Merasa Dibohongi, Korban Likuefaksi Jono Oge Pastikan Golput di Pemilu

Konten Media Partner
15 April 2019 19:23 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ilustrasi: Warga Desa Jono Oge, Kecamatan Sigi Biromaru, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, Kamis 28 Maret 2019, melakukan aksi dengan mendirikan tenda pengungsian di lokasi likuefaksi sebagai bentuk protes kepada pemerintah karena lambatnya pencairan bantuan dana stimulan, dana santunan maupun ganti rugi lahan likuefaksi. Foto: Istimewa
Sejumlah warga Desa Jono Oge, Kecamatan Sigi Biromaru, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, memastikan tidak akan menyalurkan hak pilihnya pada Pemilu serentak 2019 ini alias berada posisi golongan putih (Golput). Sikap itu mereka tempuh jika sampai pada hari pencoblosan 17 April, dana stimulan maupun dana santunan untuk korban likuefaksi Desa Jono Oge belum juga dicairkan oleh pemerintah pusat.
ADVERTISEMENT
Pernyataan sikap tersebut disampaikan Sahrul, warga korban likuefaksi Desa Jono Oge, Kecamatan Sigi Biromaru, menyusul kepastian pencairan dana stimulan dan santunan tak kunjung dicairkan. Padahal saat mereka melakukan aksi unjuk rasa dengan memasang tenda di lokasi likuefaksi Desa Jono Oge beberapa pekan lalu, telah dijanjikan akan segera dicairkan dana stimulan dan santunan bagi mereka pekan depan. Janji itulah yang membuat mereka menghentikan aksi unjuk rasa mereka itu.
“Katanya lalu waktu kita gelar aksi di lokasi likuefaksi, dana stimulan dan dana santunan sudah mau dicairkan sepekan lagi. Tapi buktinya sampai sekarang sudah mau masuk minggu ketiga, belum juga ada kabar kapan dana itu dicairkan,” kata Sahrul, Senin 15 April 2019.
ADVERTISEMENT
Suasana terkini di lokasi likuefaksi Desa Jono Oge, Kecamatan Sigi Biromaru, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, Minggu (14/4) Foto: Dok. PaluPoso
Janji-janji yang tak kunjung disahuti oleh pemerintah tersebut kata Sahrul, membuat dirinya beserta sejumlah warga Desa Jono Oge yang merupakan korban gempa bumi dan likuefaksi 28 September 2018 silam, menilai tak ada manfaatnya bagi mereka untuk ikut mencoblos, sementara keinginan mereka yang memang menjadi haknya tak disahuti oleh pemerintah pusat.
“Untuk apa kita mencoblos kalau hanya dijanji-janji terus, memangnya kita ini mau makan janji,” ujarnya.
Hal senada disampaikan Tasmin, warga Desa Jono Oge lainnya. Ia mengakui sudah frustasi melihat sikap pemerintah yang hanya mengumbar janji bagi korban likuefaksi Jono Oge. Hal itu membuat dirinya sudah tidak ada niat lagi untuk ikut dalam Pemilu serentak 2019. Sebab, dalam benaknya dan termasuk seluruh warga korban likuefaksi di Desa Jono Oge, hanya memikirkan kapan dana stimulan dan santunan itu dicairkan oleh pemerintah.
ADVERTISEMENT
“Tidak ada pengaruhnya juga, apakah kalau kita ikut mencoblos dana itu bisa cair atau tidak, ada yang bisa jamin, tidak ada toh. Untuk apa kita ikut pemilu kalau begitu,” ujarnya.
Ia mengakui sama sekali tak mengikuti perkembangan tahapan Pemilu serentak 2019. Sebab, fokus warga terdampak likuefaksi hanya memikirkan bagaimana esok harinya mereka bisa makan.
“Jadup sudah tidak ada lagi sejak beberapa bulan lalu ditambah dana stimulan dan dana santunan yang tak kunjung cair dari pemerintah pusat, maka lengkap sudah penderitaan korban bencana,” katanya.
Penulis: Abidin