news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Catatan Lengkap Perkembangan Pembuatan Vaksin Corona dari Seluruh Dunia

Konten dari Pengguna
7 Agustus 2020 13:49 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Pandangan Jogja Com tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi vaksin corona. Foto: geneticvaccine
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi vaksin corona. Foto: geneticvaccine
ADVERTISEMENT
Biasanya, pembuatan vaksin akan memakan waktu hingga bertahun-tahun. Tapi saat ini, para ilmuwan sedang berlomba-lomba membuat vaksin yang aman dan efektif untuk digunakan pada tahun depan. Total ada 165 vaksin anti corona. Dan sistem pelacakan vaksin virus corona yang dikembangkan oleh New York Times, hingga 3 Agustus 2020 telah mencatat ada 27 vaksin yang saat ini sedang dalam uji coba terhadap manusia.
ADVERTISEMENT
Proyek pembuatan vaksin ini dimulai pada Januari silam dengan menguraikan genom SARS-CoV-2, sementara uji coba pada manusia pertama dimulai pada Maret. Namun pengembangan vaksin menemui jalan yang tidak menentu. Beberapa penelitian gagal, sementara lainnya berakhir tanpa hasil yang jelas. Tetapi beberapa vaksin yang dihasilkan setidaknya dapat merangsang sistem kekebalan untuk menghasilkan antibodi yang efektif terhadap virus.
Sebelum dapat digunakan secara massal, calon vaksin harus melewati sejumlah fase pengujian. Pertama yaitu pengujian praklinis, para ilmuwan akan memberikan vaksin kepada hewan seperti tikus atau monyet untuk melihat apakah vaksin tersebut menghasilkan respons kekebalan.
Berikutnya adalah Fase I Safety Trials, di fase ini para ilmuwan akan memberikan calon vaksin kepada sejumlah kecil orang untuk menguji keamanan dan dosis, serta memastikan bahwa calon vaksin itu dapat merangsang sistem kekebalan tubuh.
ADVERTISEMENT
Setelah lolos di Fase Safety Trials, berikutnya calon vaksin akan melewati Fase II yakni Perluasan Percobaan. Para ilmuwan akan memberikan calon vaksin kepada ratusan orang yang dipecah menjadi beberapa kelompok. Misalnya anak-anak dan orang tua, hal ini dilakukan untuk melihat apakah respons yang dihasilkan vaksin berbeda pada tiap kelompok tersebut. Dalam fase ini calon vaksin juga diuji keamanan dan kemampuannya untuk merangsang sistem kekebalan tubuh.
Fase ketiga adalah Uji Efisiak, para ilmuwan akan memberikan vaksin kepada ribuan orang dan menunggu untuk melihat berapa banyak yang terinfeksi dibandingkan dengan relawan yang menerima plasebo. Pengujian ini dapat menentukan apakah vaksin dapat melindungi seseorang dari virus corona atau tidak. Pada Juni silam, FDA mengatakan bahwa vaksin virus corona harus melindungi setidaknya 50 persen orang yang divaksinasi agar dianggap efektif.
ADVERTISEMENT
Setelah melewati Fase III, baru calon vaksin dapat disetujui untuk digunakan secara massal. Regulasi tiap negara untuk meninjau hasil uji coba dan memutuskan apakah vaksin tersebut dapat digunakan atau tidak bisa berbeda-beda. Selama pandemi, vaksin juga dapat menerima otorisasi penggunaan darurat sebelum mendapatkan persetujuan resmi.
Selain lima fase tersebut, ada juga fase gabungan. Fase gabungan dilakukan untuk mempercepat pengembangan vaksin dengan cara menggabungkan fase pengujian. Misalnya penggabungan fase I dan fase II sekaligus, sehingga pengujian bisa dilakukan dengan jumlah sampel yang lebih besar.
Sistem pelacakan vaksin virus corona yang dikembangkan oleh New York Times menunjukkan seberapa jauh perkembangan pembuatan vaksin di seluruh dunia. Berikut adalah perkembangan proses pembuatan vaksin di seluruh dunia.
ADVERTISEMENT
A. Vaksin Genetik
Ilustrasi vaksin corona. Foto: geneticvaccine
Vaksin genetik merupakan vaksin yang dibuat menggunakan satu atau lebih gen virus corona sendiri untuk memicu respons kekebalan tubuh. Ada beberapa perusahaan yang sedang mengembangkan vaksinnya menggunakan metode ini.
Moderna, AS - Fase III
Moderna, sebuah perusahaan yang berbasis di AS sedang mengembangkan vaksin yang berbasis messenger RNA (mRNA) untuk menghasilkan protein virus dalam tubuh. Sampai sekarang Moderna belum menjualnya ke pasar.
Ketika bermitra dengan National Institutes of Health, mereka menemukan bahwa vaksinnya berhasil melindungi monyet dari virus corona. Para Maret, mereka kemudian menguji vaksin ini pertama kali terhadap manusia dengan hasil sesuai harapan. Setelah melakukan penelitian Fase II, mereka melanjutkan ke fase III pada 27 Juli.
ADVERTISEMENT
Pengujian ini akan melibatkan 30.000 orang sehat di sekitar 89 lokasi di seluruh Amerika Serikat. Pemerintah setempat juga telah menggelontorkan anggaran sebesar 1 miliar dolar AS untuk membiayai pengembangan vaksin ini.
Biontech, Jerman – Fase II/III
Perusahaan Jerman, BioNTech telah mengadakan kerja sama dengan Pfizer, yang berbasis di New York, dan pembuat obat Cina Fosun Pharma untuk mengembangkan vaksin mRNA mereka. Pada Juli kemarin, mereka merilis hasil awal dari uji coba Fase I/II mereka di Amerika Serikat dan Jerman.
Mereka menemukan bahwa para relawan menghasilkan antibodi terhadap SARS-CoV-2, serta sel-sel kekebalan yang disebut sel T yang merespons virus. Beberapa sukarelawan mengalami efek samping sedang seperti gangguan tidur dan sakit lengan.
ADVERTISEMENT
Pada 27 Juli, mereka mengumumkan peluncuran uji coba Fase II/III dengan 30.000 sukarelawan di Amerika Serikat dan negara-negara lain termasuk Argentina, Brasil, dan Jerman.
Imperial College London, Inggris – Fase I/II
Peneliti dari Imperial College London telah mengembangkan vaksin β€˜self amplifying’ RNA mereka sendiri yang meningkatkan produksi protein virus untuk merangsang sistem kekebalan tubuh. Mereka memulai uji coba fase I/II pada 15 Juni silam dan telah bermitra dengan Morningside Ventures untuk memproduksi dan mendistribusikan vaksin melalui perusahaan baru bernama VacEquity Global Health. Para peneliti menargetkan pengembangan vaksin ini pada akhir tahun mendatang.
Zydus, India – Fase I/II
Zydus Cadila, sebuah perusahaan yang berbasis di India telah membuat vaksin berbasis DNA. Pada 3 Juli kemarin, mereka mengumumkan persetujuan dari otoritas setempat untuk memulai uji coba terhadap manusia. Zydus merupakan perusahaan kedua asal India yang ikut bersaing dalam perlombaan penemuan vaksin COVID-19 setelah Bharat Biotech.
ADVERTISEMENT
AnGes, Jepang – Fase I/II
30 Juni silam, perusahaan bioteknologi asal Jepang, AnGes, mengumumkan bahwa mereka telah memulai uji keamanan pada vaksin berbasis DNA. Pengembangan vaksin ini bekerjasama dengan Universitas Osaka dan Takara Bio.
Arcturus, California – Fase I/II
Perusahaan yang berbasis di California, Arcturus Therapeutics bekerja sama dengan universitas di Singapura, Duke-NUS Medical School juga sedang mengembangkan vaksin berbasis mRNA. Desain mereplikasi diri dari molekul-molekul dalam vaksin menyebabkan respons imun yang kuat dalam percobaan pada hewan. Pada 21 Juli, Singapura menyetujui usulan mereka untuk melakukan uji coba calon vaksin tersebut di Fase I/II pada manusia.
Inovio, AS – Fase I
Pada 30 Juni, Inovio, sebuah perusahaan yang berbasis di AS mengumumkan bahwa mereka memiliki data Fase I sementara pada vaksin berbasis DNA yang mereka kembangkan. Mereka tidak menemukan efek samping yang serius, dan telah mengukur respons imun pada 34 dari 36 relawan. Mereka sedang merencanakan untuk memulai uji coba Fase II/III dalam waktu dekat ini.
ADVERTISEMENT
CureVac, Jerman – Fase I
Pada Maret kemarin, pemerintah AS mencoba membujuk CureVac untuk memindahkan lokasi penelitiannya dari Jerman ke AS, namun gagal. Pada Juni, perusahaan tersebut kemudian meluncurkan uji coba Fase I vaksin mRNA-nya. Perusahaan itu mengatakan fasilitas yang ada di Jerman dapat menghasilkan ratusan juta vaksin per tahun.
Genexine, Korea – Fase I
Perusahaan Korea, Genexine juga telah mengembangkan vaksin COVID-19 berbasis DNA. Mereka mulai menguji keamanan vaksin ini pada Juni kemarin. Saat ini, mereka sedang merencanakan uji coba Fase II pada musim gugur mendatang.
Suzhou Abogen Biosciences, China - Fase I
Juni kemarin, para peneliti China di Akademi Ilmu Kedokteran Militer, Suzhou Abogen Biosciences dan Walvax Biotechnology mengumumkan bahwa mereka akan mulai menguji coba keselamatan pertama vaksin berbasis mRNA yang sedang dikembangkan di China. Vaksin itu dinamai ARCoV. Pada studi sebelumnya, calon vaksin ini telah diuji kepada monyet, dan menunjukkan efek perlindungan.
ADVERTISEMENT
Sanofi, Prancis – Preclicis
Bekerja sama dengan Translate Bio, perusahaan asal Prancis, Sanofi juga sedang mengembangkan vaksin COVID-19 berbasis mRNA. Pada 23 Juni, mereka mengumumkan akan memulai uji coba Fase I pada musim gugur mendatang. Sehingga saat ini calon vaksin yang mereka buat masih di tahap praklinis.
B. Vaksin Vektor Viral
Ilustrasi vaksin corona. Foto: AFP/Mladen ANTONOV
Selain vaksin genetik, ada juga beberapa perusahaan yang sedang mengembangkan vaksin vector viral. Vaksin ini memanfaatkan virus untuk mengirimkan gen virus corona ke dalam sel dan memicu respons imun. Beberapa perusahaan yang sedang mengembangkan vaksin jenis ini di antaranya.
AstraZeneca, Inggris-Swedia – Fase II/III
Calon vaksin yang sedang dikembangkan oleh perusahaan Inggris-Swedia, AstraZeneca dan Universitas Oxford didasarkan pada adenovirus simpanse yang disebut ChAdOx1. Dalam studi itu menunjukkan bahwa vaksin berhasil memberikan simpanse tersebut perlindungan.
ADVERTISEMENT
Mei kemarin, AS memberikan dukungan biaya kepada proyek ini sebesar 1,2 miliar dolar AS. Pada uji coba Fase I/II, mereka melaporkan bahwa vaksin itu aman dan tidak menyebabkan efek samping yang parah.
Calon vaksin ini juga dapat meningkatkan antibodi terhadap virus corona serta pertahanan kekebalan lainnya. Saat ini, calon vaksin tersebut sedang dalam uji coba Fase II/III di Inggris serta Fase III di Brazil dan Afrika Selatan.
Diperkirakan, proyek ini dapat menghasilkan vaksin darurat pada Oktober mendatang. AstraZeneca juga telah mengatakan bahwa total kapasitas produksi vaksin mereka jika disetujui bisa mencapai 2 miliar dosis.
CanSino Biologics, China – Fase II (Persetujuan Terbatas)
Perusahaan China CanSino Biologics mengembangkan vaksin yang berbasis pada adenovirus atau disebut Ad5. CanSino bekerja sama dengan Institute of Biology di Academy of Military Medical Sciences. Mei kemarin, mereka merilis hasil yang menjanjikan dari uji coba keamanan Fase I, dan pada Juli mereka melaporkan bahwa uji coba Fase II telah menunjukkan vaksin tersebut menghasilkan respons kekebalan yang kuat. Pertama dalam sejarah, militer China menyetujui vaksin tersebut pada 25 Juni selama satu tahun sebagai obat yang sangat dibutuhkan meski belum melalui semua fase yang seharusnya.
ADVERTISEMENT
Johnson & Johnson, Israel – Fase I/II
Satu dekade yang lalu, para peneliti di Beth Israel Deaconess Medical Center di Boston mengembangkan metode untuk membuat vaksin dari virus yang disebut Adenovirus 26, atau singkatnya Ad26. Johnson & Johnson kemudian mengembangkan vaksin untuk Ebola dan penyakit lain dengan Ad26 dan sekarang telah membuat satu untuk virus corona.
Pada Maret kemarin, mereka menerima 456 juta dolar dari pemerintah AS untuk mendukung langkah mereka menuju produksi. Vaksin telah memberikan perlindungan dalam percobaan pada monyet.
Johnson & Johnson meluncurkan uji coba Tahap I / II pada Juli dan berencana untuk uji coba Fase III pada September mendatang. Jika vaksin mereka disetujui, mereka memiliki harapan untuk membuat satu miliar dosis pada tahun 2021.
ADVERTISEMENT
The Gamaleya Research Institute, Rusia – Fase I
The Gamaleya Research Institute, bagian dari Kementerian Kesehatan Rusia, merilis uji coba Fase I pada bulan Juni dari vaksin yang mereka sebut Gam-Covid-Vac Lyo. Ini adalah kombinasi dari dua adenovirus, Ad5 dan Ad26, keduanya direkayasa dengan gen coronavirus. Pada bulan Juli, ketua majelis tinggi Parlemen Rusia mengumumkan negara itu akan memulai produksi vaksin pada akhir tahun.
Novartis, Swiss – Praklinis
Perusahaan Swiss, Novartis akan memproduksi vaksin berdasarkan perawatan terapi gen yang dikembangkan oleh Rumah Sakit Mata dan Telinga Massachusetts. Virus yang disebut adeno-related virus akan mengirimkan fragmen gen coronavirus ke dalam sel. Uji coba Fase I akan dimulai pada akhir 2020 mendatang.
ADVERTISEMENT
Merck, AS – Praklinis
Perusahaan Amerika, Merck, pada bulan Mei mengumumkan akan mengembangkan vaksin dari virus vesicular stomatitis. Ini adalah pendekatan yang sama yang berhasil digunakan untuk menghasilkan satu-satunya vaksin yang disetujui untuk Ebola. Perusahaan ini bermitra dengan IAVI dan telah menerima dukungan 38 juta dolar dari pemerintah Amerika Serikat.
Merck, AS - Praklinis
Merck juga bekerja sama dengan Themis Bioscience, perusahaan Austria yang diakuisisi untuk mengembangkan vaksin kedua. Calon vaksin kedua ini akan menggunakan virus campak untuk membawa bahan genetik ke dalam sel pasien.
Vaxart, AS – Praklinis
Perusahaan bioteknologi lain di AS, Vaxart juga sedang mengmbangkan vaksin virus corona. Vaksin milik Vaxart ini berupa tablet oral yang mengandung adenovirus dan menghasilkan gen virus corona. Saat ini, mereka sedang mempersiapkan uji coba Fase I di musim panas ini.
ADVERTISEMENT
C. Vaksin Berbasis Protein
Nampan berisi kandidat vaksin virus corona yang siap di uji coba kepada monyet di Pusat Penelitian Primata Thailand Universitas Chulalongkorn. Foto: AFP/Mladen ANTONOV
Jenis vaksin lain yang sedang dikembangkan adalah vaksin berbasis protein. Seperti namanya, vaksin ini menggunakan protein virus corona atau fragmen protein untuk memicu respons kekebalan. Sejumlah perusahaan yang sedang mengembangkan vaksin jenis ini di antaranya sebagai berikut.
Anhui Zhifei Longcom, China – Fase II
Juni kemarin, perusahaan asal China, Anhui Zhifei Longcom telah memulai uji coba Fase II terhadap calon vaksin yang sedang dikembangkan. Calon vaksin itu merupakan kombinasi protein virus dan bahan pembantu yang merangsang sistem kekebalan tubuh. Perusahaan ini adalah bagian dari Produk Biologi Zhifei Chongqing dan telah bermitra dengan Akademi Ilmu Kedokteran China.
Novavax, AS – Fase I/II
Novavax yang berbasis di Maryland, AS, telah mengembangkan cara untuk menempelkan protein ke partikel mikroskopis. Mereka telah membuat vaksin untuk sejumlah penyakit berbeda menggunakan platform ini; vaksin flu mereka menyelesaikan uji coba Fase III pada bulan Maret.
ADVERTISEMENT
Perusahaan merilis uji coba untuk vaksin COVID-19 pada Mei, dan Koalisi untuk Kesiapsiagaan Epidemi Inovasi telah menginvestasikan 384 juta dolar untuk pengembangan vaksin. Pada 6 Juli, Novavax mengumumkan bahwa pemerintah AS juga telah menggelontorkan anggaran sebesar 1,6 miliar dolar untuk mendukung uji klinis dan manufaktur.
Jika percobaan berhasil, Novavax mengharapkan dapat memberikan 100 juta dosis untuk digunakan di Amerika Serikat pada kuartal pertama 2021. Pabrik di Eropa dan Asia juga diharapkan dapat memenuhi lebih banyak permintaan dunia.
Clover Biopharmaceuticals, China – Fase I
Clover Biopharmaceuticals telah mengembangkan vaksin yang mengandung protein dari virus corona. Untuk lebih menstimulasi sistem kekebalan, vaksin diberikan bersamaan dengan adjuvan yang dibuat oleh produsen obat Inggris GSK dan perusahaan Amerika Dynavax. Investasi dari CEPI akan mendukung pengembangan manufaktur yang dapat menghasilkan ratusan juta dosis per tahun.
ADVERTISEMENT
Vaxine, Australia – Fase I
Perusahaan Australia, Vaxine, mengembangkan vaksin yang menggabungkan protein virus dengan bahan pembantu yang merangsang sistem kekebalan tubuh. Mereka berhasil menyelesaikan uji coba Tahap I pada Juli kemarin dan berharap untuk memulai uji coba Tahap II pada September mendatang.
Medicago, Kanada – Fase I
Medicago yang berbasis di Kanada, sebagian didanai oleh pembuat rokok Philip Morris, menggunakan spesies tembakau untuk membuat vaksin. Mereka mengirimkan gen virus ke dalam daun, dan sel-sel tanaman kemudian membuat cangkang protein yang meniru virus.
Pada bulan Juli, Medicago meluncurkan uji coba Fase I pada vaksin COVID-19 berbasis tanaman dalam kombinasi dengan adjuvan dari pembuat obat GSK dan Dynavax. Jika uji coba berjalan dengan baik, mereka berencana untuk memulai uji coba Tahap II/III pada Oktober mendatang.
ADVERTISEMENT
Universitas Queensland, Australia – Fase I
Vaksin dari Universitas Queensland Australia memberikan protein virus yang diubah untuk menarik respons kekebalan yang lebih kuat. Universitas ini meluncurkan uji coba Tahap I pada bulan Juli, menggabungkan protein dengan bahan pembantu yang dibuat oleh CSL. Jika hasilnya positif, CSL akan memajukan uji klinis tahap akhir dan berharap untuk membuat puluhan juta dosis.
KBP, AS – Fase I
Vaksin berbasis tembakau kedua sedang dikembangkan di Kentucky BioProcessing (KBP), anak perusahaan Amerika dari British American Tobacco, pembuat Lucky Strike dan rokok lainnya. Seperti Medicago, Kentucky BioProcessing merekayasa spesies tembakau yang disebut Nicotiana benthamiana untuk membuat protein virus.
Perusahaan sebelumnya menggunakan teknik ini untuk membuat obat yang disebut Zmapp untuk Ebola. Setelah pengujian praklinis di musim semi, mereka mendaftarkan uji coba Fase I untuk vaksin virus corona mereka pada bulan Juli.
ADVERTISEMENT
Baylor College of Medicine, AS - Praklinis
Setelah epidemi SARS pada 2002, peneliti di Baylor College of Medicine mulai mengembangkan vaksin yang dapat mencegah wabah baru. Meskipun hasil awal yang menjanjikan, dukungan untuk penelitian menghilang. Karena virus corona yang menyebabkan SARS dan COVID-19 sangat mirip, para peneliti menghidupkan kembali proyek dalam kemitraan dengan Rumah Sakit Anak Texas.
University of Pittsburgh, AS - Praklinis
Vaksin yang sedang dikembangkan oleh University of Pittsburgh, disebut PittCoVacc, merupakan tambalan kulit dengan tip 400 jarum kecil yang terbuat dari gula. Ketika ditempatkan pada kulit, jarum melarutkan dan mengirimkan protein virus ke dalam tubuh.
Sanofi, AS – Praklinis
Selain vaksin mRNA mereka, Sanofi mengembangkan vaksin berdasarkan protein virus. Mereka memproduksi protein dengan virus rekayasa yang tumbuh di dalam sel serangga. GSK akan melengkapi protein ini dengan adjuvan yang merangsang sistem kekebalan tubuh.
ADVERTISEMENT
Mereka menargetkan akan memulai proses uji klinis pada September mendatang. Pada bulan Juli mereka mencapai dua perjanjian utama untuk memasok vaksin tahun depan. Mereka mencapai kesepakatan dengan pemerintah Inggris untuk menyediakan hingga 60 juta dosis jika vaksin berhasil dalam uji coba. Sementara itu, Amerika Serikat akan memberi mereka 2,1 miliar dolar untuk 100 juta dosis. Sanofi mengatakan berpotensi memproduksi setidaknya 600 juta dosis per tahun.
D. Vaksin Virus Komprehensif
Foto: Pixabay
Jenis vaksin lain yang juga sedang dikembangkan oleh beberapa perusahaan di dunia adalah vaksin virus komprehensif. Vaksin ini menggunakan versi virus corona yang dilemahkan atau tidak aktif untuk memicu respons kekebalan tubuh. Beberapa perusahaan di dunia yang sedang mengembangkan vaksin jenis ini di antaranya sebagai berikut.
ADVERTISEMENT
Sinopharm, China – Fase III
Setelah menemukan bahwa vaksin virus yang tidak aktif aman dan memicu respons kekebalan, perusahaan China milik negara, Sinopharm kemudian meluncurkan uji coba Tahap III pada bulan Juli di Uni Emirat Arab. Menteri kesehatan Abu Dhabi adalah sukarelawan pertama yang disuntik, dan 15.000 orang dijadwalkan untuk berpartisipasi secara total. Pada bulan Juli, ketua Sinopharm mengatakan kepada media pemerintah China bahwa vaksin itu siap untuk digunakan publik pada akhir tahun.
Sinovac, China – Fase III
Perusahaan swasta China, Sinovac Biotech sedang menguji vaksin yang tidak aktif yang disebut CoronaVac. Pada bulan Juni perusahaan tersebut mengumumkan bahwa uji coba Fase I/II pada 743 sukarelawan tidak menemukan efek samping yang parah dan menghasilkan respons kekebalan. Sinovac kemudian meluncurkan uji coba Fase III di Brasil pada bulan Juli. Perusahaan juga membangun fasilitas untuk memproduksi hingga 100 juta dosis per tahun.
ADVERTISEMENT
Institut Biologi Medis Akademi Ilmu Kedokteran China, China – Fase II
Para peneliti di Institut Biologi Medis di Akademi Ilmu Kedokteran China, yang telah menemukan vaksin untuk polio dan hepatitis A, memulai uji coba fase II dari vaksin virus yang tidak aktif pada Juni kemarin.
Bharat Biotech, India – Fase I/II
Bekerja sama dengan Dewan Penelitian Medis India dan Institut Virologi Nasional, perusahaan India Bharat Biotech merancang vaksin yang disebut Covaxin berbasis pada bentuk virus corona yang tidak aktif. Ketika perusahaan meluncurkan uji coba Tahap I/II pada Juli, laporan beredar bahwa vaksin akan siap pada 15 Agustus. Tetapi Pimpinan Bharat mengatakan kepada wartawan bahwa vaksin baru akan tersedia paling cepat awal 2021.
ADVERTISEMENT
Komisi Sains dan Teknologi Korea Utara, Korea Utara – Fase I (?)
Pada 18 Juli, Komisi Sains dan Teknologi Negara Korea Utara mengumumkan di situs web mereka bahwa mereka telah memulai uji klinis pada vaksin berdasarkan bagian dari protein spike coronavirus. Sulit untuk menentukan secara independen berapa banyak kebenaran yang ada dalam klaim dari kediktatoran terisolasi. Mereka mengklaim telah menguji vaksin pada hewan, tetapi tidak memberikan data. Terlebih lagi, dinyatakan bahwa uji coba efektivitas harus dilakukan di negara lain "karena tidak ada kasus Covid-19 di Korea Utara". Itulah klaim yang menurut ahli luar sangat diragukan.
D. Vaksin Berulang
Foto: Pixabay
Murdoch Children’S Research Institute, Australia – Fase III
Jenis vaksin terakhir yang sedang dikembangkan adalah vaksin berulang. Vaksin berulang merupakan vaksin yang sudah digunakan untuk penyait lain yang mungkin juga dapat melindungi seseorang dari COVID-19. Sejauh ini hanya ada satu instansi yang sedang mengembangkan vaksin berulang, yakni Lembaga Penelitian Anak-anak Murdoch di Australia.
ADVERTISEMENT
Vaksin Bacillus Calmette-Guerin dikembangkan pada awal 1900-an sebagai perlindungan terhadap tuberkulosis. Lembaga Penelitian Anak-anak Murdoch di Australia sedang melakukan uji coba Fase III, dan beberapa uji coba lainnya sedang dilakukan untuk melihat apakah sebagian vaksin melindungi terhadap virus corona. (Widi Erha Pradana / YK-1)