Kisah Pasutri di Tolitoli, Sulawesi Tengah, Bertahan Hidup dengan Kondisi Buta

Konten Media Partner
9 Mei 2020 12:25 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pasangan suami istri (Pasutri), Rusli (53) dan Roslina (52) yang menderita buta permanen karena penyakit katarak berada di areal perkebunan di Desa Dungingis, Kecamatan Dakopemean, Kabupaten Tolitoli, Sulawesi Tengah. Foto: Moh Sabran/PaluPoso
zoom-in-whitePerbesar
Pasangan suami istri (Pasutri), Rusli (53) dan Roslina (52) yang menderita buta permanen karena penyakit katarak berada di areal perkebunan di Desa Dungingis, Kecamatan Dakopemean, Kabupaten Tolitoli, Sulawesi Tengah. Foto: Moh Sabran/PaluPoso
ADVERTISEMENT
Kediaman pasangan suami istri (Pasutri), Rusli (53) dan Roslina (52) yang menderita buta permanen karena penyakit katarak berada di areal perkebunan di Desa Dungingis, Kecamatan Dakopemean, Kabupaten Tolitoli, Sulawesi Tengah.
ADVERTISEMENT
Untuk menjangkau rumah Rusli, harus melewati beberapa permukiman rumah warga sebelum masuk ke areal perkebunan.
Saat PaluPoso bertandang ke rumah pasutri yang buta permanen itu, kondisi rumahnya terlihat sangat sederhana. Nyaris tanpa perabotan di rumah panggung berukuran 4x 6 meter. Atap rumah itu dari Rumbia.
Rusli (53) yang dulunya bekerja sebagai nelayan sekaligus petani menceritakan riwayatnya sebelum mengalami kebutaan permanen. Ia pada saat itu tengah beraktivitas, namun entah mengapa ia langsung mengalami pusing dan penglihatannya pun terasa kabur.
Roslina (52) istri Rusli (53) yang juga menderita buta permanen bertahan hidup di rumahnya di areal perkebunan di Desa Dungingis, Kecamatan Dakopemean, Kabupaten Tolitoli, Sulawesi Tengah. Foto: Moh Sabran/PaluPoso
Penasaran akan kondisinya, tanpa dibekali dengan kartu sehat dan hanya berbekal uang seadanya dari penghasilan yang didapatkan, ia pun memeriksa kondisi kesehatannya itu ke dokter.
Dari hasil diagnosa dokter, jika Rusli menderita penyakit katarak dan mengalami buta permanen sejak tahun 2017 silam.
ADVERTISEMENT
"Untuk menyembuhkan mata saya dari kebutaan, jalan satu satunya saya harus dioperasi namun terkendala dengan biaya, terpaksa saya hanya jalani obat kampung saja," kata Rusli saat ditemui di kediamannya, Sabtu (9/5).
Mirisnya lagi, istrinya bernama Roslina (52) juga mengalami kebutaan permanen, di mana penglihatannya mulai kabur sejak tahun lalu. Bahkan, untuk melakukan aktivitas memasak ia harus meraba-raba dinding agar bisa sampai ke dapur.
Kondisi rumah pasangan suami istri (Pasutri), Rusli (53) dan Roslina (52) yang menderita buta permanen karena penyakit katarak berada di areal perkebunan di Desa Dungingis, Kecamatan Dakopemean, Kabupaten Tolitoli, Sulawesi Tengah. Foto: Moh Sabran/PaluPoso
"Sudah satu tahun mata saya kabur, tapi tahun ini makin tambah parah penglihatan saya," ujar Roslina lirih.
Sejak mengalami buta permanen tiga tahun silam tambah Rusli, ia tidak bisa beraktivitas seperti dulu lagi. Dan, terpaksa hanya mengharapkan sesekali bantuan dari sanak saudaranya yang tidak jauh dari tempat tinggalnya itu.
ADVERTISEMENT
Meski ada bantuan dari donatur namun sangat terbatas yang diberikan kepada pasutri yang belum dikarunia anak itu.
Sebagai kepala keluarga, Rusli yang mengaku sudah berulang kali didata aparat desa ini untuk mendapatkan Bantuan langsung Tunai (BLT) itu tetap bertekad untuk sembuh dari penyakit yang dideritanya dengan mengetuk hati para dermawan. Sehingga, aktivitas yang dulu kala ia lakoni bisa kembali dijalaninya.
*kumparanDerma membuka campaign crowdfunding untuk bantu pencegahan penyebaran corona virus. Yuk, bantu donasi sekarang!