Airlangga Hartanto: RI Salah Satu Negara dengan Penanganan COVID-19 Terbaik

Konten Media Partner
17 Maret 2022 16:48 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri Koordinator (Menko) Perekonomian Airlangga Hartanto dalam Seminar Pembuka ‘Recover Together, Recover Stronger: G20 dan Agenda Strategis Indonesia’ di Universitas Gadjah Mada, Rabu (17/3). Foto: Widi Erha Pradana
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Koordinator (Menko) Perekonomian Airlangga Hartanto dalam Seminar Pembuka ‘Recover Together, Recover Stronger: G20 dan Agenda Strategis Indonesia’ di Universitas Gadjah Mada, Rabu (17/3). Foto: Widi Erha Pradana
ADVERTISEMENT
Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian, Airlangga Hartanto, mengklaim bahwa pada awal tahun 2022 ini Indonesia jadi salah satu negara dengan penanganan pandemi terbaik di dunia. Hal itu salah satunya ditunjukkan dengan mulai melandainya gelombang Omicron serta pertumbuhan ekonomi yang positif.
ADVERTISEMENT
Hal itu disampaikan oleh Airlangga dalam Seminar Pembuka ‘Recover Together, Recover Stronger: G20 dan Agenda Strategis Indonesia’ di Universitas Gadjah Mada, Rabu (17/3).
“Indonesia adalah salah satu dari empat negara yang di awal tahun ini penanganan COVID-nya relatif lebih baik dari yang lain bersama dengan India, Jepang, dan satu negara dari Asia lain yaitu Taiwan,” kata Airlangga Hartanto ketika memaparkan materi.
Indikator keberhasilan lain, selain kurva yang mulai melandai adalah angka keterisian tempat tidur rumah sakit atau Bed Occupancy Ratio (BOR) yang masih di bawah 30 persen meski saat puncak gelombag Omicron kemarin. Angka kematian juga semakin rendah karena sebagian besar masyarakat Indonesia sudah mendapatkan vaksin dosis kedua.
Baiknya penanganan pandemi tersebut menurutnya berdampak pada pemulihan perekonomian nasional. Pada kuartal keempat tahun lalu, pertumbuhan ekonomi Indonesia sudah di angka 5,02 persen YoY.
ADVERTISEMENT
Dibandingkan dengan krisis-krisis sebelumnya yang pernah dialami Indonesia, proses pemulihan ini termasuk yang paling cepat. Misalnya Asia Financial Crisis pada 1998 sampai 1999, dimana krisis tidak hanya berhenti di sektor ekonomi dan keuangan tapi juga merembet ke krisis sosial dan politik sehingga berujung pada reformasi.
“Dan pemulihan ekonomi saat itu memakan waktu mendekati 4,5 tahun,” ujarnya.
Krisis ekonomi kedua yang dialami Indonesia terjadi pada 2008, yang sebenarnya episentrumnya terjadi di AS namun berdampak kepada Indonesia. Hal itu ditandai untuk pertama kalinya bursa ditutup dan dihentikan sementara proses perdagangan karena dalamnya penurunan bursa.
“Namun dalam penanganan COVID Alhamdulillah dalam 5 kuartal kita sudah kembali di jalur positif, jadi ini penanganan perekonomian yang relatif lebih cepat dari krisis-krisis sebelumnya,” lanjutnya.
ADVERTISEMENT
Pemulihan perekonomian Indonesia juga ditandai dengan naiknya tingkat PDB per kapita. Pada tahun 2021, tingkat PDB per kapita Indonesia sudah kembali ke angka Rp 62,2 juta. Angka ini mengalami kenaikan sebesar 8,6 persen dibandingkan ketika awal pandemi pada 2020 dimana PDB per kapita Indonesia sempat turun di angka Rp 57,3 juta.
“Dan Indonesia sekarang sudah kembali ke dalam kelompok negara upper-middle income country di tahun 2021,” ujarnya.
Keputusan pemerintah untuk tidak melakukan lockdown sejak awal pandemi menurutnya jadi salah satu indikator keberhasilan penanganan pandemi sekaligus pemulihan ekonomi. Indonesia, menurut Airlangga juga jadi satu-satunya negara yang tidak menerapkan lockdown dalam penanganan COVID-19.
Alih-alih memberlakukan lockdown, Indonesia memilih untuk mengatur lebih rinci dan memisahkan antara kegiatan di perumahan, di perkantoran, di tempat kerja, maupun di tempat umum. Sehingga berbagai variabel diperhitungkan, tidak serta merta begitu saja memberlakukan lockdown.
ADVERTISEMENT
“Pemerintah menerapkan level asesmen berbasis pengaturan dari World Health Organization. Jadi level 1, 2, 3, 4, berdasarkan standar dari WHO,” kata Airlangga Hartanto.