Biar Tak Punah, Siapa Tertarik Membangun Taman Wisata Kantong Semar?

Konten dari Pengguna
29 Mei 2020 18:02 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Pandangan Jogja Com tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Nepenthes rigidifolia hanya berada di site spesifik di Sumatera. Foto: cornwallplantheritage.co.uk
zoom-in-whitePerbesar
Nepenthes rigidifolia hanya berada di site spesifik di Sumatera. Foto: cornwallplantheritage.co.uk
ADVERTISEMENT
Indonesia memiliki 64 spesies kantong semar atau 49 persen dari total kantong semar di seluruh dunia. Namun, spesies yang menjadi salah satu kekayaan biodiversitas Indonesia yang sebarannya terutama berada di Sumatera dan Kalimantan itu kini populasinya terus terancam.
ADVERTISEMENT
Wiwien Tjiasmanto, salah seorang pecinta sekaligus peneliti kantong semar di Yayasan Konservasi Biota Lahan Basah, Surabaya, mengatakan di Indonesia ada tiga spesies kantong semar yang saat ini paling langka. Tiga jenis itu di antaranya Nepenthes rigidifolia dan Nepenthes aristolochioides yang habitat keduanya berada di Sumatera, dan Nepenthes clipeata di Kalimantan.
Di seluruh dunia, 3 jenis kantong semar tersebut hanya bisa ditemukan di area sebaran yang sangat sempit dan spesifik, di satu gunung atau bukit saja, jadi tidak bisa ditemukan di banyak area di Sumatera maupun di Kalimantan. Misalnya, N. clipeata yang mana di seluruh dunia hanya bisa ditemukan di gunung Kelam, Kalimantan Barat.
“Nah, begitu habitat itu terganggu entah karena diambilin manusia atau kebakaran misalnya, bisa langsung punah dan enggak ada di lain tempat lagi,” kata Wewin Tjiasmanto ketika dihubungi, Jumat (29/5).
ADVERTISEMENT
Faktor lain yang tidak kalah mengancamnya adalah pengambilan kantong semar oleh para penghobi tanaman langka di habitat aslinya, baik untuk dipelihara maupun untuk dijual lagi. Celakanya, ketika spesies tanaman tertentu makin langka, harganya akan makin tinggi. Hal ini yang kemudian dimanfaatkan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab.
Mereka mengoleksi spesies tertentu, kemudian dengan sengaja merusak spesies yang sama di alam supaya punah sehingga nilai jualnya jadi makin tinggi. “Itu menurutku keterlaluan dan menyedihkan sekali,” lanjut Wewin.
Kondisi 3 Kantong Semar Paling Langka
Nepenthes aristolochioides di alam kini tinggal 60 individu. Foto: carnivorousplantresource.com
Saat ini, kondisi tiga spesies kantong semar yang paling langka itu sudah sangat kritis. Menurut laman IUCN Redlist (lembaga pencatat status biologi terancam punah yang paling komprehensif sedunia), jumlah individu dewasa Nepenthes aristolochioides di alam kini tinggal 60 individu. Tak hanya itu, tren penurunan populasi juga terus terjadi.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, populasi Nepenthes clipeata menurut Wewin terakhir hanya tersisa sekitar 120 individu di Gunung Kelam, Kalbar. Namun di laman IUCN Redlist, populasinya tinggal 100 individu saja. Celakanya, pada Rabu (27/5) BKSDA Kalbar melaporkan berhasil menangkap dua orang yang diduga telah merambah dan menyelundupkan kantong semar jenis Nepenthes clipeata yang makin langka ini.
“Sekarang mungkin tinggal 50an ya, diambilin orang yang barusan ketangkap itu,” kata Wewin.
Yang lebih mengenaskan adalah Nepenthes rigidifolia. Di alam, spesies ini sudah hampir punah. Bahkan menurut Wewin, yang diketahui tersisa di alam kini hanya ada belasan individu. Sementara di laman IUCN Redlist, Nepenthes rigidifolia dewasa yang kini tersisa hanya tinggal 10 individu saja.
Sebenarnya untuk menjaga kelestariannya kantong semar dapat dikonservasi secara ex situ, atau di luar habitat aslinya. Namun banyak jenis kantong semar yang cukup sulit cara memeliharanya. Banyak para penghobi baru yang coba-coba memelihara kantong semar di rumahnya, tapi berakhir dengan kematian.
ADVERTISEMENT
“Bagi mereka itu mungkin cuma uang kecil, tapi dari sisi dampak ekologis, itu berakibat buruk sekali,” kata Wewin.
Wewin menginformasikan bahwa saat ini hanya ada tiga tempat konservasi ex situ kantong semar di Indonesia, yakni di Kebun Raya Cibodas , Kebun Raya Bedugul, serta di Yayasan Konservasi Biota Lahan Basah Surabaya yang merupakan lembaga yang dikelola bukan oleh pemerintah.
Lahirkan Jutaan Kantong Semar Lewat Kultur Jaringan
Nepenthes clipeata hanya tersisa 50-an individu di hutan Kalbar. Foto: borneoscape.com
Salah satu yang kini dikerjakan Wewin di laboratorium adalah melakukan perbanyakan kantong semar menggunakan metode tissue culture atau kultur jaringan. Teknik kultur jaringan ini dilakukan dengan mencacah batang kantong semar dan kemudian ditanam secara khusus di laboratorium. Lama waktu pengembangan menggunakan teknik kultur jaringan ini bermacam-macam, antara satu sampai tiga tahun sampai siap dikeluarkan dari botol steril, tergantung jenisnya.
ADVERTISEMENT
“Kehebatannya dari satu tanaman saja bisa jadi jutaan tanaman. Bahkan dari satu biji saja atau potongan tunas saja bisa jadi banyak, enggak terbatas,” kata Wewin.
Kantong semar-kantong semar langka tadi sebenarnya juga bisa diperbanyak dengan teknik kultur jaringan ini. Namun saat ini jumlah sumber daya manusia yang ada sangat terbatas karena sangat sedikit orang yang bersedia dan kompeten untuk melakukan program ini. Padahal Wewin dan peneliti lain yang terlibat pada saat ini juga memiliki kesibukan lain, tidak hanya mengurus kantong semar saja.
“Saya suka sekali makanya kalau ada teman-teman yang mau belajar beginian tentu akan sangat membantu kelestarian kantong semar apalagi kalau sampai tumbuh lab-lab komersil yang berstandar sehingga bisa makin maju lagi karena ada putaran ekonomi,” lanjutnya.
ADVERTISEMENT
Selain dari sudut pandang ekologis, kantong semar juga punya potensi besar untuk kepentingan ekonomi jika mampu dimanfaatkan secara tepat dan bijak. Misalnya dengan membangun taman wisata yang menyajikan berbagai spesies kantong semar, sehingga dia bisa tetap memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat tanpa memindahkan atau mengambilnya dari habitat asli.
Atau jika proses perbanyakan berhasil, kantong semar juga bisa diperjualbelikan, dengan catatan proses perbanyakan terus dilakukan sehingga tidak merusak populasinya di alam. Dan teknik kultur jaringan adalah salah satu jawaban atas persoalan ini.
“Kalau dikembangin juga pakai tissue culture, enggak habis-habis tanamannya. Orang bisa hidup terus dari situ (kantong semar),” tegas Wewin. (Widi Erha Pradana / YK-1)