news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Tragedi Berkepanjangan TK Alkhairaat Pascagempa 2018

Konten Media Partner
12 September 2019 15:14 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Proses belajar mengajar di TK Alkhairaat Kabonena Palu, Kamis, (12/9). Foto: Ikram/PaluPoso
zoom-in-whitePerbesar
Proses belajar mengajar di TK Alkhairaat Kabonena Palu, Kamis, (12/9). Foto: Ikram/PaluPoso
ADVERTISEMENT
Memasuki satu tahun bencana gempa, likuefaksi dan tsunami menimpa Kota Palu, Sulawesi Tengah, puluhan murid Taman Kanak-Kanak (TK) Alkhairaat Kabonena di Jalan Puenjidi, Kelurahan Kabonena, Kecamatan Ulujadi, Kota Palu, Kamis (12/9), masih melakukan proses belajar mengajar dengan melantai di sebuah bangunan kayu berukuran 2,5 meter X 3 Meter. Selain disesaki murid-murid, bangunan itu juga tidak memiliki pintu, hanya berdinding seadanya dan beratapkan rumbia.
ADVERTISEMENT
Proses belajar mengajar dilakukan di luar ruangan karena ruang kelas mereka tempati sebelumnya mengalami kerusakan berat pasca gempa bumi 28 September 2018. Di mana, dinding-dindingnya terlihat retak dan terlepas dari tiang-tiangnya. Begitupun lantainya di beberapa titik terlihat terbelah, hingga dianggap tak layak untuk ditempati proses belajar dan mengajar.
Meski hanya menempati ruang seadanya, namun anak-anak TK Alkhairaat ini terlihat sangat antusias dan semangat mengikuti pelajaran yang diberikan oleh gurunya.
Anak-anak TK Alkhairaat Kabonena Palu saat bermain dengan fasilitas sekolah seadanya, Kamis (12/9). Foto: Ikram/PaluPoso
Kepala Sekolah TK Alkhairaat Kabonena, Aiman, mengatakan, proses belajar mengajar di TK binaannya baru berlangsung sekitar tiga bulanan.
Sebelumnya, kata dia, anak-anak binaannya menumpang kelas belajar di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Kabonena selama lima bulan.
Dia mengatakan, TK binaanya memiliki tiga ruang kelas belajar dengan jumlah 50 anak binaan dan ditangani oleh tujuh orang guru. Dua di antaranya adalah Aparatur Sipil Negara (ASN).
ADVERTISEMENT
"Saat bencana, ruang kelas yang digunakan mengalami kerusakan parah dan tak bisa lagi dipakai," katanya.
Ruang kelas TK Alkhairaat Kabonena Palu yang mengalami kerusakan berat setelah bencana gempa bumi dan likuefaksi menghantam wilayah ini pada 28 September 2018. Foto: Ikram/PaluPoso
Ia mengaku sempat nyaris putus asa sebab sudah berapa bulan pascagempa, bangunan TK binaannya belum mendapat perhatian untuk diperbaiki. Sementara gedung SD Kabonena yang mereka tempati menumpang, tidak representatif untuk kegiatan belajar mengajar dengan jumlah anak-anak TK yang terbilang cukup banyak.
Akhirnya dengan tekad kuat dan dilandasi keinginan mencerdaskan anak bangsa tambahnya, Ia berupaya melakukan koordinasi dan komunikasi dengan pihak-pihak terkait, dan akhirnya mendapat bantuan kelas seperti yang ditempati TK Alkhairaat Kabonena saat ini.
Ruang kelas TK Alkhairaat Kabonena Palu yang mengalami kerusakan berat setelah bencana gempa bumi dan likuefaksi menghantam wilayah ini pada 28 September 2018. Foto: Ikram/PaluPoso
Selain itu kata dia, ada pertimbangan lain untuk segera kembali menempati lokasi TK binaannya tersebut. Mobiler TK Alkhairaat Kabonena seperti luncuran plastik, kursi belajar, tempat bermain anak-anak dijarah oleh oknum tak bertanggung jawab. Bahkan, konsen, jendela, dan plafon gedung TK Alkhairaat Kabonena dijarah oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab.
ADVERTISEMENT
Lebih miris lagi, ruang kelas TK Alkhairaat Kabonena kadang dijadikan tempat melakukan perbuatan -perbuatan tidak terpuji.
Untuk itu, ia sangat berharap ada donatur yang bisa membantu untuk segera membangun kembali sekolah TK binaannya tersebut.
"Sudah ada banyak yang datang menawarkan bantuan dan melakukan pendataan serta foto-foto tapi sampai saat ini realisasinya belum ada," ujarnya.
Kepala Sekolah TK Alkhairaat Kabonena Palu, Aiman saat menunjukkan kerusakan yang dialami sekolahnya setelah dilanda bencana gempa bumi dan likuefaksi pada 28 September 2018. Foto: Ikram/PaluPoso
Ia menambahkan, sebenarnya ruang kelas belajar darurat yang digunakan saat ini bisa digunakan untuk sementara waktu. Meski dapat digunakan proses belajar dan mengajar namun dianggap kurang aman karena tidak memiliki pintu. Perlengkapan pendukung proses belajar mengajar, misalnya permainan anak-anak, bisa saja diambil oleh oknum tidak bertanggung jawab.
Selain itu, terkadang di sore hari menjadi tempat bermain anak-anak. Sehingga, ketika pagi hari saat proses belajar mengajar, ruang kelas sudah kotor. Belum lagi hewan ternak warga sekitar seringkali masuk ke ruang belajar TK.
ADVERTISEMENT
Tim PaluPoso