Tambak Budidaya Ikan Air Tawar di Sigi Sulteng Berhenti Beroperasi

Konten Media Partner
18 Maret 2019 19:49 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Salah satu tambak budidaya ikan air tawar milik warga yang ada di Desa Potoya, Kecamatan Dolo, Kabupaten Sigi, Sulteng, yang kering akibat tidak adanya suplai air dari jaringan irigasi sungai gumbasa. Foto: Abidin
zoom-in-whitePerbesar
Salah satu tambak budidaya ikan air tawar milik warga yang ada di Desa Potoya, Kecamatan Dolo, Kabupaten Sigi, Sulteng, yang kering akibat tidak adanya suplai air dari jaringan irigasi sungai gumbasa. Foto: Abidin
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Petani tambak budidaya ikan air tawar di Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, untuk sementara berhenti beroperasi menunggu perbaikan irigasi Sungai Gumbasa rampung.
ADVERTISEMENT
Saat ini, irgasi Sungai Gumbasa sebagai sumber utama pasokan air bagi kebutuhan budidaya tambak ikan air tawar di daerah itu, sedang direhabilitasi karena kerusakan tanggul akibat dihantam gempa dan tsunami 28 September 2018. Rencananya, proses perbaikannya akan rampung pada 2020.
Kepala Seksi Konservasi Perairan Umum Daratan dan Penjualan Hasil Perikanan Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan Kabupaten Sigi, Mukram, mengatakan, gempa bumi dan likuefaksi yang memporak-porandakan wilayah Sigi, sangat mempengaruhi sektor perikanan di Kabupaten Sigi.
Selain karena terputusnya jaringan irigasi Sungai Gumbasa, sejumlah lahan tambak juga harus segera direvitalisasi dan diprediksi bisa rampung pada 2020. Sebab, sesuai pendataan menyebutkan sekitar 30 persen dari seribu lahan tambak ikan yang ada di Kabupaten Sigi mengalami kerusakan akibat gempa dan likuefaksi. Lahan tambak yang perlu segera direvitalisasi tersebut berada di Kecamatan Dolo, Kecamatan Tanambulava dan Kecamatan Sigi Biromaru.
ADVERTISEMENT
“Yah mudah-mudahan saja setelah persoalan ini telah kita tuntaskan semua, sektor perikanan di Kabupaten Sigi bisa kembali normal dan bisa baik lagi produksi ikan air tawarnya,” kata Mukram, Senin (18/3), di Sigi.
Kepala Seksi Konservasi Perairan Umum Daratan dan Penjualan Hasil Perikanan Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan Kabupaten Sigi, Mukram. Foto: Abidin
Namun persoalan utama sebenarnya yang dialami para pembudidaya ikan air tawar di Kabupaten Sigi menurut Mukram, adalah sumber air untuk kolam petani.
Tiga Kecamatan sebagai wilayah pemasok ikan air tawar di Kabupaten Sigi, yakni Kecamatan Dolo, Sigi Biromaru, dan Tanambulava, seluruh kolam petani mengalami kekeringan.
“Otomatis tambak budidaya ikan berhenti beroperasi karena kolam kering,” ujarnya.
Ia menjelaskan, pemerintah setempat melalui Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan Kabupaten Sigi berupaya mencari solusi alternatif untuk mengatasi ketiadaan suplai air dari irigasi sungai Gumbasa dengan pengadaan sumur bor dangkal. Itupun kemungkinan realisasinya baru bisa terwujud pada 2020 karena keterbatasan anggaran untuk pengadaan tahun ini.
ADVERTISEMENT
Padahal permintaan petani untuk pengadaan sumur bor dangkal itu, setidaknya untuk Kecamatan Dolo saja, sudah masuk usulan sebanyak 30 unit sumur bor dangkal. Belum lagi di Kecamatan Sigi Biromaru dan Kecamatan Tanambulava.
“Kemungkinan besar yang kita usulkan pengadaan sumur bor dangkal untuk tahun anggaran 2020 adalah kurang lebih 100 unit yang akan kita siapkan bagi masyarakat di tiga kecamatan agar petani bisa kembali mengisi tambaknya,” ujarnya.
Penulis: Abidin