Buka Pekan Budaya Tionghoa, Sultan HB X: Ada Kemiripan Budaya China dan Jawa

Konten Media Partner
31 Januari 2023 14:40 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gubernur DIY, Sri Sultan HB X saat membuka PBTY ke-18, Senin (30/1). Foto: Widi RH Pradana
zoom-in-whitePerbesar
Gubernur DIY, Sri Sultan HB X saat membuka PBTY ke-18, Senin (30/1). Foto: Widi RH Pradana
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Sri Sultan Hamengku Buwono X resmi membuka Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta (PBTY) yang ke-18 di Kampung Ketandan, Senin (30/1) malam.
ADVERTISEMENT
Dalam kesempatan itu, Sultan menyinggung adanya kesamaan antara budaya Tionghoa dan Jawa. Dalam kosmologi China, unsur air dalam tahun Kelinci Air ini menurut Sultan bermakna aura kelembutan dan sikap yang adaptif.
"Kelembutan dan adaptasi inilah yang berpeluang menciptakan kedamaian guna memperkokoh persatuan dan kesatuan di tengah berbagai kebhinekaan," kata Sri Sultan, Senin (30/1).
Mirip dengan budaya Tionghoa, dalam budaya Jawa, elemen air menurut Sultan juga memiliki sifat luwes namun menyimpan kekuatan. Dalam keadaan normal, air mempunyai sifat tenang, tidak pernah menghancurkan atau menyingkirkan benda-benda yang menghalangi arusnya.
"Andai ada batu atau pohon, air senantiasa melaluinya dengan amat luwes, air itu melewati halangan tanpa adanya korban," lanjutnya.
Dia berharap, hal ini bisa diubah menjadi perilaku dalam kehidupan sehari-hari, tidak hanya berhenti memaknainya sekadar pada ajaran kebaikan semata.
Gubernur DIY, Sri Sultan HB X saat membuka PBTY ke-18, Senin (30/1). Foto: Widi RH Pradana
Sultan juga berharap supaya Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta ini dapat menjadi peristirahatan sejenak untuk merenungi kembali bagaimana semangat keindonesiaan yang kini kerap dilanda panas, baik dari dalam maupun luar negeri yang bisa memicu perpecahan sosial.
ADVERTISEMENT
Terlebih, sebentar lagi Indonesia akan memasuki tahun politik. Sultan berharap masyarakat Yogya akan tetap hidup dalam kedamaian meskipun di dalamnya terdiri atas suku yang sangat beragam.
"Suasana guyub rukun ini perlu kita hidup-hidupkan, khususnya menjelang pesta demokrasi serentak tahun 2024. Atas situasi itu, kita harus berhati-hati dalam perkataan dan tindakan, agar tidak disalahartikan, yang bisa berakibat renggangnya kohesi sosial," tegas Sri Sultan HB X.