15 Badak Jawa di Ujung Kulon Hilang Tak Terlihat di Kamera Pemantau

Konten Media Partner
12 April 2023 18:59 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Badak jawa di Taman Nasional Ujung Kulon. Foto: Stephen Belcher/Dok. Balai Taman Nasional Ujung Kulon via International Rhino Foundation
zoom-in-whitePerbesar
Badak jawa di Taman Nasional Ujung Kulon. Foto: Stephen Belcher/Dok. Balai Taman Nasional Ujung Kulon via International Rhino Foundation
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Auriga Nusantara, LSM yang bergerak di sektor konservasi sumber daya alam dan lingkungan, melaporkan adanya 15 individu badak jawa (Rhinoceros sondaicus) di Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) yang hilang tak terpantau sejak tiga tahun terakhir.
ADVERTISEMENT
Selain itu, sebanyak tiga individu badak jawa yang terdiri dari satu badak jantan dan dua betina juga ditemukan mati pada 2020 dan 2021.
Peneliti Auriga Nusantara, Rizki Is Hardianto, mengatakan bahwa situasi ini semakin parah karena tujuh dari 15 badak yang hilang merupakan badak betina. Di dalam populasi yang kecil, jumlah ini menurut Rizki merupakan jumlah yang sangat besar.
“Kehilangan tujuh individu betina ini tentunya akan menjadi kehilangan yang sangat besar untuk kestabilan populasi yang ada di Ujung Kulon,” kata Rizki Is Hardianto dalam konferensi pers secara daring, Selasa (11/4).
Dalam empat tahun terakhir, Rizki mengatakan bahwa memang terdapat kesenjangan antara data yang diumumkan oleh KLHK dengan data hasil deteksi kamera pemantauan. Perbedaan ini menurut dia sebenarnya sangat wajar, namun yang perlu diwaspadai adalah bahwa kesenjangan antara data dari KLHK dengan data deteksi kamera semakin tahun semakin lebar.
ADVERTISEMENT
10 tahun yang lalu, pada 2013, jumlah populasi badak jawa yang diumumkan oleh KLHK adalah sebesar 55 individu, sedangkan yang berhasil dideteksi kamera sebanyak 54 individu. Pada 2020, kesenjangan paling lebar mulai terlihat, dimana jumlah populasi badak jawa yang diumumkan oleh KLHK mencapai 73 individu, tapi jumlah badak yang terdeteksi kamera hanya 34 individu.
Badak jawa di kawasan Balai Taman Nasional Ujung Kulon. Foto: Balai Taman Nasional Ujung Kulon
Pada 2021 jumlah badak yang terdeteksi sempat naik jadi 56 individu dari 76 individu yang dilaporkan KLHK, namun pada 2022 jumlah yang terpantau kembali anjlok jadi hanya 34 individu saja dari 77 individu yang diumumkan KLHK.
“Jangan sampai badak jawa ini punah dalam kesunyian, kita tahunya populasinya aman dan terus bertambah, tapi sebenarnya jumlahnya terus berkurang,” kata dia.
ADVERTISEMENT
Ketua Auriga Nusantara, Timer Manurung, mengatakan bahwa hilangnya 15 badak jawa di TNUK ini berkaitan dengan meningkatnya aktivitas perburuan liar di kawasan tersebut. Pasalnya, dalam kamera pemantau yang terpasang di kawasan tersebut, beberapa kali terpantau terjadi aktivitas perburuan liar di sejumlah titik.
Pada tahun 2022 saja misalnya, ada enam aktivitas perburuan liar menggunakan senjata api yang terekam oleh kamera pemantau milik TNUK.
“Di lapangan juga masih kerap ditemukan adanya jerat untuk mamalia besar yang terpasang,” ujar Timer Manurung.
Ketua Auriga Nusantara, Timer Manurung dan Peneliti Auriga Nusantara, Rizki Is Hardianto. Foto: Dok. Auriga
Peningkatan aktivitas perburuan liar ini menurut Timer berkaitan dengan menyusutnya populasi badak lampung. Hal itu membuat para pemburu badak profesional di lampung beralih ke Ujung Kulon yang jaraknya relatif dekat.
“Kita harus waspada betul para pemburu profesional di Lampung mengalihkan arahnya ke Ujung Kulon,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
Timer juga mengatakan bahwa dengan jumlah kamera pemantau yang dimiliki TNUK, mestinya jumlah badak yang berhasil terekam bisa lebih banyak. Apalagi dengan luas kawasan TNUK yang hanya sekitar 45 ribu hektare. Menurutnya, tidak ada taman nasional atau kawasan konservasi lain yang memiliki kamera pemantau se-sistematis seperti yang dimiliki oleh TNUK.
Karena itu, dengan sedikitnya jumlah badak yang berhasil terekam dalam tiga tahun terakhir mesti menjadi tanda tanya besar.
“Menurut saya lebih baik diasumsikan sudah hilang itu badak, jadi kita fokus kepada badak-badak yang masih terekam yang jumlahnya di bawah 40 sampai saat ini,” kata Timer Manurung.