Amerika Serikat dalam Ancaman Tawon Raksasa Asia

Konten dari Pengguna
7 Mei 2020 5:30 WIB
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Pandangan Jogja Com tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Wujud tawon Vespa mandarinia. Foto: commons.wikimedia.org
zoom-in-whitePerbesar
Wujud tawon Vespa mandarinia. Foto: commons.wikimedia.org
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Amerika Serikat saat ini masih menduduki peringkat pertama negara dengan jumlah kasus COVID-19 terkonfirmasi terbanyak di dunia. Sejak mengumumkan keadaan darurat kesehatan dan dan pelemahan ekonomi yang parah pada tengah Maret lalu, mulai pertengahan April, wacana untuk membuka kembali kota dan negara bagian untuk menghidupkan perekonomian ramai dibahas. Namun saat ini tantangan orang-orang yang ingin kembali ke jalan dan beraktivitas tersebut menemukan lawan tambahan selain coronavirus yakni “tawon raksasa Asia”.
ADVERTISEMENT
Berukuran hingga 5 cm, hewan bernama lain Vespa Mandarinia ini ditemukan di Washington pada Desember tahun lalu. Meskipun mereka biasanya menghindari orang, New York Times mencatat bahwa dalam setahun sengatan "tawon pembunuh" ini diperkirakan menyebabkan 50 kematian manusia di Asia Timur.
"Rasanya seperti paku payung panas membara masuk ke dagingku," kata peternak lebah Pulau Vancouver Conrad Bérubé kepada New York Times. Dia disengat menembus pakaian pelindung yang masih dilapis celana olahraga di dalamnya.
Tawon raksasa Asia ini memiliki kepala kuning-oranye besar, mata hitam menonjol, dan perut bergaris hitam dan kuning. Serangga ini memiliki sengat sepanjang seperempat inci, yang dapat menembus pakaian pelindung yang biasanya dipakai peternak lebah. Penelitian menunjukkan bahwa sekitar 50 gigitan saja dapat menyebabkan kematian karena kerusakan ginjal, bahkan pada orang yang tidak memiliki alergi.
ADVERTISEMENT
Kabar mengenai kehadiran tawon ini datang di tengah upaya pelonggaran aturan penguncian yang melumpuhkan ekonomi dan merusak kesehatan mental. Kehadiran tawon raksasa ini mengganggu “pesta kebebasan” warga yang sudah gatal ingin berpetualang di hutan dan gunung setelah menghabiskan waktu berminggu-minggu hanya dalam rumah.
Siklus hidup tawon raksasa Asia dimulai pada bulan April, ketika ratu keluar dari hibernasi, dan mulai memberi makan dan mencari sarang bawah tanah untuk membangun sarang mereka. Begitu habitat mereka mulai dibangun pada musim panas dan musim gugur, lebah pekerja dikirim untuk mencari makanan.
Seberapa Besar Ancaman Tawon Raksasa pada Ekosistem Amerika?
Kerumunan tawon Vespa mandarinia. Foto: commons.wikimedia.org
Penampilan perdana tawon raksasa di Amerika Utara terjadi di British Columbia, Kanada pada Agustus 2019. Lalu pada akhir tahun lalu, serangga terbang ini dilaporkan muncul di perbatasan di negara bagian Washington, AS.
ADVERTISEMENT
Washington State University (WSU) tidak yakin bagaimana atau kapan tawon itu pertama kali tiba di Amerika Utara, tetapi peternak lebah di wilayah tersebut telah melaporkan hancurnya sarang lebah ternak mereka secara mengerikan dalam beberapa bulan terakhir.
Mendapat nama pembunuh dari jumlah manusia yang meninggal karena sengatannya, di Jepang, tempat mereka paling umum ditemukan, tawon ini membunuh sekitar 30 hingga 40 orang setiap tahun.
Dengan rahang tajam dan berduri, tawon ini akan memenggal lebah madu, menggunakan tubuh mangsanya untuk memberi makan anak mereka. Tawon ini dapat menghancurkan sarang lebah madu dalam hitungan jam. Meskipun sarang lebah adalah target utama mereka, ketika terancam tawon ini dapat menyerang manusia.
Populasi lebah madu dan penyerbuk lainnya di AS sudah di bawah tekanan. Antara 1947 dan 2017, jumlah koloni lebah madu di AS anjlok dari 6 juta menjadi 2,5 juta. Dan tahun lalu, para peneliti dari University of Maryland melaporkan bahwa 40% koloni lebah madu di negara itu mati dalam satu musim dingin, antara Oktober 2018 dan April 2019 - kerugian terbesar dari jenisnya.
ADVERTISEMENT
Lebah madu adalah hewan penyerbuk yang paling berperan pada penyerbukan tanaman di seantero Amerika Serikat. Menurut Departemen Pertanian AS, hewan ini meningkatkan nilai tanaman di negara tersebut setiap tahun lebih dari 15 miliar dolar AS.
Para ilmuwan sekarang sedang berburu ‘tawon raksasa Asia’ ini, dan berharap bisa segera mengatasinya sebelum mereka membunuh lebah madu di seantero Amerika. (Anasiyah Kiblatovski / YK-1)