Menyambung Nyawa Kucing Kampus saat Pandemi Corona

Konten dari Pengguna
1 Mei 2020 17:21 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Pandangan Jogja Com tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Kucing liar di sebuah kampus di Yogyakarta. Foto : Edupets
zoom-in-whitePerbesar
Kucing liar di sebuah kampus di Yogyakarta. Foto : Edupets
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Dari kejauhan si Oyen berlari, tergopoh-gopoh mendekati Ary Rahayu. Dia mendengar panggilan dari Ary serta suara pakan kucing di dalam toples plastik yang dogoyang-goyang. Oyen adalah sebutan Ary untuk kucing-kucing yang memiliki bulu oranye. Tak berselang lama, dari berbagai arah datang juga kucing-kucing lain mendekati Ary Rahayu yang membawa makanan untuk mereka.
ADVERTISEMENT
“Biasanya kan mereka makan dari sisa-sisa makanan di kantin, tapi sekarang kan kampus libur gara-gara virus corona, otomatis kantin juga tutup, artinya enggak ada lagi sumber makanan buat mereka,” kata Ary Rahayu ketika sedang memberi pakan kucing-kucing di sebuah kampus swasta di Yogyakarta, kemarin.
Ary Rahayu adalah pendiri komunitas Edupets Jogja, sebuah komunitas yang bergerak di bidang pemberian edukasi kepada masyarakat terkait perawatan hewan kesayangannya.
Sore itu, Ary ditemani oleh Cut Intan, anggota Edupets yang juga seorang dokter hewan. Kedatangan Ary dan dokter Cut sore itu adalah berkah bagi kucing-kucing di kampus itu, karena mungkin sejak pagi mereka belum makan. Beberapa dari mereka ada yang tampak lesu, sepertinya baru bangun dari tidur siang.
ADVERTISEMENT
Sudah sekitar tiga pekan terakhir ini Ary memberikan makanan kepada kucing-kucing di kampus itu. “Bayangin, ada sekitar 20 sampai 30 kucing, sementara sumber makanan sudah tidak ada lagi. Bagaimana telantarnya kucing-kucing itu kalau enggak ada yang peduli," lanjutnya.
Ary seperti sudah hafal dengan kucing-kucing yang ada di kampus itu. Jika ada salah satu kucing yang belum terlihat, dia akan mencari dan memanggil-manggilnya. Dia juga sudah hafal, tempat-tempat mana saja di dalam kawasan kampus itu yang ditempati oleh kucing. “Ada sekitar 8 spot utama, jadi mereka udah ngumpul,” kata dia.
Memeriksa Kesehatan dan Mengobati Kucing
Aktivis Edupets sedang memberi makan kucing-kucing liar di sebuah kampus swasta di Yogyakarta.
Di spot terakhir, ketika beberapa kucing sudah berkumpul untuk menyantap makanan yang dibawa oleh Ary, seekor kucing putih kecokelatan berlari dari kejauhan. Kucing itu tampak tidak sehat, kulitnya tampak mengelupas dan sesekali dia menggaruk-garuknya. “Ini kena scabies dia, menular banget ke manusia maupun ke hewan lainnya. Gatel banget itu,” kata dokter Intan.
ADVERTISEMENT
Beruntung, dokter Cut Intan membawa obat untuk scabies. Dibantu Ary yang terus memegangi si kucing supaya tak lari, dokter Intan mulai mendekatkan jarum suntik ke badan si kucing, dan cusssss!!
Menurut dokter Cut, obat yang disuntikkan itu akan bereaksi dan menyembuhkan penyakit scabies pada kucing itu dalam waktu dua pekan. Setelah dua pekan, nanti scabies dan jamur-jamur yang ada pada badan kucing akan rontok dengan sendirinya. “Nanti dua minggu lagi harus dikasih lagi, nanti mulus lagi dia, tinggal dikasih vitamin,” jelasnya.
Selain memberi makan kucing-kucing kampus, Ary dan Cut Intan juga memeriksa kondisi kesehatan si kucing. Jika kebetulan dokter Cut membawa obat untuk penyakit yang diderita si kucing, maka kucing yang sakit akan segera diobati. Namun jika tidak, maka mereka akan diobati hari berikutnya.
ADVERTISEMENT
Setiap dua bulan sekali, mereka juga mengadakan Pos Pelayanan Kucing (Posyancing), semacam Posyandu untuk kucing. Posyancing diperuntukkan untuk para pemilik kucing untuk memeriksakan kesehatan kucingnya. “Jadi ada vitamin gratis, cek kesehatan gratis, sama ada vaksin bersubsidi juga,” lanjut Intan.
Sterilisasi Agar Kucing Makin Sehat dan Bahagia
Dokter Cut (kanan) sedang menyuntikkan obat scabias pada kucing bersama Ary Rahayu pendiri komunitas Edupets. Foto : dokumen Edupets
Rencananya, Ary Rahayu bersama dokter Cut Intan akan melakukan sterilisasi terhadap kucing-kucing di kampus itu. Salah satu alasan dilakukannya sterilisasi ini kata Ary adalah melihat populasi kucing liar yang sudah semakin banyak. “Makin banyak kucing yang dibuang oleh pemiliknya, kucing kalau overpopulated di masyarakat nanti juga kasihan,” jelas Ary Rahayu.
Jika populasinya semakin banyak, namun tidak ada yang merawatnya, Ary khawatir kucing-kucing itu nantinya justru akan telantar. Terlebih belakangan muncul isu bahwa kucing dapat menularkan COVID-19 kepada manusia. Sehingga dikhawatirkan akan semakin banyak kasus pembuangan kucing. “Padahal kucing kan punya coronanya sendiri, strain-nya berbeda dengan manusia, jadi enggak mungkin bisa saling menularkan,” lanjutnya.
ADVERTISEMENT
Semakin banyaknya kasus penganiayaan kucing akhir-akhir ini juga membuat Ary dan komunitasnya makin giat untuk mengkampanyekan pentingnya sterilisasi pada kucing. Selain itu, sterilisasi juga akan membuat kucing lebih sehat dan bahagia sebab dia tidak akan mengalami stres birahi lagi.
“Karena stres birahi itu menurunkan imun kucing banget. Nanti mereka bisa terserang macam-macam penyakit karena enggak dapat pasangan. Tapi setelah disterilisasi dia tidak akan mengalami stres birahi,” jelas Ary.
Apa yang dilakukan komunitas yang Ary dirikan hanya bisa menjangkau satu dua kampus di sisi barat Yogyakarta. Ada ribuan kampus di DIY, entah ada berapa puluh ribu kucing yang biasanya makan dari makanan sisa kantin, kini mereka semua musti menatap hari dengan kelaparan. (Widi Erha Pradana / YK-1)
ADVERTISEMENT