Peternak Kerbau di Desa Tokilo Poso Terancam Kehilangan Lahan Gembala

Konten Media Partner
18 September 2022 20:12 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Lahan peternakan kerbau di Desa Tokilo, Kecamatan Pamona Tenggara, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah yang pernah terendam pada uji coba pintu PLTA Poso I tahun 2019. Foto: Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Lahan peternakan kerbau di Desa Tokilo, Kecamatan Pamona Tenggara, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah yang pernah terendam pada uji coba pintu PLTA Poso I tahun 2019. Foto: Istimewa
ADVERTISEMENT
Ratusan peternak kerbau di Desa Tokilo, Kecamatan Pamona Tenggara, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah, terancam kehilangan lahan penggembalaan karena terendam pada uji coba pintu pembangkit listrik tenaga air (PLTA) Poso I tahun 2019.
ADVERTISEMENT
Menurut salah seorang peternak kerbau, Moris Tosadu (40), ladang pengembalaan yang sebelumnya luasnya mencapai 300 hektar kita tersisa sekitar 100 hektar.
“Sekarang tinggal sekitar 100 hektar ladang pengembalaan yang bisa kami andalkan untuk ternak kerbau yang mencapai 400 ekor,” jelas Moris.
Ia mengatakan tak hanya itu, tercatat dalam waktu tiga bulan terhitung akhir tahun 2019 sampai dengan 2020 ada 94 kerbau milik 71 warga Desa Tokilo mati diduga karena kekurangan makanan.
Kemudian kejadian yang sama juga terjadi pada tahun 2021 sampai dengan 2022 di mana tercatat ada sekitar 50 ekor kerbau yang mati.
Lahan peternakan kerbau di Desa Tokilo, Kecamatan Pamona Tenggara, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah yang pernah terendam pada uji coba pintu PLTA Poso I tahun 2019. Foto: Istimewa
“Ladang terendam, banyak rumput yang mati dan kawasan pengembalaan jadi sempit sementara populasi kerbau bertambah. Yang 94 kerbau telah diganti rugi tetapi 50 lagi belum,” terangnya.
ADVERTISEMENT
Hal yang sama juga diungkapkan peternak lainnya yakni Benhur Bondoke (51). Menurut Benhur, peternakan kerbau di Desa Tokilo perlu ditata dan diberi pagar pembatas antara ladang pengembalaan dengan lahan pertanian.
“Yang paling penting adalah pembatas ini karena tahun 2019 saat ladang terendam banyak kerbau yang cari makan di sawah desa tetangga sehingga menimbulkan konflik,” kata Benhur.
Sementara itu, Kepala Desa Tokilo, Hertian Tangkua mengatakan 94 ekor kerbau yang mati telah diganti rugi oleh PT Poso Energy yang merupakan perusahaan pengelola PLTA. Satu ekor kerbau dibayar dengan harga berkisar Rp 7 juta sampai dengan Rp 15 juta.
“Jumlah kerbau yang telah mati disampaikan kepada pihak perusahaan dan mereka menyanggupi harga setengah,” sebut Hertian.
Lahan peternakan kerbau di Desa Tokilo, Kecamatan Pamona Tenggara, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah yang pernah terendam pada uji coba pintu PLTA Poso I tahun 2019. Foto: Istimewa
Kata Hertian, warga Desa Tokilo telah mengajukan permintaan jangka panjang kepada pihak PT Poso Energy. Warga mengajukan tiga permintaan, yakni dibuatkan tanggul tanah dengan tiang beton sebagai pembatas antara ladang pengembalaan dengan lahan persawahan, kemudian penghijauan kawasan peternakan dan yang ketiga adalah pemberdayaan para peternak berupa pemberian pengetahuan tentang vaksin dan kandang.
ADVERTISEMENT
“Pembayaran ternak yang mati ini adalah kompensasi jangka pendek dan warga minta penyelesaian jangka panjang agar perekonomian di desa ini kembali membaik pasca terendamnya ladang pengembalaan tahun 2019 itu,” jelasnya.
Menanggapi hal ini, Manager Lingkungan dan CSR PT Poso Energy Irma Suryani mengatakan pihaknya telah menyelesaikan kompensasi 96 ekor ternak kerbau dan sapi yang dilaporkan mati di Desa Tokilo.
Terkait dengan permintaan warga untuk jangka panjang, PT Poso Energy terus melakukan koordinasi dengan pemerintah desa dan warga setempat untuk realisasinya.
“Posisi air saat ini di titik 511.5 yang artinya dalam posisi normal, terkait dengan ternak yang mati sebanyak 50 itu bukan kami tidak bertanggungjawab, tetapi kami tidak menerima informasi atau pengaduan lagi,” ucap Irma.
ADVERTISEMENT