Ada 4.200-an Pembatik di DIY, tapi Rata-Rata Usianya Sudah di Atas 50 Tahun

Konten Media Partner
21 Juni 2023 20:07 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi pembatik perempuan yang sudah tua. Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pembatik perempuan yang sudah tua. Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Yogya telah ditetapkan sebagai Kota Batik Dunia oleh Dewan Kerajinan Dunia atau World Crafts Council (WCC) sejak 2014 silam. Namun, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) memiliki pekerjaan rumah yang cukup berat dalam pengembangan batik, terutama terkait dengan regenerasi perajin batik yang ada.
ADVERTISEMENT
Anggota Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas) DIY, Sardi, mengatakan saat ini ada sekitar 4.200 perajin batik yang ada di seluruh DIY. Jumlah itu cukup besar dibandingkan dengan daerah lain di Indonesia.
Yang menjadi masalah, hampir semua perajin batik yang ada di DIY sudah berusia cukup tua.
“Rata-rata memang sudah usia sepuh (tua), usia 50-an tahun ke atas semua,” kata Sardi, Rabu (21/6).
Anggota Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas) DIY, Sardi. Foto: Arif UT
Memang, dalam beberapa tahun terakhir sudah mulai muncul pembatik-pembatik muda yang lahir dari pendidikan formal seperti kampus. Hal ini menurutnya menjadi angin segar bagi regenerasi pembatik di Yogya.
“Namun, pertumbuhan pembatik muda di Yogya ini belum signifikan, sehingga harus terus didorong,” ujarnya.
Hal sama disampaikan oleh Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan DIY, Syam Arjayanti. Regenerasi menurutnya memang menjadi salah satu masalah serius bagi perkembangan batik di Yogya.
ADVERTISEMENT
“Pembatik kita kan sekarang sudah sepuh-sepuh. Ini juga PR kita terkait bagaimana meregenerasi pembatik kita,” kata Syam Arjayanti.
Saat ini, berbagai upaya menurutnya telah dilakukan untuk meregenerasi pembatik di Yogya. Salah satunya dengan memberikan pelatihan batik kepada anak-anak muda di bangku sekolah, kemudian mengkampanyekan batik sebagai fesyen yang juga bisa dipakai oleh anak muda sehingga tidak terkesan tua, dan sebagainya.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan DIY, Syam Arjayanti. Foto: Arif UT
Berbagai masalah ini menurut dia harus segera dibenahi oleh Yogya jika ingin terus mempertahankan predikat sebagai Kota Batik Dunia. Pasalnya, predikat ini akan selalu dievaluasi secara berkala oleh WCC setiap dua tahun sekali.
“Karena banyak kota-kota yang berjuang juga untuk meraih menjadi Kota Batik Dunia. Tetangga kita, itu juga luar biasa berjuangnya dalam hal mengembangkan batik,” ujarnya.
ADVERTISEMENT