Bupati Bantul Desak Bupati Sleman Bikin Pembuangan Sampah Sendiri

Konten Media Partner
12 Mei 2022 19:04 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Bupati Bantul, Abdul Halim Muslih. Foto: Widi Erha Pradana
zoom-in-whitePerbesar
Bupati Bantul, Abdul Halim Muslih. Foto: Widi Erha Pradana
ADVERTISEMENT
Bupati Bantul, Abdul Halim Muslih, mendesak Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sleman untuk membangun Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sendiri, menyusul permasalahan penuhnya TPA Regional Piyungan yang tak kunjung selesai selama bertahun-tahun. Di sisi lain, jumlah produksi sampah yang dihasilkan oleh Sleman dan Kota Yogyakarta justru lebih besar ketimbang Bantul.
ADVERTISEMENT
Dalam sehari, rata-rata Sleman memproduksi sampah mencapai 700 ton dan Kota Yogyakarta sebesar 350 ton. Sementara produksi sampah di Bantul paling kecil hanya sekitar 180 ton per hari. Namun, justru Bantul yang harus menanggung beban sampah dari dua daerah dengan produksi sampah terbesar di DIY itu.
Tak hanya sampah, bahkan limbah pun menurut dia dibuang ke Bantul. Hal itu membuat masyarakat Bantul yang akhirnya mesti menanggung dampak lingkungan akibat adanya TPA tersebut.
“Kita berharap dan mendorong Pemerintah Kabupaten Sleman membuat TPST sendiri,” kata Abdul Halim Muslih kepada awak media, Rabu (11/5).
Tak hanya lebih besar, setoran sampah Sleman dan Kota Yogyakarta menurut Halim juga cenderung naik setiap tahun. Sementara produksi sampah Bantul justru cenderung turun berkat program Bersih Sampah Tahun 2025 (Bantul Bersama).
ADVERTISEMENT
“Konsepnya adalah sampah selesai di desa,” lanjutnya.
Program ini memanfaatkan rumah pilah sampah yang telah dibangun di seluruh dusun. Sampah-sampah akan dipilah dan sudah ada pihak yang membeli, sedangkan untuk sampah organik seperti sisa makanan akan digunakan untuk ternak maggot sebagai pakan ternak alternatif.
Jika sampah sudah dipilah di tingkat dusun atau bahkan rumah tangga, maka di tingkat desa sampah sudah tidak jadi persoalan.
“Jika konsep ini selesai di desa, bahkan di dusun, apalagi di rumah tangga, maka TPST Piyungan itu akan tidak diperlukan,” ujarnya.
Selain itu, Halim juga mendesak Sleman membangun TPA sendiri karena secara geografis memiliki luas wilayah yang lebih besar ketimbang Bantul. Jika Bantul sudah punya TPA sendiri, sedangkan Bantul bisa terus menurunkan produksi sampah, maka dia optimis nantinya TPA Regional Piyungan hanya tinggal menanggung beban sampah dari Kota Yogyakarta.
ADVERTISEMENT
“Itupun kita menuntut Kota untuk melakukan pemilahan. Jika Kota berhasil melakukan pemilahan, maka otomatis TPST tidak diperlukan lagi,” ujarnya.
Tak hanya mengurangi produksi sampah, metode pemilahan juga bisa memberikan penghasilan tambahan untuk masyarakat karena mereka bisa menjual sampah-sampah mereka baik itu sampah plastik, beling, atau kertas.
Pada 2017, sebenarnya Sleman sempat mewacanakan untuk membangun TPA sendiri di Prambanan yang dilengkapi dengan teknologi pengolahan sampah canggih. Namun, rencana itu gagal dieksekusi karena adanya penolakan dari masyarakat setempat.
Saat ini, Pemkab Sleman sedang merencanakan pembangunan tiga TPA di tiga zona, yakni zona barat, tengah, dan timur. Zona barat akan dibangun di Sendangrejo, Minggir, zona timur di Tamanmartani, Kalasan, serta zona tengah sampai saat ini masih dicarikan lahan yang bisa digunakan.
ADVERTISEMENT