Cerita Driver Ojol: Dapat Pesanan Gorengan Sebiji sampai Pembalut

Konten dari Pengguna
4 Februari 2020 11:57 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Pandangan Jogja Com tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Muhammad Rafli, driver ojek online di Jogja. Foto : Widi Erha Pradana
zoom-in-whitePerbesar
Muhammad Rafli, driver ojek online di Jogja. Foto : Widi Erha Pradana
ADVERTISEMENT
Wajah Budi Siswanto seketika cerah ketika gawainya menampilkan sebuah notifikasi, ada pelanggan yang nyantol, begitu istilah yang dipakai oleh para driver ojek online (ojol) ketika ada pesanan masuk. Sudah hampir dua tahun ini Budi bekerja sebagai driver ojol.
ADVERTISEMENT
Hampir sejam Budi menunggu pelanggan sembari menyeruput es teh manis yang tinggal setengah gelas, tak heran dia sangat girang saat gawainya berbunyi. Budi sudah sangat hafal suara itu, suara dari aplikasi ojol yang menandakan ada pelanggan yang nyankut ke dia. Namun wajah Budi suram seketika setelah membaca pesanan si pelanggan.
“Cuma pesan gorengan satu, seribu perak,” kata Budi sembari geleng-geleng kepala, Kamis (30/1).
Tak sampai di situ, ketika baru saja akan beranjak ke warung gorengan tujuan, gawainya kembali berbunyi. Sebuah pesan pendek dari pelanggan tadi masuk.
“Minta nitip dibelikan rokok sekalian, satu batang,” lanjutnya, tak habis pikir dengan tingkah pelanggannya itu.
Diminta Membeli Pembalut
Kisah lain lagi dialami oleh Muhammad Rafli, mahasiswa tingkat akhir di sebuah kampus swasta di Jogja yang hampir setahun ini menjadi driver ojol. Suatu malam, ketika sedang di tengah perjalanan mengantar makanan ke tempat pelanggannya, gawainya berdering. Sebuah panggilan masuk dari pelanggan perempuannya.
ADVERTISEMENT
“Mas, tolong sekalian beliin pembalut di minimarket ya,” kata pelanggannya dari seberang.
Rafli bingung, selama hidupnya dia belum pernah beli pembalut. Dia sama sekali awam dalam dunia perpembalutan. Tapi dia tak tega menolak.
“Yang relax night mas, yang 30 senti, beli aja di Indomaret,” jawab pelanggannya ketika Rafli menanyakan jenis pembalut yang harus dia beli.
Akhirnya dengan perasaan canggung sekaligus malu, dia mampir ke minimarket terdekat. Cukup lama dia memilih barang pesanan pelanggannya itu. Setelah memastikan barang yang dia dapat sesuai dengan yang diminta si pelanggan, Rafli langsung bergegas melanjutkan perjalanan mengantar pesanan.
Sampailah Rafli di depan sebuah gedung empat lantai, dia kembali menghubungi pelanggannya, memberi kabar kalau dia sudah sampai. Celakanya pelanggannya tinggal di sebuah kamar di lantai tiga, dan Rafli diminta untuk mengantar langsung sampai depan pintu kamar pelanggannya.
ADVERTISEMENT
“Ya capek, tapi gimana lagi, demi kepuasan customer juga kan,” ujar Rafli.
Mengantar Pasien Rumah Sakit Jiwa
Lutfi dan driver ojol lainnya sedang menunggu pesanan di emperan toko yang sedang tutup di Jogja. Foto : Widi Erha Pradana
Lutfi sudah menjadi driver ojol ketika Gojek pertama kali merambah Yogyakarta pada 2015. Suatu hari, sekitar dua tahun lalu, dia mendapatkan trip untuk mengantarkan seorang pelanggan dari kompleks RSK Puri Nirmala ke rumahnya di daerah Jalan Kaliurang. Sebagai informasi, RSK Puri Nirmala merupakan rumah sakit yang khusus menangani penyakit kejiwaan.
Lutfi tak punya pikiran macam-macam, dia langsung memacu sepeda motornya menuju lokasi si pelanggan. Pelanggannya terlihat sehat dan baik-baik saja, hingga di tengah perjalanan dia merasakan sebuah keanehan.
“Orang-orang yang papasan itu pada ngliatin aneh, saya kan jadi mikir, ada apa,” ujar Lutfi.
ADVERTISEMENT
Lutfi mencari-cari, apa yang kurang dengan dirinya. Semua jelas ketika dia melihat kaca spion motornya. Lutfi melihat penumpangnya sedang senyam-senyum sendiri. Tingkah penumpangnya itulah yang membuat orang-orang melihat Lutfi dengan tatapan aneh.
“Ternyata penumpang saya gila,” kata Lutfi sembari terbahak mengingat kejadian lucu yang dia alami itu.
Cukup Dihargai
Menurut Lutfi, pengalaman unik, aneh, lucu, sedih, atau bahkan menjengkelkan hampir dialami oleh setiap driver ojol. Setiap hari, mereka akan bertemu dengan banyak orang yang selalu berbeda, dan mereka harus bersiap dengan segala kemungkinan yang bisa saja terjadi.
“Kadang asyik, kadang ya kesel juga, namanya juga orang kerja. Tapi saya cuek saja biasanya,” ujar Lutfi.
Lutfi bercerita pengalaman teman-temannya dan driver ojol lain yang sempat viral di internet. Ada yang pesan makanan dalam jumlah banyak namun dibatalkan, ada yang ditinggal tidur, ada pelanggan yang marah-marah karena pesanan tidak sesuai harapan, dan masih banyak lagi kisah lainnya.
ADVERTISEMENT
Sebenarnya tidak perlu banyak cara untuk membuat driver ojol senang. Menurut Lutfi, tak perlu susah-susah membelikan makanan atau uang lebih. Tapi cukup menghargai mereka dan pekerjaannya.
“Biarpun tukang ojek, kami juga punya harga diri. Enggak macem-macem kok, kalau mereka bisa menghargai kami, enggak seenaknya, kami sudah senang,” tegasnya.
Belum lama warga Indonesia hidup bersama teknologi ojek online, tapi hari ini rasanya hidup akan kelewat susah tanpa kehadiran mereka. Diam-diam ojol menjadi bagian super penting bagi terselenggaranya hidup sehari-hari masyarakat. Maka akan ada lebih banyak lagi kisah relasi masyarakat dan ojol di masa depan. Dan akan kelewat sulit untuk mengabaikan kisah-kisah mereka. Pandangan Jogja @Kumparan akan terus berusaha mengabarkan bagaimana relasi teknologi dan masyarakat. Ini baru kisah pertamanya.(Widi Erha Pradana)
ADVERTISEMENT