Bagaimana Mengajarkan Anak bahwa Uang Bukan Jatuh dari Pohon?

Konten dari Pengguna
17 Januari 2020 14:07 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Pandangan Jogja Com tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi uang bagi dunia anak-anak. Foto : Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi uang bagi dunia anak-anak. Foto : Pixabay
ADVERTISEMENT
Uang tidak jatuh dari pohon atau kalau orang Jogja bilang, “Emang tinggal metik daun pohonnya embahmu!” Seringkali pendidikan melek finansial berakhir dengan kalimat itu.
ADVERTISEMENT
Sebuah survei baru oleh CreditsCard.com menemukan bahwa satu dari empat orang dewasa di Amerika Serikat yang memiliki anak di bawah 18 tahun mengatakan bahwa orang tua mereka tidak memberikan pelajaran tentang uang ketika masih anak-anak. Begitu juga di sekolah yang tidak mengajarkan practical life bagaimana anak mengenal uang sejak dini.
Lalu bagaimana orang tua dapat mengajarkan kebijaksanaan keuangan kepada anak-anak mereka dengan cara praktis yang akan bermanfaat sepanjang hidup mereka?
1. Jelaskan dari mana uang itu berasal
Menurut Rachel Cruze, pakar keuangan pribadi dan penulis Smart Money Smart Kids: Meningkatkan Generasi Selanjutnya untuk Menang dengan Uang, mengatakan, “Ketika Anda mengajari anak-anak Anda tentang uang, penting untuk mengajar mereka dari mana asalnya. Uang tidak hanya datang dari dompet ibu dan ayah. Ketika Anda bekerja, Anda dibayar. Ketika Anda tidak (bekerja), Anda tidak dibayar. "
ADVERTISEMENT
Kuncinya adalah berulang kali menunjukkan hubungan antara pekerjaan dan uang dan ajarkan tiga prinsip utama pengelolaan uang yakni, memberi, menabung, dan membelanjakan
2. Ajak anak-anak berbicara tentang anggaran keluarga
“Saya telah menemukan bahwa cara terbaik untuk mengajari anak-anak Anda tentang uang adalah dengan mengajak mereka berdiskusi tentang anggaran keluarga,” kata Leif Kristjansen, pendiri FiveYearFIREescape.
Dengan mendiskusikan anggaran keluarga, Leif menemukan bahwa anak-anak akan melihat bagaimana susahnya orang tua bertanggung jawab membayar tumpukan tagihan dan masalah kehidupan. Dan anak-anak secara alami ingin meniru orang tua mereka sehingga mereka akan mulai berpikir tentang pengeluaran dan cara menguranginya.
Pembicaraan uang ini harus santai dan bahkan dapat dilakukan di meja makan. Jika anak-anak Anda terlalu muda untuk benar-benar berpartisipasi, itu tidak masalah. Tujuannya di sini adalah untuk sekadar merasa nyaman berbicara tentang uang sebagai keluarga tanpa stigma atau stres.
ADVERTISEMENT
3. Berikan uang tunai untuk ulang tahun
Jika anak anda berulang tahun, pertimbangkan untuk memberikan uang tunai kepadanya sebagai hadiah. Ini tidak hanya menghemat waktu Anda untuk berbelanja, namun juga memberdayakan anak-anak untuk melakukan matematika dan menjadi cerdas serta membuat keputusan mau diapakan uang itu, berdasarkan anggaran yang dia punya.
4. Membayar anak untuk melakukan pekerjaan
Akan ada saatnya ketika mereka membutuhkan uang, misalnya untuk kunjungan, jalan-jalan bersama teman, atau membelikan hadiah ultah teman. Memberi mereka uang saku tidak apa-apa, tetapi juga memungkinkan mereka belajar untuk mendapatkannya. Ini sekali lagi memperkuat pemahaman tentang bagaimana penghasilan di dapat jika kamu bekerja.
Kita bisa ‘membayar’ anak kita karena melakukan pekerjaan di luar tugas normal sehari-hari. Dia tidak dibayar untuk membersihkan kamarnya atau membantu merawat adiknya, karena itu bagian dari kewajibannya di rumah. Jika anak dibayar untuk hal-hal yang memang sudah menjadi tugasnya, maka ia akan berhenti melakukannya jika tidak ada uang. Kita tidak mau hal itu terjadi, bukan?
ADVERTISEMENT
Kevin Klug, salah satu pemilik Secure Retirement Solutions, menyarankan untuk memberikan uang saku setelah serangkaian tugas mingguan selesai. Jika tugas tidak selesai, "mereka sekarang berhutang [uang] kepada Anda untuk setiap tugas yang belum selesai."
5. Insentif uang saku
Uang saku harus dikeluarkan dengan pengertian bahwa sebagian dari uang ini dapat digunakan untuk hal-hal menyenangkan, tetapi sebagian juga harus digunakan untuk memenuhi kebutuhan. Pelajaran ini bisa semakin intensif seiring bertambahnya usia anak-anak.
Ketika memutuskan berapa banyak uang saku yang akan diberikan, pastikan bahwa anak memahami apa yang bisa dipenuhi dengan uang saku itu. Apakah untuk makan siang di sekolah, makanan ringan, membeli token game atau kegiatan ekstrakulikuler? Pastikan sedari awal kedua belah pihak sepakat uang saku itu digunakan untuk apa saja agar tidak timbul kesalahpahaman nantinya.
ADVERTISEMENT
Jika anak Anda memenuhi tujuan menabung mereka, pertimbangkan untuk mengeluarkan sedikit lebih banyak uang minggu depan. Berikan insentif dengan memberi mereka uang tambahan jika uang minggu lalu masih ada.
Banyak orang tua yang bisa memahami skenario ini: anak Anda punya uang, tetapi mereka menghabiskan semuanya di toko mainan. Sekarang, Anda berada di toko mainan lagi dan mereka menginginkan sesuatu tetapi mereka tidak memiliki uang.
"Ajari mereka bahwa ketika uang habis, (ya) habis," kata Cruze. "Ini akan sulit pada saat ini, tetapi dalam jangka panjang Anda mengajar mereka untuk hidup sesuai kemampuan mereka - dan itulah satu-satunya cara untuk menang dengan uang." ( Dari berbagai sumber / Maya Puspitasari )
ADVERTISEMENT