Gus Muwafiq: Jogja Adalah Hasil Puasa 20 Tahun Ki Ageng Giring dan Pamanahan

Konten Media Partner
2 Mei 2024 18:54 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gus Muwafiq. Foto: Gus Muwafiq Channel
zoom-in-whitePerbesar
Gus Muwafiq. Foto: Gus Muwafiq Channel
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pondok Pesantren Minggir di Sleman, asuhan KH Ahmad Muwafiq atau Gus Muwafiq, menggelar acara halal bi halal pada Rabu (1/5) malam. Dalam kesempatan tersebut, Gus Muwafiq banyak berceramah tentang puasa.
ADVERTISEMENT
Menurutnya, banyak sekali penggunaan puasa di dalam kehidupan manusia. Bahkan, Yogyakarta menurutnya merupakan hasil dari laku puasa.
“Dan Yogyakarta sendiri ini sebenarnya adalah hasil puasa,” kata Gus Muwafiq dalam ceramahnya, Rabu (1/5).
Suasana halal bi halal di Pondok Minggir, Sleman, asuhan Gus Muwafiq. Foto: ES Putra/Pandangan Jogja
Ia bercerita, sebelum mendirikan Mataram Islam yang kemudian menjadi cikal bakal Yogyakarta, Ki Ageng Pamanahan dan Ki Ageng Giring bertanya kepada Sunan Kalijaga tentang lokasi yang cocok untuk mendirikan sebuah wilayah yang independen.
Namun, Sunan Kalijaga menjawab jika sudah tidak ada lagi lokasi yang strategis di Jawa yang masih bebas. Sebab, semua tempat yang strategis saat itu sudah ada penguasanya.
Yang saat itu belum ada penguasanya hanya ada lima tempat, di ujung timur ada Alas Purwo, di barat ada Alas Larangan, di utara ada Alas Roban, di tengah ada Alas Ketonggo, dan di selatan ada Alas Mentaok. Kelima tempat itu menurut Gus Muwafiq adalah pusatnya para demit atau jin.
ADVERTISEMENT
“Akhirnya Ki Ageng Pamanahan sama Ki Ageng Giring itu puasa, 20 tahun puasa di Kembang Lampir, Gunungkidul. Sekarang masih ada situsnya tempat Beliau puasa di atas itu,” ujarnya.
Gus Muwafiq di sela acara halal bi halal di Pondok Minggir, Sleman. Foto: ES Putra/Pandangan Jogja
Dari puasa itu, mereka kemudian mendapat petunjuk bahwa tempat yang paling cocok untuk membangun kerajaan adalah di Alas Mentaok.
“Habis itu dapat petunjuk, terus bongkar hutan, berdirilah Kerajaan Mataram,” ujar Gus Muwafiq.
Secara fundamental, puasa menurutnya adalah proses manusia yang paling dasar yang harus dilakukan untuk mengingat bahwa dia manusia. Sebab, manusia kalau tidak diingatkan dengan puasa, maka manusia akan lupa kalau suatu saat dia harus pulang.
“Karena semuanya kan akan pulang, karena Bumi kan bukan kampungnya manusia. Yang kampungya Bumi ya kambing, sapi, kalau manusia kan pendatang,” ujarnya.
ADVERTISEMENT