Hari Tani Nasional, Mahasiswa Demo Tuntut Perhutanan Sosial Palsu Dihentikan

Konten Media Partner
27 September 2022 18:29 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Demo mahasiswa yang tergabung dalam Front Perjuangan Rakyat. Foto: Tim PaluPoso
zoom-in-whitePerbesar
Demo mahasiswa yang tergabung dalam Front Perjuangan Rakyat. Foto: Tim PaluPoso
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sejumlah elemen mahasiswa yang tergabung dalam Front Perjuangan Rakyat (FPR) Sulawesi Tengah menggelar unjuk rasa memperingati momentum Hari Tani Nasional (HTN) ke-62, Selasa (27/9).
ADVERTISEMENT
Aksi yang diikuti sekitar 80 orang itu, mulai tiba di depan kantor DPRD Provinsi Sulteng sekitar pukul 10.30 WITA dan langsung berorasi secara bergantian.
Mereka menuntut segera hentikan reforma agraria dan perhutanan sosial palsu Jokowi, serta lawan segala bentuk kebijakan rezim kepala batu. Tuntutan lainnya, di antaranya hentikan intimidasi, tindakan represif dan kriminalisasi terhadap gerakan rakyat baik di Sulawesi Tengah maupun secara nasional.
Kemudian, berikan ganti rugi atas tanah petani yang dikelola oleh PT HIP selama 15 tahun belakangan. Terakhir, menuntut segera mewujudkan reforma agraria sejati sebagai syarat terciptanya industrialisasi nasional.
Demo mahasiswa yang tergabung dalam Front Perjuangan Rakyat. Foto: Tim PaluPoso
Koordinator lapangan, Alin, saat menyampaikan orasinya menegaskan, peringatan Hari Tani Nasional kali ini diperingati di tengah krisis pedesaan yang terus memburuk, akan tetapi berbagai kebijakan  keputusan, regulasi memperdalam krisis di pedesaan. Krisis ini sebagai dampak dari sistem setengah feodal yang berbasis pada monopoli tanah skala besar oleh pertambangan dan perkebunan milik swasta maupun pemerintah sebagai agen dari modal internasional milik kapitalisme monopoli dalam bentuk imprealisme.
ADVERTISEMENT
“Hal itu meninggalkan dampak yang mendalam bagi rakyat, krisis finansial, pangan, energi, juga bencana alam, banjir, longsor, serta gelombang air pasang menjadi realita yang terus terjadi. Rumah dan seluruh hasil keringat hilang dengan sekejap,” kata Alin.
Setelah berunjuk rasa selama dua jam, massa aksi kemudian membubarkan diri sekitar pukul 12.40 WITA.
Aksi unjuk rasa tersebut juga berkaitan dengan kebijakan pemerintah yang menaikkan harga BBM yang sangat dibutuhkan masyarakat dan juga berdampak terhadap para petani.