Cara Penyu Mengarungi Samudera dan Menjadi Duta Besar di Lautan

Konten dari Pengguna
3 November 2020 13:22 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Pandangan Jogja Com tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi penyu. Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi penyu. Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
Bagi sekelompok penyu yang tengah bermigrasi, tidak ada lagi yang namanya batas-batas negara. Ketika bermigrasi, penyu bisa menjelajah samudra hingga 3.000 kilometer hanya dalam waktu 58 sampai 73 hari saja.
ADVERTISEMENT
Dosen pengampu matakuliah Herpetologi dari Laboratorium Sistematika Hewan Fakultas Biologi UGM yang juga aktif mengamati migrasi penyu, Donan Satria Yudha, mengatakan sebagian penyu seperti jenis penyu hijau memang hampir mengitari seluruh bumi ketika bermigrasi.
“Ya betul, sebagian penyu memang migrasinya hampir mengitari seluruh bumi. Maka dia dijuluki duta besar di lautan,” kata Donan Satria Yudha ketika dihubungi beberapa waktu lalu.
Mengitari bumi di sini maksudnya bukan satu individu jenis penyu hijau yang mengitari hampir seluruh perairan bumi. Melainkan individu-individu dari jenis penyu hijau jika ditotal memiliki luasan migrasi hampir seluruh wilayah ekuator.
Migrasi pada penyu dibagi menjadi tiga, yakni migrasi tukik atau anak penyu, migrasi reproduktif, dan migrasi non-reproduktif. Migrasi tukik adalah proses migrasi penyu dari daratan ke lautan untuk tumbuh dan berkembang setelah mereka menetas.
ADVERTISEMENT
Setelah menetas dan keluar dari sarangnya, tukik akan menemukan laut dengan organ penglihatannya. Namun ketika matanya tertutup pasir, maka tukik akan bergerak tidak menentu atau berputar-putar, sementara beberapa di antaranya akan bergerak ke laut dengan petunjuk berupa kemiringan pantai.
Tukik juga akan bergerak menuju ke arah yang lebih terang, sehingga adanya lampu-lampu hotel, pemukiman, pasar ikan, dan sebagainya di arah daratan akan menyebabkan tukik mengalami mis-orientasi.
Saat tukik sudah masuk ke air laut, mereka akan bergerak menuju laut dalam. Tukik akan memanfaatkan ombak sebagai penanda ketika dia bergerak menuju laut dalam. Namun ketika tidak ada ombak, mereka akan berenang secara acak atau tidak berarah.
“Ketika tukik berada di laut dalam, pergerakan ombak sudah tidak dapat diandalkan untuk menjauh dari pantai lagi, maka tukik mulai mengandalkan medan magnet untuk lebih menjauh lagi,” jelas Donan.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, migrasi reproduktif merupakan migrasi yang dilakukan oleh penyu dewasa dari samudera ke lautan dangkal atau ke daratan untuk kawin dan bertelur. Dalam setahun, penyu dewasa bisa melakukan dua sampai tiga kali migrasi reproduktif dan setiap spesies berbeda waktunya.
Ada beberapa titik yang biasanya dijadikan tempat mendarat penyu untuk melakukan migrasi reproduktif, yakni Pantai Selatan Jawa meliputi Bantul, Kulon Progo, dan Meru Betiri. Kemudian Kepulauan Derawan di Kalimantan Timur, Bali, serta terakhir di kawasan kepala burung Papua.
“Di Pantai Selatan Jawa, terutama di Bantul dan Kulon Progo, penyu betina biasanya mendarat untuk bertelur antara bulan Mei sampai Agustus,” ujarnya.
Ada tiga jenis penyu yang biasa mendarat di wilayah ini, yakni penyu lekang (Lepidochelys olivacea) dengan intensitas sering, penyu hijau (Chelonia mydas) dengan intensitas jarang, serta penyu sisik (Eretmochelys imbricata) dengan intensitas jarang.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, migrasi non-reproduktif dilakukan oleh individu penyu dewasa dari satu samudera ke samudera lainnya. Misalnya dari samudera Atlantik ke Samudera Pasifik. “Biasanya untuk mencari sumber pakan yang melimpah dan mengikuti arus samudera yang hangat,” jelas Donan.
Memanfaatkan Magnet Bumi Sebagai GPS
Ilustrasi penyu berenang di lautan luas. Foto: Pixabay
Salah satu hal luar biasa dari penyu adalah, dia bisa kembali ke tempat lahirnya meski sudah menjelajah di samudra lepas. Menurut Donan, ada beberapa hipotesis yang menjelaskan mengapa penyu memiliki kemampuan seperti itu. Pertama yakni menggunakan jejak kimia, tukik merekam jejak kimia yang ada pada tempat kelahirannya saat muncul dari sarang dan berjalan masuk ke laut.
Hipotesis kedua yakni memanfaatkan petunjuk kimiawi dengan aroma debu pantai tertentu yang terbang terbawa angin dan arus laut. Sedangkan hipotesis ketiga yakni penyu memanfaatkan magnet bumi sebagai GPS karena adanya magnetite pada durameter tukik.
ADVERTISEMENT
“Karena ada magnetik atau mineral yang memiliki sifat magnet pada durameter atau lapisan yang menyelubungi otaknya,” jelas Donan.
Sejumlah penelitian juga menemukan bahwa penyu meninggalkan jejak magnetik ketika baru saja menetas menjadi tukik. Mereka kemudian menggunakan tanda magnetik di sepanjang pantai sebagai informasi ketika ingin kembali ke tempat kelahirannya ketika sudah dewasa.
Purwanto, dari Coral Triangle Center (CTC), mengatakan tukik mempunyai indera yang mampu merekam kondisi pantai di mana dia pertama kali menetas.
“Sehingga momen pertama kali tukik menuju ke laut, itu menjadi yang sangat penting,” ujar Purwanto.
Pasalnya, tukik akan merekam semua kondisi pantai atau pesisir di mana dia dilahirkan. Dia akan berenang menuju samudra untuk tumbuh dan berkembang. Sayangnya, siklus hidup penyu ketika di samudra masih menjadi misteri karena belum banyak diketahui.
ADVERTISEMENT
Penyu dewasa akan berenang ke area makan mereka yang khusus, dan biasanya berada di tempat yang jauh. Sebagai contoh penyu belimbing di Papua, mereka banyak mencari makan di Kepulauan Kei di Maluku yang jaraknya hampir 1.000 kilometer. Bahkan dari peta migrasi penyu belimbing yang berhasil diidentifikasi, mereka ternyata sampai di California di pesisir barat Amerika.
“Dan penyu dewasa akan kembali ke pantai penelurannya untuk kawin dan juga bertelur,” ujarnya.
Hipotesis lain juga mengatakan bahwa kawanan penyu mengandalkan medan magnet Bumi sebagai alat navigasi ketika mereka berada di lautan untuk menentukan arah. Sejumlah jenis penyu diperkirakan mampu menggunakan isyarat magnetik untuk menentukan garis lintang, sehingga mereka dapat melihat ke arah mana harus bergerak.
ADVERTISEMENT
Penyu Migran Terus Menurun
Ilustrasi penyu. Foto: Pixabay
Donan sempat tiga kali diajak oleh BKSDA DIY untuk melakukan pengamatan penyu, di antaranya pada 2013 untuk pengamatan pendaratan penyu di Pantai Trisik, pada 2014 untuk studi habitat ideal penetasan telur penyu, serta pada 2015 untuk melakukan monitoring pendaratan penyu di Bantul. Setiap tahun, menurutnya jumlah penyu yang mendarat selalu mengalami penurunan.
“Semua trennya menurun, jumlah sarang juga berkurang. Penurunannya sekitar 20 persen sampai 30 persen per tahun, tapi ada yang fluktuatif naik 10 juga,” kata Donan.
Menurunnya populasi penyu disebabkan karena beberapa faktor. Di antaranya adalah banyaknya pantai yang merupakan lokasi saran peneluran kini sudah dialihfungsikan manusia sebagai area padat penduduk. Faktor pencemaran lingkungan juga mengambil peran cukup besar dalam penurunan populasi penyu.
ADVERTISEMENT
“Laut atau samudera yang tercemar, terutama plastik. Plastik yang melayang di air tampak seperti ubur-ubur sehingga dimakan penyu, jadi penyu mati,” jelasnya.
Proses perburuan ilegal juga masih kerap dijumpai. Banyak kasus penyu dewasa yang ditangkap atau pengambilan telur penyu secara ilegal oleh manusia untuk dikonsumsi. Kadang, penyu juga kerap tertangkap jaring nelayan secara tidak sengaja. Ketika dilepaskan, mereka justru mati karena luka-luka di tubuhnya setelah terjerat jaring.
Donan sangat menyayangkan penurunan populasi penyu dari tahun ke tahun, pasalnya mereka juga memberikan manfaat bagi tempat persinggahannya, terutama lokasi-lokasi yang mereka jadikan sarang. Penyu akan memberikan nutrisi bagi lokasi mereka bersarang melalui telur-telurnya yang tidak menetas secara alami. Nutrisi ini dapat dimanfaatkan sebagai nutrien oleh lingkungan di sekitar lokasi sarangnya.
ADVERTISEMENT
“Nutrien-nutrien dari telur penyu tersebut dapat memperkuat vegetasi pantai, sehingga dapat mencegah erosi pantai,” ujarnya.
Adanya penyu di sebuah kawasan pantai juga dapat menjaga siklus pertumbuhan lamun dan rumput laut. Penyu dewasa akan memakan lamun dan rumput laut di sekitar pantai, sehingga perkembangannya akan tetap sehat dan terjaga secara alamiah.
Purwanto mengatakan bahwa peluang hidup penyu ketika dia sudah hidup di samudra memang sangat kecil. Ketika tukik sudah berhasil masuk ke samudra, dia harus menghadapi berbagai predator dari ikan-ikan besar, burung, dan tentunya manusia.
Hal ini membuat tingkat keberhasilan hidup penyu sampai dewasa menjadi sangat kecil.
“Beberapa referensi mengatakan hanya satu sampai dua persen saja, ini yang mengancam kelestarian juga saya kira,” ujar Purwanto.
ADVERTISEMENT
Selain dari sisi ekologi, penyu juga memberikan manfaat besar bagi manusia. Penyu adalah megafauna kharismatik karena berukuran besar, sangat menarik, dan cantik. Hal ini membuatnya memiliki nilai ekonomi yang besar dari sektor pariwisata.
“Dari kegiatan pariwisata, penyu memiliki manfaat ekonomi yang jauh lebih besar dibandingkan manfaat ekonomi dari konsumsi daging dan telurnya,” lanjutnya.
Sejumlah masyarakat dan suku di Indonesia dan negara lain juga ada yang memiliki keyakinan bahwa penyu adalah nenek moyang manusia, sehingga harus dijaga dan dilindungi. Mereka percaya, menjaga penyu sama dengan menjaga Bumi. (Widi Erha Pradana / YK-1)