Tabaro Dange, Kuliner Olahan Sagu Khas Lembah Palu

Konten Media Partner
28 Juli 2019 14:29 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Eni (43) salah seorang penjual Tabaro Dange tengah memasak jualannya di pinggiran Teluk Palu tepatnya di seputaran Anjungan Nusantara, Teluk Palu, Kelurahan Talise, Kota Palu. Foto: Arief/PaluPoso.
Jika selama ini sebagian pecinta kuliner lebih mengenal beras sebagai bahan dasar untuk pembuatan aneka jajanan, lain halnya di Lembah Palu tepatnya di Kota Palu yang merupakan ibukota Provinsi Sulawesi Tengah.
ADVERTISEMENT
Di daerah ini, selain beras, sagupun bisa diolah menjadi makanan khas. Bahkan sebagian warga di wilayah Lembah Palu menjadikannya sebagai makanan pokok hingga menu utama dalam keseharian. Salahsatunya adalah “Tabaro Dange”, makanan tradisional khas masyarakat Lembah Palu.
Tabaro Dange juga biasa disebut dengan "Jepa". Kuliner satu ini tergolong sangat khas karena proses pembuatannya yang masih tergolong tradisional. Yaitu hanya menggunakan sebuah tungku dan belanga yang terbuat dari tanah liat. Memasak dengan cara tradisional tersebut dipercaya bisa mempertahankan cita rasa makanan Tabaro Dange tetap berkualitas dan sangat nikmat saat disajikan.
Tabaro Dange, makanan khas Kota Palu. Foto: Arief/PaluPoso
Tabaro Dange ini terbuat dari campuran sagu dan kelapa. Biasanya saat disajikan, seringkali isi dalam Tabaro Dange ditambah dengan gula merah, ikan suir yang dimasak tumis pedas, ikan teri tumis. Bahkan cita rasanya akan semakin nikmat kala disajikan bersama dengan kuah ikan Palumara, masakan berbahan ikan. Palumara ini bahan dasarnya ikan laut yang dicampur dengan bumbu kunyit sehingga memiliki cita rasa segar. Terlebih lagi jika ditambahkan bawang goreng, akan semakin menambah cita rasa masakan ini.
ADVERTISEMENT
Memang sedikit terdengar aneh olahan kuliner berbahan dasar sagu dicampur dengan kua ikan Palumara. Tapi kombinasi dari berbagai macam rasa inilah yang membuat Tabaro Dange memiliki rasa tersendiri dan khas ketika disantap. Khususnya bagi para penikmat makanan kuliner olahan berbahan dasar sagu.
Yang pastinya, Tabaro Dange cocok dan pas disantap selagi hangat. Jika dalam kondisi dingin, tekstur sagu akan keras dan sulit dikunyah.
Salah seorang pembeli tengah membayar ke penjual Tabaro Dange di seputaran Anjungan Teluk Palu antara Jalan Rajamoili - Jalan Cut Mutia ,Kecamatan Mantikulore, Kota Palu. Foto: Arief/PaluPoso
Maka tak heran, para penduduk di Kota Palu biasanya menyantap Tabaro Dange langsung di tempat olahan kuliner ini sambil menikmati pemandangan Teluk Palu. Harganya pun tergolong sangat murah meriah. Dengan mengeluarkan uang Rp5.000, para pecinta kuliner ini sudah bisa menikmatinya sembari duduk santai menikmati pemandangan pegunungan yang mengitari wilayah Lembah Palu ini.
ADVERTISEMENT
"Dalam sehari, biasanya sampai 15 biji Tabaro Dange yang laku tapi kalau hari Sabtu atau Minggu bisa sampai 25 biji Tabaro," kata Eni (43) salah seorang penjaja kuliner khas Lembah Palu ini, Minggu (28/7).
Menurut Eni, terkadang dalam sehari dia bisa menghabiskan dua kilogram sagu ditambah dua biji kelapa yang telah diparut.Tapi jika hari Sabtu atau Minggu bisa sampai tiga hingga empat kilo sagu.
Sementra itu Hj Rosmina (52) salah seorang pecinta kuliner Tabaro dange ini mengatakan, hampir setiap akhir pekan dia bersama keluarganya sering membeli Tabaro Dange ini di lokasi sepanjang Pantai Teluk Palu. Terlebih jika ada keluarga dari luar kota.
"Kalau tidak ada acara keluarga, hampir setiap akhir pekan pasti beli tabaro ini. Apalagi jika ada keluarga dari luar kota maupun tamu yang dalam perjalanan dinas, pasti wajib dikasih kuliner Tabaro Dange ini," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Salah seorang penjual Tabaro Dange tengah menunggu pembeli di sekitaran Anjungan Teluk Palu. Foto: Arief/PaluPoso
Pascagempa 28 September 2018, para penjaja kuliner Tabaro Dange ini yang berasal dari Desa Kola - Kola Kabupaten Doonggala, sudah jarang ditemui. Karena mereka harus berpencar mencari tempat jualan yang dianggap strategis.
Beda halnya sebelum terjadi bencana, para penjual Tabaro Dange ini sangat mudah ditemui di sepanjang pesisir Teluk Palu. Terutama di area depan Hotel Grand Duta Jalan Cumi - Cumi, Kelurahan Lere, Kecamatan Palu Barat, Kota Palu.
Saat ini, para penjual Tabaro Dange ini sudah berbepencar di beberapa titik strategis. Misalnya di sekitar tugu Patung Kuda antara Jalan Rajamoli – Jalan Cut Mutia. Penjual Tabaro Dange juga bisa dijumpai di Jalan Veteran, Jalan Kartini, wilayah Nunu, dan sebagian lagi di Jalan I Gusti Ngurah Rai.
ADVERTISEMENT
Reporter: Arief