Angka Kematian Hepatitis Akut di RI Tertinggi di Dunia, Apa Penyebabnya?

Konten Media Partner
19 Mei 2022 19:31 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Juru Bicara Kemenkes RI, Mohammad Syahril. Foto: Tangkapan layar Youtube. Foto: Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Juru Bicara Kemenkes RI, Mohammad Syahril. Foto: Tangkapan layar Youtube. Foto: Istimewa
ADVERTISEMENT
Hingga Rabu (18/5), Kementerian Kesehatan (Kemenkes), mencatat ada 17 kasus yang diduga hepatitis akut misterius, yang terdiri atas 13 kasus probable dan 13 kasus pending classification.
ADVERTISEMENT
Meski jumlah itu masih jauh lebih rendah ketimbang Inggris dan Amerika Serikat yang masing-masing sudah mencapai angka 163 dan 109 kasus pada 10 Mei, namun angka kematian di Indonesia termasuk yang paling tinggi.
Per 10 Mei saja, dari total 11 kematian akibat hepatitis akut, 5 di antaranya terjadi di Indonesia, sisanya 5 kasus di Amerika dan 1 di Palestina. Sedangkan hingga 17 Mei, Kemenkes mencatat adanya 6 kasus meninggal dunia akibat hepatitis akut misterius yang belum diketahui penyebabnya itu.
Juru Bicara Kemenkes, Mohammad Syahril, menjelaskan bahwa berdasarkan investigasi Kemenkes, penyebab utama tingginya angka kematian di Indonesia disebabkan karena keterlambatan penanganan.
Hampir semua pasien meninggal dunia menurut dia datang dalam keadaan bergejala berat, yang rata-rata memiliki suhu tinggi disertai kejang bahkan ada yang sudah mengalami penurunan kesadaran.
ADVERTISEMENT
“Sehingga akhirnya dengan keterlambatan itu menyebabkan dia meninggal,” kata Muhammad Syahril dalam konferensi pers yang disiarkan melalui kanal YouTube Kemenkes RI, Rabu (18/5).
Karena itu, dia meminta orangtua untuk meningkatkan kewaspadaan dan sesegera mungkin membawa anak mereka ke fasilitas kesehatan jika mengalami gejala-gejala yang mengarah ke hepatitis akut misterius ini.
Paling tidak, orangtua membawa anak mereka ke puskesmas untuk segera mendapatkan pertolongan pertama dan pemeriksaan dari dokter.
Saat ini, ada beberapa puskesmas yang sudah bisa melakukan pengetesan SGOT dan SGPT, meskipun masih terbatas di wilayah DKI Jakarta. Sebagian kecil puskesmas menurut dia juga sudah bisa melakukan pemeriksaan Hepatitis A, B, dan C.
“Tetapi untuk rumah sakit yang levelnya kabupaten, itu harusnya sudah bisa melakukan itu, kecuali yang Hepatitis E,” lanjutnya.
ADVERTISEMENT
Untuk pemeriksaan Hepatitis E, selama ini dilakukan di Palang Merah Indonesia (PMI), karena berkaitan dengan transfusi darah.
Dengan kewaspadaan orangtua, Syahril berharap angka kematian akibat hepatitis akut misterius ini bisa ditekan, bahkan tidak terjadi lagi karena bisa ditangani dengan cepat sebelum mengakibatkan gejala berat pada anak.
Selain 6 kasus meninggal, saat ini juga masih ada 4 kasus pasien yang masih dirawat sedangkan 4 pasien lainnya sudah dipulangkan dan dinyatakan sembuh. Adapun kelompok umur yang paling banyak terinfeksi adalah di bawah 5 tahun dengan 7 kasus, kemudian usia 6 sampai 10 tahun sebanyak 2 kasus, dan 11 sampai 16 kasus sebanyak 5 kasus.
Pekan ini, Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit AS (CDC), total jumlah kasus hepatitis akut misterius yang dicatat di seluruh dunia mencapai 450 kasus. Jumlah ini naik signifikan dibandingkan laporan WHO pekan sebelumnya sebesar 348 kasus.
ADVERTISEMENT
Inggris dan Amerika jadi negara dengan kasus terbanyak sejauh ini, sementara sisanya terbagi di 25 negara lain. CDC juga masih melakukan investigasi terhadap lima kasus kematian anak di Amerika yang diduga diakibatkan oleh hepatitis akut misterius tersebut.