Perwakilan Korban Likuefaksi Balaroa, Palu, akan Temui Presiden

Konten Media Partner
28 Februari 2019 13:51 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ribuan Warga Balaroa korban bencana gempa, likuifaksi dan kebakaran, menghadiri rapat akbar yang digelar Forum Korban Gempa Bumi dan Likuefaksi Kelurahan Balaroa Kecamatan Ulujadi, di Sport Center Kelurahan Balaroa, Kecamatan Palu Barat, Kota Palu, Sabtu (2/2/19). Foto: Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Ribuan Warga Balaroa korban bencana gempa, likuifaksi dan kebakaran, menghadiri rapat akbar yang digelar Forum Korban Gempa Bumi dan Likuefaksi Kelurahan Balaroa Kecamatan Ulujadi, di Sport Center Kelurahan Balaroa, Kecamatan Palu Barat, Kota Palu, Sabtu (2/2/19). Foto: Istimewa
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Dalam waktu dekat ini, perwakilan warga dari Forum Korban Gempa Bumi dan Likuefaksi Kelurahan Balaroa, Kecamatan Palu Barat, Kota Palu, Sulawesi Tengah, akan bertolak ke Jakarta guna menemui Presiden RI Joko Widodo.
ADVERTISEMENT
Kunjungan ke Jakarta tersebut, dalam rangka menindaklanjuti petisi warga Balaroa kepada Jokowi yang telah diserahkan kepada Sekretaris Daerah Provinsi (Sekdaprov) Sulawesi Tengah, Hidayat Lamakarate pada rapat akbar, Sabtu (2/2) lalu.
"Insya Allah pada bulan Maret nanti, sekitar 10 orang perwakilan warga akan menyerahkan langsung petisi warga Balaroa kepada Presiden," kata Ketua Forum Korban Gempa Bumi dan Likuefaksi Kelurahan Balaroa, Abdurrachman Kasim, saat ditemui di Pengadilan Negeri (PN) Palu, Kamis (28/2).
Dia mengatakan, presiden Jokowi harus peduli terhadap nasib warga korban likuefaksi Balaroa. Bukan hanya mendengar laporan dari pihak-pihak yang hanya menyampaikan informasi yang dianggap bisa menyenangkan Presiden.
"Laporannya Sulteng sudah aman, padahal masih banyak masalah, ini yang harus presiden tahu, jangan asal mendengar laporan asal bapak senang (ABS),” ujarnya.
Ketua Forum Korban Gempa Bumi dan Likuefaksi Kelurahan Balaroa, Abdurrachman Kasim. Foto: PaluPoso/Ikram
Ia menjelaskan, salahsatu poin dalam petisi itu tercantum keberatan warga mengenai pembangunan hunian sementara (Huntara) yang dinilai mubazir. Mending katanya, dana pembangunan Huntara dialihkan peruntukannya ke para penyintas untuk biaya hidup selama dua tahun, sembari menunggu selesainya pembangunan hunian tetap (Huntap). Sebab, lima bulan setelah gempa melanda Palu, Donggala dan Sigi (Pasigala), huntara yang dijanjikan bagi korban yang kehilangan rumah di Balaroa, belum jelas kelanjutannya.
ADVERTISEMENT
“Kami akan terus berjuang sampai tuntutan kami dipenuhi,” ujarnya.
Untuk diketahui katanya, penduduk Kelurahan Balaroa sekitar 14 ribu jiwa. Terdampak bencana gempa dan likuefaksi sekitar 2000 kepala keluarga atau 4000 jiwa, dan korban meninggal sekitar 700 jiwa.
Penulis: Ikram (PaluPoso)
Editor: Abidin (PaluPoso)