Ilmuwan Temukan Potensi Banyak Tidur Sebagai Cara Ampuh Lawan COVID-19

Konten dari Pengguna
14 Januari 2021 11:13 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Pandangan Jogja Com tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi tidur nyenyak. Foto: Boredpanda.com
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi tidur nyenyak. Foto: Boredpanda.com
ADVERTISEMENT
Selama pandemi ini berlangsung, ada begitu banyak hal yang terjadi. Masker membuat sulit bernapas dan menjadi salah satu keluhan pertama yang terjadi. Miliaran orang tidak terbiasa atau malah tidak pernah menggunakan masker dan sekarang dituntut untuk selalu mengenakannya, di mana pun di ruang publik setiap harinya. Menyusul kemudian, gangguan tidur. Ya, gelombang sulit tidur terjadi di seluruh dunia.
ADVERTISEMENT
Menurut British Sleep Society, ada sekitar tigaseperempat orang di UK mengalami perubahan dalam pola tidur mereka dan kurang dari separuhnya yang bisa mendapat tidur yang melegakan. Di Departemen Neurologi John Hopkins University, penuh oleh orang-orang yang ingin berkonsultasi mengenai masalah tidur mereka.
Rachel Salas, salah satu anggota di tim neurologi universitas mengatakan bahwa hal ini disebabkan oleh dampak krisis global yang dapat diprediksi. Kekuatiran berlebihan pada masalah kesehatan dan keuangan serta adanya aturan menyebalkan terkait pembatasan dan isolasi.
“Kami menyebutnya ‘COVID-somnia,’” kata Salas kepada The Atlantic, Desember lalu.
Pandemi membuat situasi berada dalam ketidakpastian, meningkatkan rasa cemas yang berakibat pada kesulitan tidur. Itu adalah hal-hal yang bisa diprediksi. Namun Salas menemukan pola yang aneh dalam beberapa bulan terakhir. Gejala susah tidur muncul dari orang-orang yang sudah pulih dari COVID-19. “Kami menerima rujukan dari dokter karena penyakit itu sendiri memengaruhi sistem saraf,” katanya.
ADVERTISEMENT
Setelah sembuh dari COVID-19, orang-orang melaporkan perubahan dalam perhatian, sakit kepala yang melemahkan, kabut otak, otot yang melemah, dan yang paling umum: Insomnia.
Pertanyaan terkait cara kerja COVID-19 berkutat pada pertanyaan tentang bagaimana sebuah penyakit memengaruhi tidur kita, dan bagaimana tidur memengaruhi penyakit kita.
Virus mampu untuk mengacaukan proses rumit dalam sistem saraf kita, dan dalam banyak kasus dengan cara yang tidak terduga, terkadang menimbulkan gejala jangka panjang. Pemahaman yang lebih baik mengenai hubungan antara kekebalan dan sistem saraf dapat menjadi inti pemahaman COVID-19 dan pencegahannya.
Tidur Hentikan Laju Virus
Feixiong Cheng sudah memulainya sejak Januari 2020, saat coronavirus baru ini belum bernama COVID-19 dan baru mengambil puluhan hidup jiwa manusia. Dari dalam laboratoriumnya yang dilengkapi kecerdasan buatan, dia mencari petunjuk dalam struktur kerja virus untuk memprediksi bagaimana virus ini menginfeksi sel manusia, dan apa yang bisa menghentikannya. Pengamatannya menemukan bahwa melatonin memiliki potensi untuk menghentikan laju virus.
ADVERTISEMENT
Melatonin adalah hormon yang diproduksi manusia untuk tidur. Seiring dengan gelapnya ruang, posisi yang nyaman, melatonin mengalir ke otak dan darah, memicu rasa kantuk.
Cheng mempublikasikan temuannya. Ilmuwan-ilmuwan dari belahan dunia lain juga memikirkan potensi melatonin yang sama. Mereka mencatat kegunaan lain melatonin: hormon ini memiliki peran dalam sistem kekebalan tubuh. Pada dasarnya, melatonin bertindak sebagai moderator yang membantu menjaga respon perlindungan diri kita dari kerusakan. Kerusakan ini bisa mempercepat proses seorang penderita COVID-19 gejala ringan ke skenario hidup mati.
Berbulan-bulan Cheng dan koleganya bekerja menganalisis data dari ribuan pasien yang datang ke pelayanan medis mereka. Orang-orang yang menerima tambahan melatonin memiliki peluang yang lebih rendah untuk berkembangnya COVID-19.
ADVERTISEMENT
Pada Oktober lalu, sebuah studi di Columbia University juga menemukan bahwa pasien kondisi berat yang diintubasi (dibantu alat bantu selang) memiliki peluang selamat yang lebih baik jika mereka mendapatkan melatonin. Delapan percobaan klinis saat ini sedang berlangsung di seluruh dunia, untuk melihat korelasi melatonin. Jika melatonin memang terbukti secara ilmiah mampu membantu orang-orang, maka ini adalah obat termurah dan yang paling tersedia untuk melawan COVID-19.
Namun Cheng tidak merekomendasikan hal tersebut. Melatonin seperti zat-zat lainnya, memiliki efek memperlambat kerja sistem saraf pusat. Selain itu, manfaat yang dirasakan pasien dari melatonin bisa saja korelasi palsu. Mungkin juga adalah sebuah tanda yang memperingatkan kita bahwa ada sesuatu yang lain yang sebenarnya meningkatkan kekebalan tubuh. Cheng berpendapat hal ini mungkin saja terjadi. Dia dan peneliti lainnya menyarankan bahwa masalah utamanya bukan tentang melatonin, melainkan fungsi utamanya itu sendiri: untuk tidur.
ADVERTISEMENT
Tidur yang Cukup Tanpa Obat
Fungsi utama dari tidur adalah untuk memelihara saluran komunikasi sel yang tepat di otak. Tidur terkadang disamakan dengan semcam proses permbersihan anti-inflamasi; itu untuk menghilangkan produk limbah yang menumpuk selama aktifitas seharian. Tanpa tidur, produk sampingan tersebut menumpuk dan dapat mengganggu komunikasi sel (seperti yang tampaknya terjadi pada beberapa orang dengan radang otak paska COVID-19).
”Pada tahap awal COVID-19, Anda telah merasa sangat lelah,” kata Michelle Miller, profesor kedokteran tidur di University of Warwick di Inggris.
Pada dasarnya, tubuh Anda akan memberi sinyal bahwa Anda perlu tidur. Tetapi ketika infeksi berlanjut, orang-orang sering kali tidak bisa tidur, dan masalah dengan komunikasi bertambah satu sama lain, kata Miller menjelaskan.
ADVERTISEMENT
”Tidur penting untuk fungsi kekebalan yang efektif, dan juga membantu mengatur metabolisme, termasuk glukosa dan mekanisme yang mengendalikan nafsu makan dan penambahan berat badan,” kata Miller.
Semua fungsi ini berdampak langsung pada COVID-19, karena orang-orang dengan diabetes, obesitas, dan gangguan tidur memiliki risiko tinggi. Dalam jangka pendek, tidur yang cukup dalam dan dalam gelombang lambat akan mengoptimalkan metabolisme tubuh dan membuatnya siap secara maksimal mencegah Anda jatuh sakit.
Mungkin sudah saatnya bagi pemerintah untuk menambahkan protokol kesehatan standar masa pandemi ini. Mengenakan masker, mencuci tangan, menjaga jarak, dan ditambah: tidur.
Namun, mayoritas ilmuwan tidur tampaknya tidak setuju dengan intervensi bantuan tidur sebagai obat, atau bahkan tambahan obat. Mereka lebih merekomendasikan tidur yang teratur dan terjadwal setiap harinya.
ADVERTISEMENT
Mari kita lupakan tahun kemarin yang begitu mencekam, hutang-hutang yang belum terbayar atau rencana-rencana, juga dia yang juga tidak kunjung membalas pesan, dan mulai lah tidur. (Anasiyah Kiblatovski / YK-1)