Peneliti Amerika Serikat: Bahaya Beri Makan Kera di Sulawesi Tengah

Konten Media Partner
6 Januari 2020 15:54 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Seorang pemudik saat memberi makanan kepada Kera hitam kebun kopi yang berada di Jalan Jalur Transulawesi Donggala, Sulawesi Tengah, Senin (3/6). Foto: Dok PaluPoso
zoom-in-whitePerbesar
Seorang pemudik saat memberi makanan kepada Kera hitam kebun kopi yang berada di Jalan Jalur Transulawesi Donggala, Sulawesi Tengah, Senin (3/6). Foto: Dok PaluPoso
ADVERTISEMENT
Memberikan makanan kepada Macaca, hewan Primata yang hidup di Kebun Kopi, Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah, sudah menjadi kebiasaan masyarakat sekitar maupun pengendara yang melintas di jalan perbatasan antara Kabupaten Donggala dan Parigi Moutong.
ADVERTISEMENT
"Kebiasaan memberi makan kepada Macaca adalah salah satu cara penularan penyakit antara manusia dan hewan primata," kata Direktur Global Field Study University of Washington, Prof Rendall C Kyes ketika melakukan penelitian di Sulawesi Tengah.
Menurutnya tidak sedikit kasus yang ia temukan mengenai penularan penyakit antara hewan primata dengan manusia.
Sehingga ia menyarankan kebiasaan memberi makanan kepada Macaca seperti ini sebaiknya tidak dilakukan. “Cara penularan penyakit antara manusia dengan primata juga melalui interaksi sehingga sebaiknya jangan dilakukan oleh masyarakat,” katanya.
Berkaitan dengan hal ini, Rendall pernah menyampaikan hal yang sama ketika melakukan seminar di salah satu universitas di Kota Palu.
Pengendara (pemudik) saat berhenti dan melintas di titik kumpul Kera Hitam Sulawesi di Kebun Kopi, Senin (3/6). Foto: Dok. PaluPoso
Selain berpengaruh pada kesehatan, membiasakan memberikan makanan pada Macaca dapat berdampak secara sosial.
ADVERTISEMENT
Rendall pun memberikan contoh kasus yang terjadi di Thailand, di mana populasi primata menjadi membludak akibat kebiasaan masyarakat yang terus memberi makan sehingga populasi Macaca menjadi bertambah hingga tidak terkendali.
“Para primata juga mulai meresahkan warga sekitar karena terkadang primata menjadi agresif dan cukup berbahaya,” ujarnya.
Rendall yang juga pakar dalam bidang primata secara Global ini menambahkan, bahwa untuk lebih baiknya, primata jenis Macaca yang berada di area Kebun Kopi dibiarkan secara alamia untuk mencari makanan di hutan.
“Kalau pun masyarakat ingin memberi makanan, sebaiknya diserahkan kepada ahli spesies Macaca untuk mencegah penularan penyakit ataupun sesuatu yang berdampak sosial dikemudian hari,” sebutnya.
Direktur Global Field Study University of Washington, Prof Rendall C Kyes. Foto: Istimewa
Rendall mengungkapkan kasus tersebut banyak ia temukan selama mengunjungi beberapa Negara di antaranya, Nepal, Bangladesh, Congo, Thailand, India dan Indonesia. Kunjungan ke beberapa Negara tersebut dilakukan untuk meneliti seberapa besar pengaruh primata dalam kehidupan dan lingkungan.
ADVERTISEMENT
Rendall pun beberapa kali mengunjungi Sulawesi Tengah untuk melakukan penelitian terhadap hewan primata.
Sementara itu Kepala Seksi Konservasi Wilayah I Pangi Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sulawesi Tengah, Haruna, menambahkan imbauan untuk tidak memberi makan kepada hewan primata yang ada di daerah Kebun Kopi sudah disampaikan baik secara tertulis maupun lisan kepada masyarakat.
Sayangnya, kebiasaan memberi makan tersebut masih saja dilakukan sehingga menyebabkan perubahan perilaku satwa.
“Faktanya masih tetap memberi makan dan malah imbauan itu tidak dihiraukan padahal imbauan itu tujuannya untuk kebaikan kita bersama,” kata Haruna, Senin (6/1).
Kepala Seksi Konservasi Wilayah I Pangi Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sulawesi Tengah, Haruna. Foto: Kristina Natalia/PaluPoso
Untuk populasinya, Haruna mengatakan populasi hewan primata di Kebuh Kopi masih relatif stabil. “Terlihat banyak karena hewan primata ini lebih banyak turun ke permukiman warga dan di jalan,” ujar Haruna.
ADVERTISEMENT
Baginya kebiasaan warga memberi makan hewan primata harus dihentikan, mengingat hal ini dianggap membahayakan masyarakat, pengendara maupun bagi hewan primata itu sendiri.
Soal persediaan makanan, Haruna berharap agar masyarakat tidak usah kuatir. Pasalnya, persediaan makanan hewan primata di Kebun Kopi masih cukup. Jika ingin memberi makan sebaiknya diberikan kepada petugas yang ahli dalam mengurus hewan primata.
“Kami juga tidak bisa memberikan sanksi tegas mengingat hanya berupa imbauan, harapan kami semua bekerja sama dan sepakat untuk tidak membiasakan memberi makan kepada hewan primata di Kebun Kopi,” ujarnya.
Sekolompok kera hitam berada di jalur kebun kopi, Sulawesi Tengah, Senin (3/6). Foto: Dok. PaluPoso