Walhi Bangun Rumah Tumbuh Prespektif Mitigasi Bencana

Konten Media Partner
18 Maret 2019 20:22 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Salah satu rumah tumbuh yang dibangun oleh Walhi Sulteng di Desa Rano, Kecamatan. Balaesang, Kabupaten. Donggala. Foto: Dokumen Walhi
zoom-in-whitePerbesar
Salah satu rumah tumbuh yang dibangun oleh Walhi Sulteng di Desa Rano, Kecamatan. Balaesang, Kabupaten. Donggala. Foto: Dokumen Walhi
ADVERTISEMENT
Lembaga swadaya masyarakat (LSM) Wahana Lingkungan Hidup (WALHI) Provinsi Sulawesi Tengah, terus berikhtiar mempercepat proses pemulihan pascabencana 28 September 2018.
ADVERTISEMENT
Selain melakukan pemulihan ekonomi warga terdampak, juga melakukan pembangunan hunian tetap (Huntap).
Manager Divisi Kampanye Walhi Sulawesi Tengah, Stevandi, Senin (18/3) mengatakan, ada beberapa desa menjadi intervensi Walhi dalam mempercepat proses pemulihan. Diantaranya, Desa Rogo, Kecamatan Dolo Selatan, Kabupaten Sigi dan Desa Rano, Kecamatan Balaesang, Kabupaten Donggala.
Di desa Rano, rencananya Walhi akan membangun 67 unit rumah hunian tetap yang disebut rumah tumbuh.
Stevandi mengatakan, rumah tumbuh ini akan dibangun dalam dua tahap. Tahap pertama, 25 unit dan tahap kedua 42 unit, dengan ukuran masing- masing 4 x 7 meter.
Dia mengatakan, konsep pembangunan rumah tumbuh ini memiliki prespektif mitigasi bencana dan mengakomodir kebutuhan kelompok rentan serta kaum disabilitas.
ADVERTISEMENT
Selain itu, kata dia, Walhi membuka partisipasi masyarakat Desa Rano untuk bersama-sama dalam pengambilan keputusan sejak awal pembangunan. Sehingga, terbuka ruang-ruang demokratisasi ditingkat bawah.
Saat ini kata dia, pembangunan Rumah Tumbuh di Desa Rano sudah sampai tahap rekonstruksi.
Dia berharap, bulan Maret 2019, pembangunan rumah tumbuh ini dapat terselesaikan, sehingga masyarakat Desa Rano dapat menempatinya secara menyeluruh.
Ia berharap konsep rumah tumbuh ini dapat diadopsi baik NGO maupun pemerintah.
Kondisi rumah tumbuh yang dibangun oleh Walhi Sulteng di Desa Rano, Kecamatan. Balaesang, Kabupaten. Donggala. Foto: Dokumen Walhi
Selain membangun hunian, pihaknya juga mengorganisasikan perempuan desa Rano untuk membuat suatu produk lokal yang memanfaatkan potensi desa untuk kembali memulihkan ekonomi mereka pascabencana.
Saat ini kata dia, sudah terdapat delapan komunitas perempuan terbentuk di Desa Rano dan sudah melakukan produksi minyak kelapa kampung dan arang batok. Harapannya, produksi ini laku dan dapat meningkatkan kembali ekonomi masyarakat.
ADVERTISEMENT
Sementara di Desa Rogo, kata dia, pihaknya memfokuskan pekerja mendorong pemberdayaan masyarakat melalui kerjasama program livelihood atau pemulihan ekonomi pascabencana.
Dalam prosesnya di lapangan, kata dia, program ini telah berjalan sampai pada tahap pendampingan penanaman jagung yang dikerjakan oleh kelompok tani Kabelota Singgani Desa Rogo Dusun III.
"Ada sekitar 50 anggota kelompok tani yang ikut terlibat dalam kegiatan ini, yaitu 30 perempuan dan 20 orang laki laki," katanya.
Proses penanaman ini akan dilakukan secara bertahap. Lewat program ini harapannya masyarakat Desa Rogo khususnya Dusun III, dapat terus mempertahankan budaya kolektif yang telah terbangun.
Penulis: Ikram (Kontributor)
Editor: Abidin