news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Kisah Rina, Nelayan Perempuan Asal Teluk Palu yang Gantikan Suami Melaut

Konten Media Partner
20 Desember 2020 16:27 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Duduk diperahunya, Rina, salah seorang nelayan perempuan di Teluk Palu, Sulawesi Tengah. Foto: Kristina Natalia/PaluPoso
zoom-in-whitePerbesar
Duduk diperahunya, Rina, salah seorang nelayan perempuan di Teluk Palu, Sulawesi Tengah. Foto: Kristina Natalia/PaluPoso
ADVERTISEMENT
Sejak suaminya Moh Sahid (70) jatuh sakit, Rina (40), seorang nelayan perempuan kini ditemani anak ketiganya, Lukman, untuk pergi melaut.
ADVERTISEMENT
Pukul 03.00 dini hari, Rina dan anaknya Lukman sudah berada di pesisir Teluk Palu, Pantai Talise untuk pergi melaut.
Perahu Rina tak besar, hanya berukuran kecil dan tidak bisa berlayar terlalu jauh.
“Perahuku kecil saja, makanya kami malaut di sekitar Teluk Palu saja,” kata Rina.
Ibu enam anak ini kini jadi tulang punggung keluarga setelah suaminya Moh Sahid tak mampu melaut lagi. Rina melanjutkan tugas suami tercinta demi kelangsungan hidup keluarga.
Biasanya perahu Rina akan sandar di daratan sekitar pukul 08.00 WITA. Ikan hasil tangkapan langsung ia pasarkan hanya untuk warga di sekitar Teluk Palu.
“Tidak banyak juga hasil tangkapan kami, makanya jualnya paling untuk warga di sekitar ini saja,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
Rina adalah satu-satunya nelayan perempuan di wilayah Pantai Talise yang berani turun melaut hingga saat ini.
Pasca diterpa bencana gempa dan tsunami pada 28 September 2018, Rina memulai kehidupan keluarga dari nol.
“Tidak ada lagi semua termasuk rumah dan barang-barang. Bahkan perahunya kita rusak kena tsunami,” ujar Rina.
Beruntung Rina punya uang simpanan yang sebelumnya ia sisihkan dari hasil melaut suaminya. Walau nilainya tak banyak, itu kemudian ia pakai untuk memperbaiki perahu kecilnya yang rusak.
“Sudah bisa dipakai lagi sampai sekarang,” katanya.
Rina, salah seorang nelayan perempuan di Teluk Palu, Sulawesi Tengah. Foto: Kristina Natalia/PaluPoso
Rina sempat mengungkapkan kekecewaannya terhadap pemerintah lantaran ia termasuk salah satu nelayan yang tidak pernah tersentuh bantuan. Jangankan hunian tetap, bantuan perahu pun sama sekali tak ada.
ADVERTISEMENT
15 tahun menjadi seorang keluarga nelayan, perempuan ini tak membuat hati pemerintah ibah dengan nasib keluarga Rina.
“Apalagi saya jadi tulang punggung dan kasih sekolah anakku 6 orang, 3 orang masih sekolah, 1 kuliah dan 2 orang sudah tamat sekolah,” ujarnya.
Dulu, sebelum bencana gempa dan tsunami, penghasilan Rina bersama suami saat melaut capai Rp 500 ribu sampai dengan Rp 1 juta per hari. Sayangnya, masa pemulihan belum membangkitkan perekonomian keluarga Rina. Penghasilannya perhari hanya mencapai Rp 150 ribu sampai dengan Rp 200 ribu per hari. Nilai rupiah yang sangat jauh dari pendapatan sebelumnya.
“Apalagi sekarang ini tangkapan ikan berkurang, makanya tidak hanya menghasilannya kita, paling penting adalah untuk dimakan,” kata Rina.
ADVERTISEMENT
Rina sebelumnya terdaftar sebagai nelayan perempuan di Kampung Nelayan, namun dirinya tak mendapat bantuan dan perhatian sehingga ia pun bergeser ke nelayan perempuan di Kampung Lere.
Lagi-lagi, nasibnya tak berubah sehingga Rina pun memutuskan untuk pindah ke dua kalinya ke kerukunan nelayan Talise.
Rina mengatakan, sejauh ini kehidupan Rina sangat diperhatikan. Bahkan, baru-baru ini ia didaftarkan oleh ketua kerukunan untuk mendapatkan bantuan perahu dari Dinas Kelautan dan Perikanan Sulawesi Tengah.
Rina pun menaruh harapan yang sangat besar agar ia segera mendapat bantuan.
“Semoga kali ini saya dapat bantuan karena saya ini termasuk nelayan yang tidak pernah tersentuh bantuan dari mana pun, makanya saya sangat berharap untuk bantuan perahu yang didaftarkan oleh ketua kerukunan,” jelasnya.
ADVERTISEMENT
Sejak usia 25 tahun, Rina sudah memberanikan diri melaut bersama suaminya. Perempuan berdarah Ternate ini pun tak menyesal menjadi seorang nelayan perempuan di Kota Palu. Pasalnya, hasil keringat melaut tersebut, Rina sudah mampu menyekolahkan 6 anaknya sampai selesai.
“Alhamdulillah anakku bisa sekolah dan kami pelan-pelan mau menabung untuk bangun rumah. Sekarang masih tinggal di pondok pondok karena kami tidak punya tempat tinggal,” cerita Rina.