news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Penyintas Bencana Palu Menuai Rezeki dari Balik Tumpukan Barang Bekas

Konten Media Partner
5 September 2019 20:01 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suriyah (68), penyintas bencana Palu, membersihkan bekas plastik yang kemudian diolah. Foto: Ikram/PaluPoso
zoom-in-whitePerbesar
Suriyah (68), penyintas bencana Palu, membersihkan bekas plastik yang kemudian diolah. Foto: Ikram/PaluPoso
ADVERTISEMENT
Siang itu, matahari terasa sangat terik dan begitu menyengat. Dua perempuan, satunya paruh baya dan satunya lagi ibu muda, terlihat duduk di bawah pepohonan rindang di seputaran Jalan Lingkar Stadion Gawalise, Kelurahan Duyu, Kecamatan Tatanga, Kota Palu, Sulawesi Tengah.
ADVERTISEMENT
Mereka adalah Suriyah (68) dan Dinar (30). Status mereka adalah mertua dan menantu. Jalan takdir membawa mereka menjadi bagian dari penyintas bencana Palu yang tinggal di hunian sementara (huntara) Duyu.
Kala itu, di hadapan mereka, terletak setumpuk botol air mineral bekas, baik yang telah dipilah maupun belum. Dengan bermodalkan sebilah pisau di tangan, mereka mulai mengeluarkan plastik, cincin, dan penutup pada botol yang masih melekat, satu per satu. Setelah botol-botol tersebut dibersihkan dari plastik, cincin dan penutupnya lalu dipisahkan.
Demikianlah rutinitas kedua perempuan itu mengisi waktu yang luang, bekerja sebagai pemilah barang bekas di perusahaan daur ulang bernama PT Duta (The Gade Clean & Gold) yang merupakan mitra Pegadaian Syariah. Dalam sehari, biasanya mereka bisa membersihkan serta memilah sampah plastik hingga 30-50 kilogram. Upah yang mereka terima adalah Rp 800 per kilogramnya.
Suriyah dan Dinar, penyintas bencana Palu, memilah barang bekas plastik untuk diolah. Foto: Ikram/PaluPoso
Nantinya, upah uang yang mereka dapat itu ditabung atau bisa sekalian diambil kalau kebetulan tidak ada uang untuk kebutuhan sehari-hari.
ADVERTISEMENT
"Kalau tidak uang pembeli sabun bisa diambil, terserah kita saja," ujarnya.
Pekerjaan memilah barang bekas ini belum lama mereka lakoni, baru sekitar satu bulanan lebih. Suriyah sebelumnya adalah penjual nasi kuning. Akibat bencana 28 September 2018, rumahnya rusak dan belum memiliki modal untuk kembali berjualan.
Untuk mengisi waktu luangnya, janda yang telah lama ditinggal oleh suaminya itu terpaksa bekerja sebagai pemilah barang bekas. "Belum lama kerja memilah ini, dari pada berdiam diri di huntara," ujar Suriyah, ibu dari lima anak.
Ia mengatakan, aktivitas memilah dia lakukan bersama 5 orang rekannya, mulai pukul 8.00 WITA hingga pukul 16.00 WITA. Walau sebenarnya, kata Suriyah, aktivitas memilah barang bekas ini tidak terikat jam kerja.
ADVERTISEMENT
"Kalau cepat datang kerja dan lama pulang, banyak juga hasil didapatkan," katanya.
Seorang penyintas bencana Palu saat memilah barang bekas dari plastik yang kemudian dibersihkan. Foto: Ikram/PaluPoso
Senada dengan mertuanya, Dinar (30) juga mengaku belum lama bekerja sebagai pemilah barang bekas.
Sebelumnya, Dinar sudah bekerja selama kurang lebih tiga tahun di salah satu perusahaan rotan di Kelurahan Pantoloan. Ia bekerja sebagai tenaga pembersih rotan. Kini perusahaan rotan tersebut tidak lagi beroperasi. Bangunan perusahaan rotan itu roboh dihantam gempa dan tsunami pada 28 September 2018.
"Mengisi waktu luang, lebih baik kerja, ada aktivitas, yang penting semua pekerjaan rumah telah selesai dikerjakan," kata Ibu satu anak ini.
Manager The Gade Clean & Gold, Moh. Ivin, saat memperlihatkan buku tabungan para penyintas yang bekerja sebagai pengepul maupun pemilah barang bekas plastik. Foto: Ikram/PaluPoso
Manager The Gade Clean & Gold, Moh. Ivin, mengatakan misi utama mereka lebih kepada memberdayakan para pemilah maupun pengepul barang bekas yang tinggal di sekitar perusahaan. Termasuk di antaranya adalah para penyintas.
ADVERTISEMENT
Setiap jenis barang bekas yang mereka pasok dihargai berbeda. Misalnya untuk kategori plastik jenis pet, seperti botol air mineral merek tertentu, upah kerja yang mereka berikan kepada pemilah dan pengepul adalah Rp 1.500-2.200 per kilogram. Tergantung dari kadar kebersihan barangnya juga.
Untuk barang jenis blowing, seperti kemasan botol bekas oli, ember cat 5 kilogram, dan kemasan botol sampo dihargai Rp 4.000-5.000 per kilogram. Selain itu ada juga jenis polypropylene (PP), seperti kursi plastik.
"Bagi pengepul yang menjual, uangnya bisa ditabung atau diambil langsung karena pihaknya menyediakan buku tabungan, sewaktu-waktu dapat diambil jika mereka ada keperluan mendadak," katanya, Kamis (5/9).
Bahkan, menurut Ivin, perusahaan memfasilitasi pengepul dan pemilah yang ingin menabung emas. Caranya, kata Ivin, mereka terlebih dahulu mencairkan dana yang disimpan dalam bentuk tabungan di perusahaan, selanjutnya didampingi pihak perusahaan membuka rekening tabungan emas di Pegadaian Syariah.
ADVERTISEMENT
"Minimal saldo tabungan Rp 6.000 sudah bisa buka rekening tabungan emas, kadar emas sekitar 0,0 sekian, tergantung naik-turunnya harga emas," ujarnya.
Kontributor: Ikram