Burung Migran yang Singgah di Kota Jogja Suka Menginap di Hotel Mewah

Konten dari Pengguna
18 September 2020 13:16 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Pandangan Jogja Com tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Burung layang asia. Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Burung layang asia. Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Di Jogja, ada dua jenis burung terestrial migran yang kerap singgah di daerah perkotaan, yakni burung layang-layang asia atau layan-layang api dan jalak china. Dan uniknya kedua jenis burung migran tersebut menyukai tempat-tempat mewah di Jogja yakni hotel dan mal.
ADVERTISEMENT
Secara total, ada sekitar 150 spesies burung migran yang tercatat pernah singgah di Indonesia. Jumlah itu tersebut cukup besar, setara 9 persen dari seluruh spesies burung yang ada di Indonesia.
Dari sekitar 150 spesies burung migran, 25 persen merupakan jenis burung laut, 26 persen burung pantai, 17 persen jenis raptor, 14 persen burung air, serta 18 persen termasuk jenis burung terestrial. Burung terestrial adalah jenis burung yang biasa mencari pakan pada permukaan tanah atau hutan.
Presiden Indonesia Ornithologist Union (IdOU) sekaligus pengamat burung dari Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY), Ign Pramana Yuda, mengatakan bahwa burung layang-layang asia tersebar hampir di seluruh wilayah Pulau Jawa. Di Yogyakarta, jenis burung ini mulai diteliti secara serius sejak 1996, ketika burung ini sedang singgah di pusat Kota Jogja, tepatnya di kawasan Titik Nol Kilometer.
ADVERTISEMENT
“Dan di situlah sering dijadikan pengamatan utama,” ujar Pramana Yuda dalam seminar daring yang diadakan oleh Burungmigrasi_ID, Rabu (16/9).
Pengukuran panjang sayap burung layang asia pada Desember 2019 lalu di dekat hotel Melia Purosani, Jogja. Foto: Maya P
Data terakhir, jumlah burung layang-layang yang singgah di Yogyakarta ada sekitar 32 ribu individu. Menariknya, ada pergeseran atau perpindahan lokasi persinggahan burung layang-layang asia.
“Dari sekitar gedung kepresidenan di Yogyakarta, kemudian sekarang pindah ke timur mendekati Hotel Melia, dan yang terbaru bahkan ditemukan di dekat gereja Kota Baru,” lanjutnya.
Sementara itu, jalak china juga cukup banyak ditemukan di Yogyakarta, bahkan menjadi salah satu kota di Indonesia dengan populasi jalak china terbesar yang pernah tercatat. Pertama kali jalak china di Yogyakarta diteliti pada 1998, kemudian baru dilakukan penelitian lebih serius pada 2011.
ADVERTISEMENT
Pada 2011, tercatat ada sekitar 2.300 populasi jalak china yang tercatat di Yogyakarta. Namun terakhir, pengamatan yang dilakukan di dekat Hotel Melia hanya tercatat ada sekitar 800 individu.
“Ini juga menarik, seperti layang-layang ada pergeseran lokasi di mana dia mengalami pergeseran resting saat malam,” ujarnya.
Di awal-awal, jalak china juga memilih kawasan di sekitar Titik Nol untuk singah dan istirahat. Namun perlahan mereka mengalami pergeseran ke timur, tepatnya ke dekat Taman Budaya Yogyakarta (TBY), kemudian bergeser lagi ke dekat Hotel Melia, bahkan ada yang sampai di dekat Ambarukmo Plaza (Amplaz).
“Jadi tampaknya burung ini suka juga dengan tempat-tempat yang cukup mewah ya, di hotel dan mal ya,” lanjutnya.
Namun selama ini, penelitian yang dilakukan terhadap jalak china dan layang-layang asia baru sebatas menghitung populasi dan tempat singgahnya saja. Masih banyak hal yang perlu diperhatikan lebih jauh menurut Pramana Yuda terkait penelitian-penelitian bioekologi lainnya.
ADVERTISEMENT
Pengamatan menggunakan peralatan-peralatan yang lebih canggih juga perlu mulai dicoba, seperti pengamatan menggunakan automatic recording unit atau bahkan mulai bekerja sama menggunakan jaringan radar.
“Atau kita koleksi kotorannya kemudian kita analisis makanannya apa,” ujarnya. (Widi Erha Pradana / YK-1)