Pajala Tracker, Alat Deteksi Buatan Santoso di Poso

Konten Media Partner
1 Mei 2021 20:24 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pajala Tracker, Alat Deteksi Buatan Santoso di Poso. Foto: Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Pajala Tracker, Alat Deteksi Buatan Santoso di Poso. Foto: Istimewa
ADVERTISEMENT
Penggiat Amatir Radio, Joko Santoso warga Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah (Sulteng), bersama timnya Keeposat berhasil menciptakan alat penjejak perahu nelayan yang berbasis Automatic Packet Reporting System (APRS) dan Long Range (LoRA).
ADVERTISEMENT
“Alat itu diberi nama Pajala Tracker,” kata Joko Santoso, Sabtu (1/5).
Joko yang saat ini berstatus sebagai Pustakawan di Universitas Sintuwu Maroso tersebut mengaku memiliki hobi menciptakan alat yang berkaitan dengan elektronika dan IT.
Sedangkan alasan dibalik tercetusnya penciptaan alat tersebut sebenarnya karena efek pandemi. Mereka lebih banyak bekerja di rumah. Sehingga membuat Joko tergerak bersama komunitasnya untuk berinovasi.
Maka, dibuatlah alat tersebut sebagai solusi untuk memecahkan kasus nelayan hilang di perairan Teluk Tomini di Kabupaten Poso.
Sumber masalahnya, beberapa waktu lalu tim SAR Poso turun ke perairan untuk mencari nelayan yang hilang. Beruntungnya nelayan tersebut ditemukan selamat. Mereka tidak bisa menepi karena kendala mesin kapal yang mati.
“Sistem kerjanya, alat penjejak dipasang ke perahu. Nanti akan termonitor di website apabila alatnya menyala,” jelasnya.
Santoso (kanan) berhasil menciptakan alat penjejak perahu nelayan yang berbasis Automatic Packet Reporting System (APRS) dan Long Range (LoRA). Foto: Istimewa
Dari website, alat itu terbaca lewat frekuensi radio. Kemudian dari pancaran sinyal radio akan diterima oleh stasiun penerima yang ada di pantai.
ADVERTISEMENT
Joko lalu menguji coba Pajala Tracker kepada dua kapal nelayan lokal dari Kelurahan Bonesompe. Hasilnya, uji coba tersebut berhasil. Kecepatan, arah dan posisi terkini kapal bisa dipantau secara langsung melalui website aprs.fi.
“Ini bisa menjadi alat alternatif pengganti Automatic Identification System (AIS) yang biasa digunakan kapal-kapal besar di laut sebagai alat navigasi kapal,” ujar Santoso.
Namun AIS yang biasa dimiliki kapal besar tersebut harganya mahal berkisar hingga Rp 15 juta. Sedangkan Pajala Tracker dipastikan memiliki harga yang lebih murah, cukup untuk kantong nelayan yakni berkisar Rp 1-2 juta.
“Ini tentu harus ada kerja sama dengan Pemerintah Daerah supaya bagaimana agar alat ini bisa dimiliki nelayan lokal,” katanya.
Pajala Tracker buatan Joko Santoso dan timnya masih akan melalui pengembangan lagi. Sebab berdasarkan uji coba sebelumnya, alat tersebut hanya bisa terbaca sepanjang 7 km. Untuk pengembangan selanjutnya, ia menginginkan agar jangkauan pantauan alat tersebut bisa terbaca hingga 10 km.
ADVERTISEMENT