di sekolah. Dia kan kepala sekolah. Di sana mereka tahu bahwa kepala sekolah belum bangun-bangun usai divaksin. Saya tanya langsung ke keluarga dan mereka mengiyakan,” terangnya lagi.
ADVERTISEMENT
Terhitung sejak divaksin tanggal 23 April 2021, mertuanya mengalami sakit terus-menerus hingga berita ini ditayangkan. Namun dari rentang waktu tersebut, baru kemarin mertua Rian, dimasukkan ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut.
“Saya keberatan atas tindakan medis yang dilakukan tim COVID. Saya orang hukum dan ini saya sebut malpraktek. Seharusnya ada tindakan medis sebelum dilakukan vaksinasi,” ujarnya.
Karena mertua Rian belum juga sembuh dari sakitnya, guru-guru di sekolahnya takut divaksin. Rian juga menyayangkan, setelah vaksinasi dilakukan, tidak ada petugas yang datang untuk mengecek keadaan guru yang telah menjalani vaksinasi.
Kepala Dinas Kesehatan Tojo Una-una, Jafanet Alfari dikonfirmasi hal itu mengaku sudah mengetahuinya dari pesan WhatsApp (WA) yang dikirim langsung Rian kepada dirinya. Namun, ia masih menunggu jawaban Rian atas pertanyaannya seperti apa keluhan yang dirasakan ibu mertua Rian. Sebab sebelumnya Rian terlihat menghapus pesannya kembali.
Warga menerima vaksin Pfizer / BioNTech COVID-19 di panti jompo Agaplesion Bethanien Sophienhaus di Berlin, Jerman, Minggu (27/12). Foto: Kay Nietfeld/Pool via Reuters
“Saya kenal mertuanya. Namanya Ibu Lis. Kami sama-sama orang Pemerintah Daerah (Pemda). Saya juga kenal Rian. Saya pernah lama tinggal di Tombo,” kata Jafanet, Minggu (9/10).
ADVERTISEMENT
Namun, lagi-lagi ia ingin keterangan yang pasti dari pihak keluarga perihal keluhan yang dirasakan Ibu Lis. Sebab jika dirinya sudah mengetahui keluhan-keluhannya, segera ia diteruskan ke dokter ahli untuk penanganan lebih lanjut.
“Tapi Insya Allah saya yakin itu tidak apa-apa. Itu adalah gejala sebagaimana yang dirasakan warga yang pernah divaksin. Dulu juga di sini ada yang muntah-muntah. Tapi setelah itu baik-baik saja,” katanya.
Sejauh ini, menurut Jafanet, vaksinasi di Kabupaten Tojo Una-una berlangsung aman. Adapun efek vaksin yang dirasakan tubuh berarti vaksin tersebut tengah bereaksi melawan COVID-19 dengan membentuk antibodi.
“Pokoknya mudah-mudahan di Tojo tidak ada kasus-kasus berat,” ujarnya.
Selama vaksinasi berlangsung, umumnya warga yang divaksin harus melalui berbagai macam tahapan, salah satunya screening. Tahap ini penting sebab di tahap itulah, seorang yang akan divaksin digali latar belakang riwayat penyakitnya.
ADVERTISEMENT
Menurut Jafanet, ada beberapa penyakit yang tidak diperbolehkan ikut vaksinasi antara lain hipertensi. Bila seseorang menderita penyakit itu, vaksinasi akan ditunda.
Lalu, kegiatan vaksinasi seharusnya dilakukan di lingkungan Rumah Sakit atau Puskesmas demi mencegah hal-hal yang tidak diinginkan. Bila vaksinasi tetap dilakukan di luar wilayah tersebut, petugas kesehatan wajib menyertakan mobil ambulans.
“Saat ini vaksinasi di Tojo Una-una untuk tahap satu sudah mencapai 80 persen,” tutup Jafanet.