Mengais Rezeki dari Puing Reruntuhan Likuefaksi Balaroa Palu

Konten Media Partner
6 April 2019 20:15 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Seorang anak memikul martil saat menuju ke lokasi yang terdampak likuefaksi di Perumnas Balaroa, Kelurahan Balaroa, Kecamatan Palu Barat, Kota Palu, Sulawesi Tengah, Sabtu (6/4). Foto: Dok PaluPoso
zoom-in-whitePerbesar
Seorang anak memikul martil saat menuju ke lokasi yang terdampak likuefaksi di Perumnas Balaroa, Kelurahan Balaroa, Kecamatan Palu Barat, Kota Palu, Sulawesi Tengah, Sabtu (6/4). Foto: Dok PaluPoso
ADVERTISEMENT
Puing-puing reruntuhan di lokasi likuefaksi Perumnas Balaroa, Kelurahan Balaroa, Kecamatan Palu Barat, Sulawesi Tengah, menjadi sumber rezeki tersendiri bagi warga.
ADVERTISEMENT
Beberapa warga yang tidak memiliki pekerjaan setelah bencana melanda Kota Palu 28 September 2018, mencoba mengais rezeki dengan mengumpulkan besi-besi dari reruntuhan bangunan di Perumnas Balaroa.
Memang tak begitu besar penghasilan yang diperoleh dari mengumpulkan besi-besi bangunan di seputaran Perumnas Balaroa itu. Namun, setidaknya bisa untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari warga yang menggantungkan hidupnya dari mengumpulkan besi-besi bangunan itu.
Khairudin, salah satu warga Balaroa, Palu Barat saat memotong besi sisa reruntuhan di lokasi likuefaksi Balaroa, Sabtu (6/4). Foto: PaluPoso
Khairudin (37), ditemui di sela-sela aktivitasnya mengumpulkan besi reruntuhan bangunan bekas likuefaksi, mengakui dalam seharinya, dia bisa mengumpulkan rata-rata 15 kilogram besi. Jika dikonversi ke rupiah, penghasilan Khairudin dalam sehari bisa mencapai Rp 75 ribu.
Warga lainnya, Saiyyah (42) saat ditemui di tempat yang sama, awalnya enggan menjawab pertanyaan PaluPoso. Wanita separuh baya itu selalu menghindar ketika dibuntuti PaluPoso. Malah meminta agar tidak didokumentasikan. Namun setelah dibujuk dan dilakukan trik tersendiri, akhirnya Saiyyah mau meladeni pertanyaan PaluPoso walau selalu membelakangi sorotan lensa media ini.
Seorang warga Balaroa, korban bencana likuefaksi sedang menggali tanah untuk mengangkat besi sisa reruntuhan di lokasi likuefaksi Perumnas Balaroa, Palu Barat, Sabtu (6/4). Foto: Dok. PaluPoso
Saiyyah mengakui, pekerjaan sebagai pemulung barang rongsokan tidak terlalu mendatangkan hasil sebagaimana diharapkannya. Namun ia terpaksa melakoni itu karena tidak ada lagi pekerjaan lain yang bisa dikerjakannya.
ADVERTISEMENT
Wanita yang berbicara dengan logat wilayah selatan Pulau Sulawesi ini, mengakui awalnya ia berdagang. Namun seluruh harta bendanya lenyap setelah kejadian bencana 28 September 2018 tersebut. “Mau diapa lagi, hanya ini yang sementara kami bisa lakukan, sambil mengumpulkan modal sedikit-demi sedikit,” ujarnya.
Seorang warga terlihat saat mengumpulkan barang rongsokan di lokasi likuefaksi Perumnas Balaroa, Kelurahan Balaroa, Kecamatan Palu Barat, Kota Palu, Sabtu (6/4). Foto: Dok. PaluPoso
Kepada media, Saiyyah mengaku dalam sehari bisa mengumpulkan barang rongsokan dari besi-besi reruntuhan bangunan di seputaran Perumnas Balaroa ini, rata-rata 10 kilogram. “Itu kalau cuaca lagi baik,” ujarnya.
Menurutnya, hasil dari mengumpulkan besi-besi tersebut, biasanya langsung dijemput oleh para pengepul barang rongsokan dengan mendatangi langsung warga di lokasi. PaluPoso sempat memantau transaksi barang rongsokan tersebut di lokasi warga mengumpulkan barang bekas sisa reruntuhan likuefaksi.
Penulis: Amar Burase
ADVERTISEMENT