news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Ribuan Petani Kelor di Sulteng Akan Diberdayakan di Pabrik Terbesar di ASEAN

Konten Media Partner
30 Oktober 2020 21:17 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi buah kelor. Foto: ciriciripohon
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi buah kelor. Foto: ciriciripohon
ADVERTISEMENT
Sebanyak 200 ribu petani pengelolah tanaman kelor di Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng) akan bekerjasama dengan Asean Moringa Learning Center, pertanian dan pengelolaan terbesar di ASEAN.
ADVERTISEMENT
Hal ini diungkapkan Owner dan Founder Moringa Organik Indonesia, A Dudi Krisnadi usai peletakan batu pertama pembangunan Asean Moringa Learning Center Integrated Organic Moringa Farm dan Processing di Kelurahan Tipo, Kota Palu, Sulawesi Tengah, Jumat (30/10).
“Sebuah pusat pembelajaran kelor. Mulai dari pembibitan sampai mengemas produk, semua proses akan ada di situ dan terbesar di ASEAN,” ujarnya.
Dijelaskannya, sistem kerjasama yang dimaksud adalah setiap keluarga petani kelor akan diberikan bantuan sebuah pengering biji kelor. Setiap kepala keluarga petani minimal melakukan penanaman sekitar 1.000 sampai 1.500 pohon dengan panen setelah 5 bulan penanaman.
Lanjutnya, dalam sehari petani menjual hasil kelornya ke Moringa Organik Indonesia sebanyak 15 Kg.
Peletakan batu pertama pembangunan Asean Moringa Learning Center Integratet Organic Moringa Farm dan Processing di Kelurahan Tipo, Kota Palu, Sulawesi Tengah, Jumat (30/10/2020). Foto: Istimewa
“Tugas petani setelah buah kelor dipetik, dicuci dan dibersihkan ya dimasukkan ke dalam pengering. 1 kali 24 jam biji kelor sudah bisa dikemas dan dijual,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
Diakuinya, hasil panen kelor di Sulawesi Tengah sangat berkualitas dan beda dengan daerah lain di Indonesia.
Atas dasar inilah dilakukan kerjasama dengan keluarga petani di Sulawesi Tengah dalam masa pemulihan bencana.
Selain untuk kesehatan, adanya kegiatan produksi kelor ini juga akan membantu perekonomian keluarga di Sulteng di masa pandemi COVID-19.
“Ini jangka panjang untuk 40 sampai 50 tahun sehingga memberdayakan masyarakat di Sulteng,” ujarnya.