Cerita Anak Panti Asuhan Yogya Jual Tanah Ortu karena Dipaksa Komplotan Penipu

Konten Media Partner
16 Januari 2024 15:18 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi perempuan menjadi korban penipuan. Foto: Pexels
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi perempuan menjadi korban penipuan. Foto: Pexels
ADVERTISEMENT
Seorang mahasiswi di Yogya yang merupakan anak asuh di Panti Asuhan Yatim Putri Islam Yogyakarta, Sl, diduga menjadi korban komplotan penipu lintas kampus dengan modus dipaksa menyerahkan sejumlah uang untuk ikut bisnis yang tak jelas.
ADVERTISEMENT
Orang tuanya di kampung halaman, Purbalingga, bahkan sampai harus menjualkan sebidang tanah karena Sl dipaksa untuk menyerahkan uang sebesar Rp 16 juta kepada para pelaku. Sl yang sebenarnya menolak, didesak, dipaksa, dan dimanipulasi oleh para pelaku untuk membohongi orang tuanya agar mengirimkan uang tersebut.
Pengurus Panti Asuhan Yatim Putri Islam Yogya, Awendsa Urfatunnisa Tasyaul Muizzah, mengungkapkan bahwa komplotan penipu tersebut tak pernah menjelaskan apa bisnis atau usaha yang mereka jalankan. Namun, para pelaku memaksa Sl untuk ikut berbisnis dan diharuskan menyerahkan sejumlah uang dengan iming-iming akan menjadi kaya hanya dalam waktu satu bulan.
Terus didesak dan dipaksa oleh pelaku yang berjumlah enam orang, Sl yang memiliki karakter pendiam tak memiliki daya apapun. Di bawah rasa takut, Sl terpaksa menuruti semua yang diperintahkan pelaku, termasuk saat para pelaku menyuruhnya memperlihatkan isi saldo di rekeningnya.
ADVERTISEMENT
“Sampai dia ditodong, suruh ngelihatin saldo rekeningnya dan disuruh transfer ke NY, disuruh transfer seluruh jumlah rekeningnya yang dia punya,” kata Tasya, sapaan Awendsa Urfatunnisa Tasyaul Muizzah, kepada Pandangan Jogja pada Sabtu (13/1) kemarin.
Walhasil, uang Rp 2 juta yang ada di dalam rekeningnya pun ludes.
Ilustrasi mahasiswi berfoto KTP untuk pinjol. Foto: Widi RH Pradana/Pandangan Jogja
Tak sampai di situ, para pelaku juga memaksa untuk meminjam KTP milik Sl. KTP tersebut kemudian dipakai untuk meminjam uang sebesar Rp 300 ribu di sejumlah aplikasi pinjaman online (pinjol). Total, identitasnya terdaftar di empat aplikasi pinjol.
Puncaknya, para pelaku memaksa Sl untuk menyerahkan uang sejumlah Rp 16 juta. Karena tak punya uang, komplotan pelaku kemudian memaksa Sl untuk berbohong kepada orang tuanya di Purbalingga bahwa ia telah menghilangkan kamera temannya dan harus menggantinya dengan uang senilai Rp 16 juta.
ADVERTISEMENT
Bagi keluarga Sl, uang Rp 16 juta bukanlah nominal kecil. Butuh waktu berhari-hari bagi orang tuanya untuk mendapatkan uang tersebut, dan selama itu pelaku terus membuntuti dan mengawasi gerak-gerik korban. Pelaku bahkan sampai sempat ikut menginap selama dua hari di panti tempat Sl tinggal dan terus mendesak supaya orang tua Sl segera mentransfer uang yang diminta.
Setelah mencari kesana kemari, orang tua Sl akhirnya bisa mendapatkan uang sebesar Rp 16 juta setelah menjual 270 meter tanah keluarga di Purbalingga, tanah yang selama ini menjadi sumber penghidupan mereka.
Keluarganya datang langsung ke Yogya untuk mengantarkan uang tersebut secara cash. Keluarga Sl bertemu dengan salah seorang pelaku yang bertugas menerima uang tersebut, Hst, di panti tempat Sl tinggal.
Panti Asuhan Yatim Putri Islam Yogyakarta. Foto: Dok. Istimewa
Beruntung, saat itu ada pimpinan panti yang juga ikut dalam pertemuan tersebut. Pimpinan panti melarang orang tua Sl menyerahkan uang Rp 16 juta tersebut begitu saja kepada pelaku karena saat itu pelaku tidak datang bersama pemilik kamera yang disebut dihilangkan oleh Sl.
ADVERTISEMENT
“Apalagi si Hst enggak mau nyerahin KTP atau identitas apapun dan langsung pergi sehingga kami mulai curiga,” ujarnya.
Setelah Hst pergi, barulah pengurus panti dan keluarga Sl menginterogasi Sl untuk menanyakan apa yang sebenarnya terjadi. Dan di situlah baru ketahuan bahwa Sl baru saja menjadi korban penipuan yang dipaksa oleh para pelaku untuk menyerahkan sejumlah uang, termasuk untuk membohongi orang tuanya.
Uang Rp 16 juta tersebut memang tak jadi dibawa kabur pelaku. Namun kejadian tersebut membuat kondisi mental Sl sangat terpukul hingga ia harus dibawa ke psikolog dan menjalani terapi sampai saat ini.
“Dia ketakutan banget sampai akhirnya kami bawa ke psikolog sampai sekarang, enggak bisa ngobrol, akhirnya depresi enggak bisa ngomong, sudah pendiam jadi tambah diam,” kata Tasya.
ADVERTISEMENT