Artipak Ngidul, Langkah Awal Membangkitkan Gamping, Sleman, Sebagai Pusat Seni

Konten dari Pengguna
12 Februari 2020 19:44 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Pandangan Jogja Com tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Gladi Bersih Artipak Ngidul di Gunung Gamping, Sleman, Selasa (11/2). Foto : Widi Erha Pradana
zoom-in-whitePerbesar
Gladi Bersih Artipak Ngidul di Gunung Gamping, Sleman, Selasa (11/2). Foto : Widi Erha Pradana
ADVERTISEMENT
Siang itu ada pemandangan berbeda di kawasan Cagar Alam Gunung Gamping, Yogyakarta. Sejak pagi, orang-orang tampak sibuk, ada yang menata panggung, mendirikan tenda, memotong batang-batang pohon yang terlalu rimbun, dan masih banyak aktivitas lainnya. Mereka sedang menyiapkan sebuah agenda besar, sebuah pagelaran seni bertajuk “Artipak Ngidul, di Sini dan Kini”.
ADVERTISEMENT
“Art itu dari kata seni, tipak itu peninggalan atau sejarah,” kata Ketua Panitia Artipak Ngidul, Mugiono Cahyadi di sela kesibukannya mempersiapkan acara tersebut, Selasa (11/2).
Kata ngidul dalam bahasa Indonesia berarti ke selatan, bermakna kewilayahan. Bahwa berbicara Sleman tidak bisa serta merta hanya menitik beratkan sisi potensi pada titik-titik tertentu. Yoyon, sapaan akrab Mugiono, merasa Gamping dan sekitarnya pada khususnya yang secara geografis berada di Sleman bagian selatan memiliki potensi yang cukup besar, hanya saja selama ini belum dapat dikemas secara baik.
“Maka kita gagas dengan penyikapan kaitannya dengan potensi-potensi yang ada di wilayah Gamping supaya nantinya stakeholder, pemerintahan bisa lebih memperhatikan sisi-sisi potensi yang ada di Gamping dan Sleman Selatan pada umumnya,” lanjut Yoyon.
ADVERTISEMENT
Pusat Seniman Namun Dikenal dengan Kriminalitas
Rapat besar terakhir jelang pelaksanaan Artipak Ngidul pada Selasa (11/2) siang. Foto : Widi Erha Pradana
Kecamatan Gamping, menurut Ketua Seksi Media dan Publikasi Artipak Ngidul, Pinto, merupakan pusatnya seniman. Ada seniman ketoprak, dagelan, wayang, seni rupa, teater, patung, penari tradisional, mocopat, hingga jathilan.
Tak hanya itu, secara historis, Gamping juga tidak bisa dilepaskan dari lahirnya kerajaan Yogyakarta. Pangeran Mangkubumi, pernah menetap sekitar setahun lamanya di Gunung Gamping untuk menyiapkan strategi perang melawan Belanda.
Namun di sisi lain, potensi budaya yang besar itu justru tidak banyak diketahui oleh publik.
“Bisa dicek lah, kalau kita klik di Google kata Gamping itu justru yang ada kriminalitas, bom molotov, klitih, potensi budaya yang besar itu justru tidak muncul,” kata Pinto.
Karena itu, dalam pagelaran yang akan dilaksanakan pada Kamis (13/2) besok, salah satu agenda utamanya adalah deklarasi aksara. Deklarasi ini diikuti oleh sejumlah elemen, ada Forum Anak Yogyakarta sampai pemuda-pemuda karangtaruna dari tingkat kabupaten sampai provinsi, serta sejumlah eksponen kepemudaan yang ada di Gamping.
ADVERTISEMENT
Deklarasi aksara, yang bermakna membaca, memiliki tujuan supaya anak-anak muda dapat membaca dan memahami historis dan hal-hal yang lebih fundamental kaitannya dengan kebudayaan Jawa. Karena dari sana, menurutnya masyarakat bisa menggali nilai-nilai keluhuran.
“Ini kan harus dibaca oleh kawan-kawan muda. Kalau kita sudah bisa membaca dan mempelajari hal-hal yang bersifat adiluhung kabudayan jawa, itu sudah cukup kuat untuk memberikan nilai-nilai spiritualisme kepada kawan-kawan muda,” lanjutnya.
Dengan begitu, harapannya anak-anak muda tidak lagi terjebak dalam hiruk-pikuk tekanan sosial yang saat ini terjadi. Mereka bisa ikut serta dalam proses pembangunan, baik kewilayahan baik daerah maupun nasional dengan nilai-nilai kreativitas maupun nilai kebudayaan.
“Jadi akan kami sampaikan semangat ini kepada semua masyarakat Yogyakarta, harapannya agar mengaktivasi semua sanggar-sanggar yang ada di Jogja,” jelas Pinto.
ADVERTISEMENT
Diisi Seniman Tingkat Internasional
Dari pukul 19.00 sampai 23.00 Kamis (13/2) malam nanti akan banyak pertunjukan kesenian yang ditampilkan dalam pagelaran itu. Akan ada pertunjukan karawitan, mocopatan, pertunjukan tari lawung, srimpi, juga tari spiritual yang akan dibawakan oleh Miroto, seorang seniman yang sudah melanglang buana di kancah internasional.
“Ada juga ketoprak, yang sangat menarik bagi masyarakat Gamping khususnya karena akan ada Marwoto, Nano Asmorondono, serta Trinil yang cukup fenomenal di dunia ketoprak,” jelas Ketua Seksi Acara Artipak Ngidul, Greg Susanto.
Agenda besar ini dilaksanakan secara swadaya, oleh komunitas Wirosuto, sebuah kelompok para pegiat seni di Gamping bersama masyarakat setempat, termasuk untuk pendanaan.
“Jujur sampai H-2 ini kawan-kawan untuk tim penggalangan dana masih pada ngamen. Jadi ini murni sebagai kekuatan basis rakyat yang ada di Gamping,” jelas Greg.
ADVERTISEMENT
Agar Anak Muda Punya Kegiatan Positif
Greg menjelaskan, momentum Artipak Ngidul akan dimanfaatkan untuk mengumpulkan sebanyak mungkin masyarakat yang kemudian akan diberikan pesan moril kaitannya dengan kondisi sosial yang terjadi sekarang, yakni tingginya tingkat kriminalitas termasuk klitih.
“Kami juga mendorong supaya klitih harus dikembalikan kepada fungsi namanya kembali. Karena sebenarnya maknanya baik, positif, yakni jalan-jalan di sekitar lingkungan,” kata Greg.
Yoyon menambahkan, Artipak Ngidul pertama ini punya misi penyadaran dan edukasi kepada semua eksponen masyarakat. Harapannya virus-virus positif yang terkandung dalam agenda tersebut dapat tersampaikan kepada mereka, khususnya yang memiliki anak-anak muda. Dengan adanya program mengaktivasi seluruh sanggar kesenian yang ada di Gamping, diharapkan dapat menjadi ruang aktualisasi anak-anak muda.
ADVERTISEMENT
Mereka jadi punya wadah baru untuk mencurahkan energi dan mengisi waktu luangnya secara lebih positif. Tidak dengan membuat teror di jalanan yang membahayakan keselamatan orang lain.
“Di situlah terlihat benang merahnya. Antara teman-teman seniman yang sudah sepuh-sepuh, sudah senior, berhubungan dengan teman muda sebagai proses transfer bakat dan keilmuannya dalam bidang kesenian,” ujar Yoyon. (Widi Erha Pradana / YK-1)