Ribuan Ton Beras Petani di Poso Kurang Dilirik Pedagang, Ini Penyebabnya

Konten Media Partner
10 Juni 2021 16:25 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi beras atau nasi. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi beras atau nasi. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Produksi beras petani di Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah (Sulteng), pada musim tanam kedua tahun ini surplus sebanyak 4.825 ton. Kebutuhan pangan warga Kabupaten Poso hanya 402 ton. Sementara kelebihan stok beras Kabupaten Poso minggu ke 4 Mei 2021 sebesar 4.423 ton.
ADVERTISEMENT
Ironisnya menurut Kepala Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Poso, Rusnah Mangun, kepada media ini, kelebihan produksi beras tersebut harga jualnya rendah dan kurang diminati oleh pembeli beras dari luar daerah.
"Kelebihan produksi beras petani yang merupakan stok pangan bagi daerah ini harganya menjadi kurang baik sebab mutu berasnya rendah. Sehingga sampai saat ini banyak beras petani Poso belum terjual dan dibeli oleh padagang dari luar daerah sebab kualitasnya rendah," katanya, Kamis (10/6).
Rusnah mengakui jika pihak Bulog Poso juga tidak membeli semua stok beras petani Poso. Sebab kualitas berasnya tidak memenuhi standar mutu mereka.
"Kami kemarin baru selesai rapat untuk membahas stok kelebihan panen petani Poso sampai akhir Mei yang ternyata belum dibeli pedagang beras. Pihak Bulog Poso juga tidak membeli beras produksi petani Poso sebab kriteria atau persyaratan berasnya belum sesuai dengan standar mereka. Kadar air beras petani Poso masih di atas angka 7 persen, sedangkan BUMN itu membeli beras untuk stok Bulog dengan kadar air di bawah 7 persen," kata Rusnah.
ADVERTISEMENT
Kendala bagi petani padi Poso adalah teknik cara tanam dan beberapa hal lain yang sangat berpengaruh pada kualitas produksi beras itu sendiri.
"Dalam rapat koordinasi Dinas Ketahanan Pangan Poso ditemukan beberapa faktor penyebab menurunnya mutu beras bagi petani padi di daerah ini seperti, cara tanam terkait dengan peran penyuluh dalam memberikan edukasi pada petani, ketersediaan lantai jemur yang sesuai standar Mentan," ujar Rusnah.
Kantor Dinas Ketahanan Pangan Poso. Foto: Deddy/PaluPoso
Sedangkan Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Poso, Suratno, Kamis (10/6), menjelaskan, sebenarnya tidak semua diakibatkan oleh kesalahan manusia (human error). Karena terbukti ada ratusan ton beras yang sempat dibeli oleh Bulog.
Menurutnya, faktor yang paling dominan mempengaruhi kualitas beras petani daerah ini adalah akibat waktu panen yang bersamaan dengan cuaca yang tidak bersahabat, curah hujan yang tinggi. Ditambah lagi peralatan pengering gabah yang jumlahnya sangat kurang memadai.
ADVERTISEMENT
"Kebanyakan mengandalkan lantai jemur di penggilingan yang jelas sangat terbatas sehingga mengantri jemuran, menyebabkan penurunan kualitas gabah, sedangkan mesin pengering (drayer) yang ada jumlahnya sangat terbatas, kapasitasnya pun sangat terbatas," kata Suratno.
Kadis Pertanian Poso itu juga menyebutkan jika tahun ini, Bulog membeli beras petani di Kecamatan Poso Pesisir sekitar 400 ton, di Pamona Barat 80 ton.
"Memang tidak signifikan dibandingkan total panen," ujarnya.
Selain faktor teknis tadi lanjutnya, petani kadang yang menolak menjual beras ke Bulog karena persyaratan terlalu rumit dan harganya juga kurang menguntungkan bagi petani. Soal pemupukan petani sudah tahu cara pemupukan berimbang. Tapi kadang pupuknya yang tidak tersedia secara tepat baik waktunya maupun jumlahnya
"Terkait kinerja para penyuluh di lapangan sesuai dengan pemantauan kami telah maksimal, buktinya pihak Bulog Poso berani membeli ratusan ton beras milik petani Poso di beberapa kecamatan," kata Suratno. ** (Deddy)
ADVERTISEMENT