Pemanfaatan Teknologi Bioflok, DKP Sulteng Libatkan Kalangan Pesantren

Konten Media Partner
3 Maret 2020 16:23 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Sulteng, Arif Latjuba (tengah) saat menjelaskan pemerintah telah mengembangkan budidaya ikan nila dan lele dengan teknologi sistem Bioflok, di kegiatan Pelatihan Budidaya Air Tawar Sistem Bioflok, di Balai Benih Ikan Sentral Tulo, Kabupaten Sigi, (3/3). Foto: Dok. DKP Sulteng
zoom-in-whitePerbesar
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Sulteng, Arif Latjuba (tengah) saat menjelaskan pemerintah telah mengembangkan budidaya ikan nila dan lele dengan teknologi sistem Bioflok, di kegiatan Pelatihan Budidaya Air Tawar Sistem Bioflok, di Balai Benih Ikan Sentral Tulo, Kabupaten Sigi, (3/3). Foto: Dok. DKP Sulteng
ADVERTISEMENT
Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi Sulawesi Tengah intensif memperkenalkan budidaya ikan air tawar menggunakan sistem Bioflok melalui pelatihan. Seperti yang dilaksanakan oleh DKP Sulawesi Tengah di UPTD BBI Tulo Rarantea, Kecamatan Dolo, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, pada Selasa (3/3).
ADVERTISEMENT
Pelatihan yang diikuti 70 peserta ini melibatkan kalangan pesantren, perwakilan Pol Airud dan masyarakat sekitar, serta menghadirkan pemateri yang sudah berhasil dalam budidaya ikan air tawar menggunakan sistem Bioflok.
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Sulteng, Arif Latjuba menjelaskan pemerintah telah mengembangkan budidaya ikan nila dan lele dengan teknologi sistem Bioflok. Teknologi tersebut telah sukses diterapkan untuk budidaya ikan Nila dan Lele yang dimassalkan di berbagai daerah di Indonesia.
Bioflok menurut Arif Latjuba bisa diartikan sebagai gumpalan (flok) dari berbagai campuran heterogen mikroba (plankton, protozoa, fungi), partikel, polimen organik, koloid dan kaiton yang saling berinteraksi dengan sangat baik di dalam air.
“Sistem bioflok sebenarnya dikembangkan untuk meningkatkan pengendalian lingkungan supaya lebih produksi pada tempat-tempat yang memang memiliki permasalahan untuk mendapatkan air dari keterbatasan lahan, sehingga penerapannya akan lebih efektif,” kata Arif Latjuba.
ADVERTISEMENT
Pemanfaatan teknologi Bioflok ini lanjutnya, Pemerintah Indonesia menjadikan pesantren di berbagai daerah sebagai lokasi pengembangan untuk budidaya perikanan tersebut.
Dengan cara itu, ke depan diharapkan produksi ikan, khususnya Lele dan Ikan Nila bisa meningkat secara nasional. Hal ini bertujuan bukan hanya secara ekonomi saja, namun juga bagaimana turut serta dalam meningkatkan kualitas SDM yang ada.
“Dengan mulai memperkenalkan ikan sebagai sumber pangan bagi mereka, kita ingin generasi muda di lingkungan pondok pesantren lebih cerdas dengan mulai membiasakan mengkonsumsi ikan,” ujarnya.
Menurut Arif, Ikan Nila dan Ikan Lele dipilih sebagai sistem lanjutan Bioflok karena keduanya termasuk kelompok herbivora. Membutuhkan proses pembesarannya lebih cepat. Selain itu, ke dua ikan ini juga mampu mencerna flok yang tersusun atas berbagai mikroorganisme.
ADVERTISEMENT
Keberhasilan teknologi sistem Bioflok untuk Ikan Nila dan Lele, menunjukkan pemerintah terus berinovasi mencari teknologi yang efektif dan efisien dalam penggunaan air, lahan dan mampu beradaptasi terhadap perubahan iklim.
Walau sudah menemukan teknologi tepat guna untuk ikan nila dan lele tambahnya, pemerintah tak akan berhenti untuk melakukan inovasi. Terlebih, fenomena perubahan iklim, penurunan kualitas lingkungan global, dan pertambahan penduduk terus menjadi tantangan bersama yang tidak bisa dihindari.
Oleh karena itu, untuk semua pelaku perikanan budidaya agar terus mengedepankan penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam pengelolaan usaha budidaya ikan yang berkelanjutan.