Kisah Keluarga Korban Bencana Palu yang Berziarah ke Pekuburan Massal

Konten Media Partner
6 Juni 2019 20:08 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Fatanarasya berdoa di pusara neneknya Sri Rahayu Ningsih, di TPU Poboya, Kamis, (6/6). Foto: Ikram/Palu Poao
zoom-in-whitePerbesar
Fatanarasya berdoa di pusara neneknya Sri Rahayu Ningsih, di TPU Poboya, Kamis, (6/6). Foto: Ikram/Palu Poao
ADVERTISEMENT
Sejak hari pertama Lebaran Idul Fitri, Rabu (5/6), hingga Kamis (6/6), Tempat Pemakaman Umum (TPU) Poboya di Kelurahan Poboya, Kecamatan Mantikulore, Kota Palu, tampak ramai dikunjungi puluhan warga yang hendak berziarah.
ADVERTISEMENT
TPU tersebut memang ditunjuk menjadi pemakaman massal bagi korban gempa, tsunami, dan likuefaksi yang menerjang Palu dan wilayah Sulawesi Tengah lainnya pada 28 September 2018.
Berdasarkan pantauan Palu Poso, Kamis (6/6), terlihat sanak keluarga, sahabat, kerabat, handai taulan korban ada yang memperbaiki batu nisan, ada yang menabur bunga, hingga menyiramkan air di pusara. Ada pula yang tampak sedang membacakan doa dan Surat Yasin.
Heru salah satunya. Pria asal Anjungan Nusantara Pantai Talise ini berziarah ke makam ibunya, Sri Rahayu Ningsih (61), yang juga korban bencana 28 September 2018. Turut serta pula keluarga, kerabat, dan sanak famili Heru lainnya saat momen ziarah itu.
Heru mengatakan, ibunya merupakan korban tsunami di Anjungan Nusantara Pantai Talise.
ADVERTISEMENT
"Mama saya waktu itu, berada di depan TVRI tepatnya di anjungan yang amblas, menemani temannya sedang berjualan. Tiba-tiba tempat mereka amblas masuk ke dalam laut," kata Heru.
Potret keluarga almarhumah Sri Rahayu Ningsih di TPU Poboya, Kamis, (6/6). Foto: Ikram/Palu Poso
Heru mengatakan, saat kejadian gempa dan tsunami di Pantai Talise itu, ibunya bersama sembilan orang lain, termasuk supir sedang pergi ke tempat kegiatan Festival Palu Nomoni di Anjungan Nusantara Pantai Talise.
Dari sembilan orang tersebut, yang selamat hanya supir. Sisanya, termasuk ibu Heru meninggal dunia. Empat orang ditemukan jasadnya dan empat lainnya jasadnya tidak ditemukan.
"Jasad ibu saya tidak ditemukan," katanya dengan nada pelan.
Heru mengatakan, usai tsunami reda, kira-kira seminggu setelah kejadian, ia terus bolak-balik dan berusaha mencari jasad ibunya, baik di Rumah Sakit Bhayangkara, Rumah Sakit Undata, maupun Rumah Sakit Wirabuana, lokasi-lokasi jenazah korban tsunami dikumpulkan.
ADVERTISEMENT
Namun, hasilnya nihil. Heru akhirnya menyerah dan mencari tahu informasi tempat pemakaman massal untuk korban. Dan, TPU Poboya adalah tempatnya.
"Makanya kita keluarga ke sini, yakin bahwa ibunya telah dikubur massal, bersama korban lainya, di sini (TPU Poboya)," imbuhnya.
Datang bersama Heru, ada cucu dari Sri Rahayu Ningsih, Fatanarasya, yang tampak tidak kuasa menahan tangisnya ketika melafalkan doa-doa di samping pusaran kuburan massal.
Sesekali tangannya menyeka bulir-bulir air mata yang bercucuran nan mengalir deras. Ia tampak sesenggukan, tetapi tetap berusaha memberikan doa terbaik bagi sang nenek.
Suasana pengunjung di TPU Poboya, Kamis (6/6). Foto: Ikram/Palu Poso
Heru mengatakan, Fatanarasya adalah anak dari adik perempuannya, Ambarwati; dan merupakan cucu yang paling dekat dengan almarhum neneknya. Bagaimana tidak? Ia telah dirawat oleh Sri Rahayu Ningsih sejak kecil sampai duduk di bangku SMP.
ADVERTISEMENT
Wajar jika Fatanarasya terlihat sangat sedih. Sebab, dua hari sebelum gempa dan tsunami, almarhumah berpesan kepada cucunya tersebut agar didoakan jika suatu saat meninggal.
"Makanya pesan dari almarhum dia ingat betul," katanya.
Sementara itu, peziarah lainnya, Idris Timumun, datang ke TPU Poboya untuk berziarah dan mendoakan anaknya, almarhumah Eva (35).
Eva merupakan korban gempa dan tsunami di Kantor Pergudangan Palu Indah Tondo. Eva merupakan karyawati di sana.
Idris mengatakan, jasad Eva tidak ditemukan, sehingga dia yakin mereka telah dikuburkan di TPU Poboya. "Kami ziarah di TPU Poboya karena di sini kuburan massal korban bencana 28 September 2018. Harapan saya anak kami juga dikebumikan di sini," ucapnya dengan raut wajah sedih.
ADVERTISEMENT
Kontributor: Ikram