Corona 'Betah' di Yogya, Sanggar Aerobik dan Zumba Merana

Konten Media Partner
5 September 2021 19:07 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sanggar Cahya Kumala sebelum corona datang di Yogya. Foto: Dokumen Nadifa Kumala
zoom-in-whitePerbesar
Sanggar Cahya Kumala sebelum corona datang di Yogya. Foto: Dokumen Nadifa Kumala
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Hari-hari Kunthi Rahayu, mestinya diisi dengan senam bersama puluhan ibu-ibu. Sebagai seorang instruktur senam aerobik dan zumba, Kunthi hampir setiap hari datang ke desa-desa untuk memandu dan menemani mereka senam. Tapi semua berubah, ketika pandemi mulai merambah pada awal 2020.
ADVERTISEMENT
Sejak pandemi, aktivitasnya dengan ibu-ibu di desa benar-benar berhenti. Beberapa kali dia sempat membuka kelas di tengah masa pandemi, namun tak berlangsung lama. Sebabnya, di lingkungan tempatnya mengajar senam ada salah seorang warga yang terkonfirmasi COVID-19.
“Jadi sampai sekarang belum mulai lagi, mereka juga masih parno, masih takut untuk berkumpul apalagi indoor,” kata Kunthi Rahayu beberapa waktu lalu di Yogya.
Padahal sebelumnya dia sudah bersusah payah mengenalkan aerobik dan zumba kepada ibu-ibu di desa. Hampir setahun dia aktif mensosialisasikan manfaat-manfaat aerobik, hingga perlahan mereka mulai tertarik untuk mencoba. Dari situ, peserta-pesertanya kemudian bercerita ke teman-teman mereka tentang manfaat yang mereka dapatkan setelah mengikuti kelas senam Kunthi.
“Mereka bilang tidak pernah flu sejak rutin aerobik dan kerjanya jadi lebih fokus,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
Perlahan tapi pasti, pesertanya terus bertambah. Ibu-ibu rumah tangga yang harinya disibukkan dengan urusan pekerjaan dan rumah tangga, menjadikan aerobik maupun zumba untuk refreshing sekaligus olahraga supaya tetap bugar. Tapi dalam sekejap, usaha itu seperti dihancurkan begitu saja ketika pandemi membuat kegiatan di luar rumah, apalagi yang melibatkan banyak orang, menjadi sangat menakutkan.
“Apalagi sekarang PPKM diperpanjang terus, belum kepikiran untuk buka kelas dulu,” kata pemilik kelas kursus senam Kunthi Jogja itu.
Penyesuaian Sanggar Senam
Aerobik di Sanggar Cahya Kumala sebelum corona datang. FotoL Dokumen Nadifa Kumala
Sejak didirikan pada 1999, Sanggar Senam Cahya Kumala di Jogja telah banyak sekali membuka kelas senam baik aerobik maupun zumba. Pemilik Sanggar Senam Cahya Kumala, Nadifa Kumala Putri mengatakan bahwa hingga sebelum pandemi, peserta yang mengikuti kelas senamnya cukup banyak, bahkan tidak jarang sampai kebanjiran peserta.
ADVERTISEMENT
Sebelum COVID-19, dia bisa membuka dua sesi kelas pada pagi hari, dan dua sesi kelas sore, bahkan pada hari Minggupun sanggarnya tetap membuka kelas. Rata-rata, dalam sehari pada setiap sesi pesertanya mencapai 30 sampai 40 orang, bahkan dia pernah membuat event mengundang 100 orang untuk zumba bersama.
“Tapi awal-awal 2020 Maret waktu awal-awal pemerintah menyatakan PSBB kita libur sekitar Maret sampai Juni,” ujar Nadifa.
Selama tutup, yang dia lakukan hanya mencoba membenahi sanggarnya supaya ketika sudah ada pelonggaran untuk berkegiatan bisa langsung membuka kelas lagi. Misalnya melepas karpet-karpet di lantai supaya lebih mudah dibersihkan setelah berkegiatan, memasang tempat cuci tangan di depan sanggar, serta memberikan tanda jaga jarak pada lantai sanggar. Dia juga membeli alat desinfeksi yang cukup besar supaya proses sterilisasi sanggar setelah digunakan berkegiatan lebih mudah.
ADVERTISEMENT
Singkat cerita, Juli 2020 dengan semua penyesuaian, sanggarnya mulai membuka kelas senam lagi. Yang sebelumnya dia membuka dua sesi pagi dan sore, dia hanya membuka satu sesi saja di pagi atau sore hari.
“Awal-awal masih belum ada yang berani datang, kita sering cancel kelas karena kelas jalan minimal lima orang sedangkan yang datang tak sampai lima orang,” ujarnya.
Sampai saat ini, meski sudah melakukan sejumlah penyesuaian, jumlah pesertanya masih tetap jauh lebih sedikit ketimbang sebelum pandemi. Rata-rata, peserta senam baik aerobik maupun zumba di sanggarnya kini hanya 50 persen dari sebelumnya.
“Soalnya mayoritas member kita itu ibu rumah tangga yang anaknya sekolah online, jadi waktu mereka enggak sebanyak dulu,” ujarnya
ADVERTISEMENT
Selain ibu-ibu rumah tangga, biasanya peserta senam di sanggarnya juga terdiri atas mahasiswa. Namun saat ini, peserta dari mahasiswa justru jauh lebih berkurang. Bahkan dia mencatat sejak pandemi sama sekali tidak ada mahasiswa yang mendaftar menjadi member baru. Hal ini karena saat ini kampus-kampus di Jogja masih menerapkan perkuliahan daring, sehingga mayoritas mahasiswa Jogja masih berada di kampung halaman masing-masing.
Banyak Jenis Olahraga, Tapi Milihnya Zumba dan Aerobik
Anggota senam Cahya Kumala berfoto sebelum corona datang di Yogya. Foto: Dokumen Nadifa
Jika ingin sehat dan tetap bugar, tentu banyak pilihan olahraga lain, bahkan gratis, misalnya lari pagi. Tapi ternyata banyak orang-orang yang lebih memilih untuk ikut kelas aerobik atau zumba, padahal sama-sama olahraga.
Menurut Nadifa, ada beberapa hal yang membuat pesertanya akhirnya memilih zumba atau aerobik meskipun banyak pilihan olahraga lain. Dalam zumba atau aerobik, biasanya instruktur akan memberikan contoh gerakan yang harus diikuti oleh para peserta, sehingga selain membuat fisik lebih sehat, otak para peserta juga ikut bekerja karena harus menghafal materi gerakan yang dicontohkan instrukturnya.
ADVERTISEMENT
“Maka dari itu, aku selalu bilang ke instruktur kalau gerakannya jangan itu-itu saja, biar enggak boring,” ujar Nadifa.
Kerap kali, aerobik dan zumba dianggap sama, karena memang keduanya memiliki sejumlah kesamaan. Baik aerobik maupun zumba sebenarnya sama-sama punya tujuan untuk menjaga dan meningkatkan kebugaran tubuh. Kedua olahraga ini juga sama sama-sama mengutamakan gerakan kardio. Karena punya banyak kesamaan, akhirnya aerobik dan zumba kerap dianggap sebagai olahraga yang sama.
Namun aerobik dan zumba adalah dua jenis olahraga yang berbeda. Nadifa mengatakan, salah satu perbedaan yang paling gampang dilihat adalah musik pengiringnya. Musik pengiring yang dipakai dalam senam aerobik, biasanya menggunakan jenis lagu yang sama dan tidak berhenti selama senam berlangsung.
“Kalau zumba itu pakai lagu yang sekarang sedang trending. Biasanya pakai lagu pop atau pakai bahasa Spanyol,” kata dia.
ADVERTISEMENT
Selain musik pengiringnya, gerakan pada aerobik dan zumba juga sedikit berbeda. Gerakan-gerakan pada aerobik sudah pakem, hanya variasinya saja yang dibuat berbeda. Sementara gerakan pada zumba lebih fleksibel, biasanya menggabungkan gerakan fitness dan dance yang mudah utuk diikti.
Difa mengatakan, aerobik mulai populer di Jogja sekitar awal 2000-an hingga 2010-an. Sejak saat itu, sanggar-sanggar senam aerobik di Jogja mulai bermunculan.
“Aerobik booming atau hits-nya itu di tahun 2000 sampai 2010-an, kalau 2010 sampai sekarang yang hits itu zumba,” ujarnya.
Salah satu yang membuat zumba beberapa tahun terakhir tidak lain karena gerakannya yang lebih mudah diikuti dan musik pengiringnya yang lebih variatif, mengikuti musik-musik yang sedang viral. Sehingga selain membuat sehat, zumba juga bisa bikin orang merasa lebih happy.
ADVERTISEMENT